emas

Yaaah Penonton Kecewa, Harga Emas pun Merana….

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melemah setelah pengumuman inflasi Amerika Serikat (AS). Inflasi memang melandai sesuai ekspektasi tapi tidak secepat keinginan pelaku pasar. Pada perdagangan Rabu (10//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2.029,51 per troy ons. Harganya melandai 0,23%. Pelemahan ini memperpanjang tren positif emas yang menguat pada dua hari perdagangan sebelumnya. Emas mulai menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (11/5/2023) pukul 07:10 WIB, harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 2.032,04 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,12%. Harga emas melandai setelah pengumuman inflasi AS.  Inflasi pada April mencapai 4,9% (year on year/yoy) lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 5% juga dari Maret 2023 yang tercatat 5%. Namun, inflasi justru meningkat bila dilihat dari bulan sebelumnya atau secara month to month (mtm). Inflasi pada April tercatat 0,4% (mtm), jauh lebih tinggi dibandingkan Maret (0,1%). Analis pasar senior Oanda, Ed Moya mengatakan ke depannya inflasi masih akan terus menurun, tetapi untuk mencapai 2% akan cukup sulit. “Inflasi seharusnya terus menurun dalam beberapa bulan ke depan, tetapi untuk mencapai 2% lagi akan cukup sulit melihat pasar tenaga kerja yang kuat,” kata Moya sebagaimana dilansirCNBC International, Rabu (11/5/2023). Pada Jumat malam lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang April perekonomian Amerika Serikat mampu menyerap 253.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari estimasi Wall Street sebanyak 180.000 orang. Moya menambahkan masih tingginya inflasi (mtm) serta panasnya pasar tenaga kerja AS menunjukkan jika investor melihat masih ada kemungkinan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga. “Masih ada risiko jika The Fed kan menaikkan suku bunga lebih lama. Emas baru akan melonjak jika tanda pemangkasan suku bunga memang sudah nyata,” tutur Moya.

Yaaah Penonton Kecewa, Harga Emas pun Merana…. Read More »

Harga Emas Masih Labil Kayak ABG, Ada Harapan Naik Gak Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas masih bergerak labil karena investor menunggu data-data penting yang akan keluar pekan ini. Pada perdagangan awal pekan, Senin (8//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2.021,39 per troy ons. Harganya naik tipis 0,24%. Penguatan itu menghapus catatan buruk emas yang harganya jatuh 1,7% pada perdagangan Jumat pekan lalu. Namun, emas kembali melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan Selasa (9/5/2023) pukul 06:55 WIB), harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 2.021, 25 per troy ons. Harganya melemah tipis 0,007%. Labilnya harga emas bisa dipahami mengingat investor dan trader menunggu serangkaian data penting pekan ini. Pelaku pasar juga masih mencerna data non-farm payrolss pekan lalu. Pasalnya, data tenaga kerja non-farm payrolls ternyata lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Jumlah tambahan tenaga kerja pada non-farm payrolls mencapai 253.000 pada April 2023 sementara ekspektasi pasar hanya 180.000. Dengan data tenaga kerja yang masih kuat maka inflasi dikhawatirkan belum melandai sesuai keinginan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).Akibatya, harapan pasar untuk melihat pivot kebijakan bisa semakin jauh. Banyaknya data yang akan keluar bisa membuat investor memilih wait and see. Beberapa data penting yang akan keluar pekan ini adalah inflasi AS untuk April pada Rabu pukul 19:30 WIB waktu Indonesia (10/5/2023). AS juga akan mengumumkan dua data penting pada Kamis malam pukul 19:30 pekan depan yakni indeks harga produsen (PPI) AS untuk April serta klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 6 Mei. Pada akhir pekan depan, Jumat (12/5/2023), AS akan mengumumkan data indeks kepercayaan konsumen Michigan Consumer Sentiment. Data-data tersebut akan menjadi pertimbangan The Fed untuk memutuskan kebijakan pada Juni mendatang. “Pelaku pasar menjual emas setelah data (non-farm payrolls) Jumat lalu. Namun, kemungkinan terjadiya resesi membuat emas masih dicari,” tutur Daniel Ghali, analis dari TD Securities, dikutip dari Reuters. Pelaku pasar kini bertaruh 85% jika The Fed akan menahan suku bunga pada Juni mendatang sementara 31% bertaruh jika The Fed mulai memangkas suku bunga pada Juli. “JIka krisis perbankan kembali membuat pasar khawatir maka emas akan kembali dicari dan harganya naik,” tutur Han Tan, analis dari Exinity. Krisis perbankan AS memakan korban baru yakni First Republic Bank. Bankk tersebut disita dan dijual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS. Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank.

