federal reserve

Harga Emas Hari Ini, 4 Agustus 2023, Pasar Menanti Data Tenaga Kerja AS

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas hari ini berpeluang naik menjelang rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang dapat memengaruhi kebijakan Bank Sentral Federal Reserve.  Tim riset Monex Investindo Futures menjelaskan, harga emas turun kurang dari US$1 pada perdagangan Kamis (3/8/2023) waktu setempat ke level US$1.933,89 per troy ons. Meski demikian, harga emas bergerak sangat volatil dalam rentang US$1.929,50 – US$1.938,93 kemarin. “Rilis data dari AS membuat emas bergerak bolak-balik antara level tersebut. Klaim tunjangan pengangguran mingguan AS dilaporkan sebanyak 227.000 orang, lebih banyak dari pekan sebelumnya 221.000 orang,” tulis analis Monex, Jumat (4//8/2023).  Selain itu, ISM melaporkan purchasing managers’ index (PMI) sektor jasa AS sebesar 52,7 pada periode Juli, turun dari bulan sebelumnya yang di level 53,9. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya adalah kontraksi sementara di atasnya berarti ekspansi. Menurut analis Monex, Klaim tunjangan pengangguran yang naik dan perlambatan ekspansi sektor jasa membuat harga emas beberapa kali mendekati level tertinggi harian sebelum kembali terkoreksi. Pergerakan tersebut menjadi indikasi pelaku pasar menanti rilis data tenaga kerja di luar sektor pertanian (nonfarm payrolls/NFP) yang akan dirilis malam ini. “Data tersebut bisa memengaruhi kebijakan suku bunga bank sentral AS  yang akan diambil ke depannya. Sebelum rilis NFP, pada perdagangan sesi Asia hari ini, emas berpeluang naik,” jelas Monex.  Di dalam negeri, harga emas cetakan Antam dan cetakan UBS di Pegadaian terpantau kompak turun pada hari ini.  Berdasarkan informasi dari laman resmi Pegadaian, harga emas 24 karat Antam ukuran terkecil, yakni 0,5 gram dijual seharga Rp599.000, turun Rp2.000 dibandingkan dengan harga kemarin. Sementara itu, emas 24 karat cetakan UBS dengan ukuran yang sama dibanderol Rp557.000, atau turun Rp2.000 dibandingkan dengan harga kemarin.

Harga Emas Hari Ini, 4 Agustus 2023, Pasar Menanti Data Tenaga Kerja AS Read More »

Harga Emas Hari ini (15/5) Berisiko Melemah, Pagu Utang AS dan Suku Bunga The Fed Jadi Katalis

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global berpeluang melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (15/5/2023) pembahasan mengenai pagu utang AS dan nada hawkish pejabat The Fed menjadi katalis negatif bagi pergerakan harga logam kuning ini.  Tim Riset Monex Investindo Future menyebutkan, investor yang beralih ke aset-aset yang aman safe haven (Dolar AS) setelah data konsumen memicu kekhawatiran mengenai plafon utang AS dan kebijakan moneter The Fed berpeluang menekan turun harga emas. “Hari ini harga emas berpeluang dijual untuk menguji level support US$2.003 selama harga tertahan di bawah level resistance US$2.012 per troy ounce,” tulis Monex, Sabtu (4/5/2023). Kendati demikian, kenaikan lebih tinggi dari level  resistance tersebut berpeluang memicu aksi beli terhadap harga emas untuk menguji level resistance selanjutnya US$2.012 per troy ounce. “Rentang perdagangan potensial harga emas di sesi Asia US$2.003 – US$2.016,” papar tim analis Monex. Sebagai informasi harga emas turun pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (12/5/2023), memperpanjang pelemahan untuk hari ketiga secara beuntun tertekan oleh penguatan dolar AS ketika para investor menilai kembali ekspektasi mereka untuk penurunan suku bunga dari Federal Reserve. BACA JUGA Alarm Harga Jual & Buyback Emas Antam dari AS Emas Jadi Lindung Nilai Terbaik saat Krisis Pagu Utang AS Makin Rumit Harga Emas Turun 3 Hari Beruntun Tertekan Keperkasaan Dolar AS Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, tergerus 0,70 dolar AS atau turun 0,03 persen menjadi ditutup pada 2.019,80 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di 2.027,80 dolar AS dan terendah di 2.005,70 dolar AS. Harga Fed Fund berjangka menunjukkan bahwa pasar mengurangi ekspektasi mereka untuk penurunan suku bunga tahun ini, dan sekarang memperkirakan hampir 92 persen peluang bank akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan Juni. Dalam pidatonya di konferensi Bank Sentral Eropa di Frankfurt Jumat (12/5), Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman mengatakan IHK (indeks harga konsumen) terbaru dan laporan ketenagakerjaan belum memberikan bukti yang konsisten bahwa inflasi sedang menurun. “Saya akan terus memantau dengan cermat data yang masuk karena saya mempertimbangkan sikap kebijakan moneter yang tepat untuk pertemuan Juni kami,” kata Bowman dikutip Antara. Sementara itu, data ekonomi yang dirilis Jumat (12/5) beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga impor AS naik 0,4 persen pada April, menyusul penurunan 0,8 persen di bulan sebelumnya. Ukuran sentimen konsumen University of Michigan jatuh ke pembacaan awal Mei 57,7 dari pembacaan April 63,5. Itu level terendah sejak November tahun lalu. Para ekonom memperkirakan pembacaan Mei sebesar 63. Monex Investindo Futures (MIFX) menambahkan, pelaku pasar yang juga masih mencermati rilis inflasi AS pada periode April 2023 yang berhasil turun ke bawah 5 persen YoY, terendah sejak April 2021. Rilis inflasi AS ini telah lebih rendah dari tingkat suku bunga AS, sebagaimana saat ini suku bunga AS berada di level 5 – 5,25 persen.  “Kondisi ini mendorong pelaku pasar berspekulasi terhadap kebijakan the Fed yang berpotensi menahan suku bunganya pada Juni 2023 mendatang. Jika the Fed menahan laju kenaikan suku bunganya, maka potensi resesi dan krisis perbankan di AS menjadi reda, sehingga mendorong pelaku pasar untuk melepas safe haven dan harga emas tertekan,” jelas Tim Analis MIFX daam riset, dikutip Minggu (14/5/2023).  Selain resesi ekonomi, potensi krisis perbankan juga akan meningkat jika terjadi kenaikan suku bunga AS. Penyebabnya adalah nilai aset perbankan akan tertekan, khususnya untuk aset dalam bentuk surat utang akan mengalami penurunan harga, akibat kenaikan yield dari surat utang tersebut. Transmisi kenaikan suku bunga akan secara langsung mendorong kenaikan yield surat utang. Saat nilai aset tertekan karena nilai surat utang mengalami penurunan, maka muncul risiko mismatch liquidity. Kondisi ini terjadi karena perbankan tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam bentuk ketersediaan dana yang cukup, apabila nasabah melakukan penarikan dananya. Hal ini dikarenakan alokasi aset perbankan mengalami penurunan nilai, sehingga nilai asenya kini menjadi kurang dari kewajibannya. “Saat ini pelaku pasar memperkirakan the Fed akan menahan laju kenaikan suku bunganya sehingga kekhawatiran akan krisis perbankan pun mereda. Implikasinya, pelaku pasar menjadi lebih percaya diri untuk beralih ke aset berisiko, dan meninggalkan safe haven seperti emas,” papar MIFX.

Harga Emas Hari ini (15/5) Berisiko Melemah, Pagu Utang AS dan Suku Bunga The Fed Jadi Katalis Read More »

Scroll to Top