Harga Emas Masih Labil Kayak ABG, Ada Harapan Naik Gak Ya? Read More »

Pekan Penuh “Jebakan Maut”, Emas Pesta Pora atau Sengsara?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas diperkirakan bergerak labil pada pekan ini. Banyaknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utamanya. Harga emas di pasar spot pada perdagangan awal pekan, Senin (8//5/2023) pukul 05:55 WIB terpantau melemah tipis 0,08% ke posisi US$ 2.014,79 per troy ons. Pergerakan pagi hari ini memperpanjang tren negatif emas yang juga ambruk 1,7% pada Jumat pekan lalu. Emas ambruk karena data tenaga kerja non-farm payrolls ternyata lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Jumlah tambahan tenaga kerja pada non-farm payrolss mencapai 253.000 pada April 2023 sementara ekspektasi pasar hanya 180.000. Ambruknya harga emas berbanding terbalik dengan Rabu dan Kamis pekan lalu di mana emas terbang dan menembus level tertingginya sepanjang masa pada Rabu di posisi US$ 2.072 per troy ons. Harga emas diperkirakan akan labil pada pekan ini karena banyaknya rilis data dari AS. Banyaknya data yang akan keluar bisa membuat investor memilih wait and see. Data terpenting dari luar negeri pekan depan adalah inflasi AS untuk April. AS akan mengumumkan pergerakan inflasi April pada Rabu pukul 19:30 WIB waktu Indonesia (10/5/2023). Data ini akan menjadi pegangan bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan Juni mendatang. Inflasi AS sudah melandai ke 5% (yoy) pada Maret 2023, dari 6% pada Februari 2023. Jika inflasi melandai maka harapan pasar untuk melihat kebijakan The Fed yang dovish bisa terwujud. “Pasar mengetahui data-data ekonomi AS mungkin tidak akan membuat The Fed menaikkan suku bunga. Namun, data-data yang di atas ekspektasi akan menjauhkan harapan mereka untuk segera melihat pemangkasan suku bunga,” tutur analis Tai Wong, dikutip dari Reuters. AS juga akan mengumumkan dua data penting pada Kamis malam pukul 19:30 pekan depan yakni indeks harga produsen (PPI) AS untuk April serta klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 6 Mei. PPI paa Maret terkoresi 0,5% (month to month/mtm) sementara secara tahunan (yoy) malah naik menjadi 2,7% dari 2,5% pada Maret. PPI dan klaim pengangguran mencerminkan sejauh mana produsen AS serta warga mereka terdampak kenaikan suku bunga AS.Kedua faktor juga diharapkan bisa memberi gambaran lebih jelas mengenai pergerakan ekonomi AS terkini setelah dihantam krisis perbankan. Kedua data akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan Juni mendatang. Pada akhir pekan depan, Jumat (12/5/2023), AS akan mengumumkan data indeks kepercayaan konsumen Michigan Consumer Sentiment. Setelah krisis yang menimpa perbankan AS dan kisruh plafon utang maka menarik dicermati seperti apa indeks kepercayaan warga AS terhadap perkembangan ekonomi ke depan. Kisruh plafon utang sejatinya bisa menguntungkan emas karena menimbulkan ketidakpastian. Namun, kepanikan investor bisa berimbas sebaliknya. “Jika kita lihat kepanikan seputar plafon utang ynag terus meningkat, lebih baik Anda menahan diri dulu. Aksi yang ditimbulkan kepanikan bisa membawa market ke dalam kondisi bullish dan bearish dalam bersamaan. Pasar bisa jatuh bahkan emas sekalipun,” tutur Matt Simpson, analis City Index, dikutip dari Reuters.

Pekan Penuh “Jebakan Maut”, Emas Pesta Pora atau Sengsara? Read More »

Harga Emas Kemarin Sempat Pecah Rekor, Mungkinkah Kembali Terulang?

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali menguat pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB, selama tiga hari berturut-turut karena investor bereaksi terhadap sinyal Federal Reserve (The Fed) yang siap untuk gencatan senjata dalam perang melawan inflasi. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, melonjak 0,92 persen menjadi ditutup pada US$2.055,70 per ounce setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.085,40 yang merupakan posisi tertinggi sepanjang masa dan terendah di US$2.038,50. Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (3/5/2023). The Fed menghapus perkataan “beberapa penguatan kebijakan tambahan mungkin tepat” dalam pengumumannya setelah pertemuan, menandakan bahwa siklus kenaikan suku bunga mungkin akan berakhir. “Dukungan kuat untuk kenaikan emas mengingat semua gejolak perbankan dan meningkatnya risiko bahwa AS akan mengalami resesi yang sulit,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA dikutip dari Antara, Jumat (5/5/2023). “Ekonomi riil akan banyak terpukul mengingat apa yang kita lihat dengan keuangan dan itu akan membuat permintaan untuk aset safe-haven tetap tinggi. Emas akan bersinar mengingat latar belakang makro ini dan mungkin mengincar pergerakan di atas 2.100 dolar AS jika sentimen de-risking di Wall Street tetap ada selama beberapa sesi berikutnya. ” Data ekonomi yang dirilis Kamis (4/5/2023) juga mendukung emas. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa produktivitas AS anjlok sebesar 2,7 persen pada kuartal pertama 2023 setelah melonjak sebesar 1,6 persen yang direvisi pada kuartal keempat 2022. Penurunan tersebut jauh lebih besar dari yang diharapkan. Departemen Tenaga Kerja AS juga melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS naik 13.000 menjadi 242.000 dalam pekan yang berakhir 29 April. Perkiraan median dalam survei para ekonom adalah untuk 240.000 permohonan. Laporan pekerjaan bulanan AS akan keluar pada Jumat waktu setempat. Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli menguat 2,13 persen, menjadi ditutup pada US$26,227 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli merosot US$11,50 atau 1,08 persen, menjadi menetap pada US$1.050,30 per ounce.

Harga Emas Kemarin Sempat Pecah Rekor, Mungkinkah Kembali Terulang? Read More »

Harga Emas Rekor, China-Singapura Borong 35 Ton Emas!

Jakarta, CNBC Indonesia– Harga emas masih melambung tinggi. Lonjakan harga emas dipicu oleh kegaduhan di Amerika Serikat (AS) serta masih tingginya permintaan emas dari bank-bank sentral di dunia. Pada perdagangan Kamis (4/5/2023), harga emas ditutup di posisi US$ 2.051,05 per troy ons. Harganya menguat 0,6%. Penguatan ini memperpanjang kinerja cemerlang sang logam mulia yang menguat sebesar 3,48% dalam tiga hari beruntun. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang tertinggi ketiga dalam sejarah. Data Refinitiv menunjukkan, harga penutupan tertinggi yang pernah dicatat emas adalah US$ 2.063,19 per troy ons pada 6 Agustus 2020. Rekor tertinggi kedua adalah pada 8 Maret 2022 yakni US$ 2.052,41 per troy ons. Harga emas melonjak drastis sejak Rabu (3/5/2023) begitu bank sentral AS mengumumkan kebijakan moneternya. Harga emas di pasar spot bahkan menyentuh level tertinggi pada Kamis pagi kemarin yakni US$ 2.071,19 per troy ons. Level US$ 2.070 adalah yang tertinggi dalam 06:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 2.048,79 per troy ons. Harganya melandai 0,11%. “Ada pengalihan investasi ke aset aman yang membuat emas naik dan menembus US$ 2.0000 bahkan rekor,” tutur analis dari RJO Futures Bob Haberkorn, dikutip dari Reuters. Harga emas masih sangat tinggi karena bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan akan segera menahan suku bunga. The Fed memang mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Rabu kemarin menjadi 5,0-5,25%. Namun, kenaikan tersebut diyakini menjadi yang terakhir. Dengan tidak adanya kenaikan maka dolar AS diharapkan akan melemah dan yield surat utang pemerintah AS akan melandai. Kondisi tersebut akan menguntungkan emas karena dolar semakin terjangkau untuk investasi. Di sisi lain, emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield hanya merugikan emas. Harga emas juga ditopang oleh meningkatnya kekhawatiran pasar mengenai krisis perbankan di AS dan prahara plafon utang pemerintah AS. Krisis perbankan AS memakan korban baru yakni First Republic Bank. Bank tersebut disita dan dijual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS. Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank. Pemerintah AS juga masih menghadapi prahara plafon utang mereka. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang. World Gold Council (WGC) melaporkan pembelian emas oleh bank sentral pada Maret 2023 tercatat 40,5 ton. Pembeli terbesar adalah bank sentral China yakni 18 ton disusul dengan Singapura 17,3 ton dan India 3,5 ton. Artinya, dari pembelian emas oleh bank sentral pada Maret 2023, sebanyak 38,8 ton atau 96% datang dari Asia. China terus membeli emas dalam lima bulan beruntun dengan total pembelian menembus 120,1 ton. Singapura memborong emas selama tiga bulan beruntun dengan total pembelian 68,7 ton. India memborong dua bulan beruntun dengan pembelian 7,3 ton. Dengan tambahan cadangan emas sebesar 68,7 ton maka cadangan emas Singapura kini menembus 222 ton atau melonjak 45% dibanding akhir tahun. Sepanjang kuartal I-2023, pembelian emas oleh bank sentral menembus 168,2 ton. Singapura menjadi pemborong terbesar dengan jumlah 68,67 ton disusul China dengan 57,85 ton, dan Turki sebesar 30,21 ton. Sebaliknya, Kazakhstan menjadi penjual emas terbesar dengan jumlah 19,64 ton. Kendati China terus menumpuk emas, cadangan emas Tiongkok masih kalah jauh dengan AS. Hingga kuartal I-2023, cadangan emas bank AS menembus 8.133,5 ton atau menjadi yang tertinggi dibandingkan negara lain. Cadangan emas Indonesia tercatat 78,6 ton atau berada di peringkat 45 dunia.

Harga Emas Rekor, China-Singapura Borong 35 Ton Emas! Read More »

Breaking News! Emas Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melambung bahkan menyentuh level tertinggi sepanjang masa setelah bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kebijakan moneternya. Merujuk pada Refinitiv, harga emas di titik spot pada perdagangan Kamis (4/5/2023) pagi, harga emas menyentuh US$ 2.072,19 per troy ons. Posisi tersebut ada dalam level tertinggi sepanjang masa. Posisi tertinggi emas, bukan pada penutupan perdagangan, yang pernah disentuh emas adalah di posisi US$ 2.072,49 per troy ons. Pada perdagangan Rabu (3/5/2023), harga emas ditutup di posisi US$ 2.039,02 per troy ons. Harganya menguat 1,13%. Emas langsung terbang pada pagi hari ini. Sempat menyentuh US$ 2.072, 19 per troy ons pada pagi hari ini, emas melandai dan berada di posisi US$ 2.056,77 per troy ons pada pukul 07:10 WIB. Harganya naik 0,87% dibandingkan penutupan kemarin. Bila merujuk pada penutupan perdagangan, rekor tertinggi masih tercatat pada 6 Agustus 2020 di mana emas ditutup pada level US$ 2.063,19 per troy ons. Dalam catatan Refinitiv, hanya dua kali harga emas mampu ditutup di atas US$ 2.050 per troy ons yakni pada 6 Agustus 2020 dan 8 Maret 2022 (US$ 2.052, 41 per troy ons). Lonjakan harga emas pada Agustus 2020 dipicu oleh kekhawatiran pasar dan warga dunia mengenai pandemi Covid-19. Lonjakan harga pada Maret 2022 adalah imbas ketidakpastian akibat perang. Lonjakan pada hari ini ditopang oleh keputusan The Fed. Bank sentral paling super power di dunia tersebut memang tetap mengerek suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,0-5,25% pada Rabu (3/5/2023). The Fed juga belum mengisyaratkan akan segera melunak dengan memangkas suku bunga. Namun, Chairman The Fed Jerome Powell mengisyaratkan akan mengakhiri kenaikan suku bunga. Sebagai catatan, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 10 kali sejak Maret tahun lalu setelah inflasi AS melambung. Suku bunga saat ini adalah yang tertinggi sejak 2006 atau 12 tahun terakhir. Tai Wong, analis independen emas, menjelaskan harga emas melonjak karena The Fed mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan suku bunga. Dengan tidak adanya kenaikan maka dolar AS diharapkan akan melemah dan yield surat utang pemerintah AS akan melandai. Kondisi tersebut akan menguntungkan emas karena dolar semakin terjangkau untuk investasi. Di sisi lain, emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield hanya merugikan emas. “Emas tetap naik meski ada pernyataan hawkish dari Powell. Pasar melihat jika The Fed akan segera menghentikan suku bunga,” tutur Tai Wong, dikutip dari Reuters. Analis Standard Chartered, Suki Cooper, mengatakan harga emas tetap terbang karena krisis perbankan dan utang pemerintah AS. “Pasar sangat khawatir dengan krisis perbankan regional AS dan persoalan pfaon utang pemerintah AS. Kondisi ini membuat emas untung,” tutur Suki. Senin dini hari (1/5/2023), krisis perbankan resmi memakan korban baru dengan regulator AS menyita First Republic Bank dan mencapai kesepakatan untuk menjual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS. Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank. Apa yang menimpa bank-bank AS tentu saja membuat investor mempertanyakan stabilitas lembaga keuangan regional yang lebih kecil. Pasar juga dikhawatirkan dengan utang AS yang cenderung bermasalah. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang. Hal ini akibat alotnya pembahasan untuk menaikkan plafon utang AS. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang kini dipimpin Partai Republik memilih untuk menaikkan menaikkan batas pinjaman nasional. Ada syarat yakni pemotongan drastis anggaran belanja karena pemerintah dianggap terlalu boros, yang bakal menjadi sandungan bagi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat. Krisis bagi emas adalah berkah. Status emas sebagai aset aman dan minim risiko membuat investor mencari sang logam mulia ketika ketidakpastian meningkat.

Breaking News! Emas Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Masa Read More »

Emas Hadapi Periode Genting, Harganya Jadi Galau

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas kian labil menjelang pengumuman kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS). Pada penutupan perdagangan Senin (1/5/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.962,04 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,38%. Pelemahan kemarin memperpanjang kinerja labil sang logam mulia di mana harga emas menguat dua kali dan melemah dua kali dalam empat perdagangan hari sebelumnya. Pergerakan emas juga dalam rentang yang tipis tipis saja yakni di bawah 0,46%. Harga emas menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (2/5/2023) pukul 06:21 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1982,83 per troy ons. Harganya menguat 0,04%. Pergerakan emas yang tipis-tipis saja bisa dipahami mengingat pelaku pasar emas tengah galau menunggu hasil rapat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai hari ini dan akan mengumumkan kebijakan moneternya Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Ekspektasi pasar sejauh ini memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps. “Titik support emas di kisaran US$ 1.900 per troy ons. Pelaku pasar tidak akan meninggalkan titik support ini karena ada harapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada tahun ini,” tutur Han Tan, chief market analyst dari Exinity, dikutip dari Reuters. Tan memperkirakan jika The Fed menahan suku bunga maak emas bisa kembali melonjak ke atas US$ 2.000. The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 475 bps menjadi 4,75-5,0 bps sejak Maret 2022.“Namun, jika The Fed kembali hawkish maka itu akan membuat pergerakan emas sangat berat,” tutur Ilya Spivak, dari Tastylive.

Emas Hadapi Periode Genting, Harganya Jadi Galau Read More »

Pelaku Pasar Lagi Bingung, Harga Emas pun Limbung

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas kembali jatuh di tengah kebingungan pelaku pasar mencari “clue” untuk pergerakan sang logam mulia ke depan. Pada penutupan perdagangan Rabu (26/4/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.989,48 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,42%. Pelemahan kemarin memutus performa positif emas yang menguat pada dua hari perdagangan sebelumnya. Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Kamis (26/4/2023) pukul 07:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1991,52 per troy ons. Harganya menguat 0,10%. Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Kamis (26/4/2023) pukul 07:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1991,52 per troy ons. Harganya menguat 0,10%. Daniel Ghali, analis dari TD Securities, menjelaskan kekhawatiran investor mengenai krisis perbankan AS sebenarnya bisa mendongkrak emas. Pasalnya, krisis akan meningkatkan ketidakpastian sehingga permintaan aset aman akan meningkat. Namun, di sisi lain, data earnings perusahaan AS masih kencang. Kondisi ini membuat investor melirik saham dibandingkan emas. “Krisis menjadi katalis bagi emas untuk menguat tetapi secara tren, emas sepertinya sudah berada di titik maksimum,” ujar Ghali, dikutip dari Reuters. Kekhawatiran akan krisis perbankan kembali meningkat setelah First Republic Bank melaporkan adanya penarikan dana lebih dari US$ 100 miliar pada kuartal I-2023. Investor khawatir jika pemerintah dan otoritas yang berwenang tidak akan membantu menyelesaikan persoalan First Republic Bank. Regulator bank AS bankan dikabarkan akan menurunkan penilaian prospek dari First Republic. Saham bank tersebut pun jatuh 29% kemarin sehingga dalam dua hari anjlok 61%. Sementara itu, perusahaan raksasa teknologi AS justru melaporkan kinerja yang memuaskan di tengah pesimisme pasar. Pendapatan Microsoft naik 7% menjadi US$ 52,9 miliar pada Januari- Maret 2023. Pendapatan tersebut lebih besar dibanding proyeksi analis yakni US$ 49,3 miliar ataupun tahun lalu yang tercatat US$ 51,02 miliar.  Laba bersih dari produsen Windows tersebut naik 9% menjadi US$ 18,3 miliar. Sementara itu, induk Facebook, Meta Platforms, melaporkan pendapatan sebesar US$ 28,65 miliar pada kuartal I-2023, lebih tinggi dibandingkan proyeksi analis yakni US$ 27,65 miliar. “Market tengah mencari arah kemana laju ekonomi dan perusahaan akan bergerak. Beberapa perusahaan melaporkan kinerja keuangan yang jauh di atas ekspektasi. Namun, investor melihat data itu belum cukup,” tutur Lisa Erickson, head of public markets dari U.S. Bank Wealth Management, dikutip dari Reuters. Pelaku pasar tengah menunggu data pertumbuhan ekonomi AS. AS akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023 malam nanti pukul 19:30 WIB. Sejumlah polling menunjukkan ekonomi Negara Paman Sam akan melandai atau bahkan terkontraksi pada Januari-Maret 2023. Padahal, ekonomi AS tumbuh cukup tinggi 2,9% (year on year/yoy) pada kuartal IV-2022. Analis memperkirakan ekonomi AS sudah terimbas besar oleh kebijakan moneter yang sangat ketat. Di tengah banyaknya data yang saling bertentangan, pelaku pasar justru tidak bisa menebak arah bank sentral AS Teh Federal reserve (The fed) karena dalam masa “blackout period”.The Fed akan menentukan kebijakan terkait suku bunga pada pekan depan.

Pelaku Pasar Lagi Bingung, Harga Emas pun Limbung Read More »

Harga Emas Tiba-Tiba Anjlok Usai Pesta Pora, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas mulai melandai usai terbang selama dua pekan. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (24/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.977,22 per troy ons. Harga sang logam mulia ambruk 0,82%. Dalam sepekan, harga emas juga melemah 0,54%. Pelemahan ini menghapus kinerja cemerlang emas yang menguat selama tiga pekan sebelumnya. Pada dua pekan lalu, emas bahkan mengangkasa 6,43%. Harga emas juga sedikit melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Senin (27/3/2023) pukul 05:40 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.972,71 per troy ons. Harganya melandai 0,23%. Harga emas melandai setelah dolar Amerika Serikat (AS) kembali perkasa. Indeks dolar AS pada akhir pekan lalu ditutup di posisi 103,12, jauh lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya yang berada di 102,53. Penguatan dolar AS tentu menjadi kabar buruk bagi emas mengingat sang logam mulia semakin sulit dijangkau untuk investasi. “Penguatan dolar AS dan rebound pada apsar saham membuat harga emas sedikit melemah,” tutur Bart Melek, analis dari TD Securities, dikutip dari Reuters. Emas terbang pada dua pekan lalu karena meningkatnya ketidakpastian akibat dari krisis perbankan AS. Pasar guncang karena kolapsnya tiga bank yakni Silvergate Bank, Signature Bank, dan Silicon Valley Bank (WVB). Di tengah ketidakpastian, emas sebagai aset safe haven pun kembali diburu. Otoritas AS sudah melakukan sejumlah langkah untuk menahan penyebaran dampak krisis perbankan, termasuk dengan memastikan dana nasabah yang terjamin akan mendapatkan dananya. Dengan semakin berkurangnya kekhawatiran pasar maka emas pun kembali dilepas dan banyak investor kembali ke aset yang lebih berisiko seperti saham. Akibatnya harga emas pun melemah. Meski melemah, harga emas diproyeksi masih bisa menguat ke depan. Analis dari RJO Futures Bob Haberkorn menjelaskan krisis perbankan belum benar-benar berlalu. Buktinya, Eropa kembali digoyang kekhawatiran oleh kinerja Deutsche Bank. Saham bank raksasa asal Jerman tersebut turun lebih dari 13% pada pembukaan perdagangan Jumat (23/3/2023) menyusul lonjakan credit default swap(CDS) pada Kamis pekan lalu, karena kekhawatiran tentang stabilitas bank-bank Eropa tetap ada. “Kekhawatiran apapun mengenai krisis perbankan akan membuat harga emas kembali menguat,” ujar Haberkorn.

Harga Emas Tiba-Tiba Anjlok Usai Pesta Pora, Kok Bisa? Read More »

Scroll to Top