emas

Ada Hajatan Penting di Amerika, Harga Emas Ikut Lemas

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melemah di tengah sikap wait and see pelaku pasar menunggu pidato Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Pada penutupan perdagangan Senin (6/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.846,85 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,44%. Harga emas juga masih melemah tipis pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (7/3/2023) pukul 06: 30 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.846,15 per troy ons. Harganya melemah 0,04%. Seperti diketahui, Powell akan menggelar sesi dengar pendapat dengan kongres AS pada hari ini dan besok (7-8/3/2023). Powell diharapkan bisa memberikan sinyal yang lebih jelas mengenai kebijakan bank sentral AS ke depan, apakah masih hawkish atau mengarah ke dovish. “Sangat bijaksana bagi pasar untuk tidak terlalu terburu-buru mengingat ini adalah minggu yang penting yang dapat mengubah arah,” kata Quincy Krosby dari LPL Financial, di kutip CNBC International. Kehadiran Powell di kongres berdekatan dengan akan dirilisnya sejumlah data penting di AS, mulai dari tenaga kerja pada akhir pekan dan inflasi pekan depan. Data-data ini akan menjadi penentu dari arah kebijakan The Fed dalam menggelar pertemuan 21-22 Maret mendatang. Pergerakan emas tentu saja akan sangat terpengaruh oleh pernyataan Powell. Pasalnya, apapun kebijakan The Fed bisa mempengaruhi naik turunnya emas. “Jelas sekali pelaku emas kini tengah dalam mode wait and see. Namun, sepertinya tidak aka nada perubahan dalam kebijakan Powell. The fed kemungkinan akan menekankan pentingnya membawa inflasi ke target sasatan,” tutur analis dari UBS, Giovanni Staunovo, dikutip dari Reuters. Kebijakan moneter yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS.

Ada Hajatan Penting di Amerika, Harga Emas Ikut Lemas Read More »

Menunggu Kabar Penting dari AS, Harga Emas Akan Labil

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melonjak pada pekan lalu. Namun, kinerja sang logam mulia akan menghadapi tantangan berat pada pekan ini karena banyaknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang akan keluar dalam lima hari ke depan. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (3/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.854,97 per troy ons. Harganya terbang 1,03%. Secara keseluruhan, emas juga melonjak 2,4% pada pekan lalu. Penguatan tersebut memutus rekor buruk emas yang melandai selama empat pekan sebelumnya. Kendati cemerlang pada pekan lalu, emas diperkirakan akan menghadapi perjalanan berat pekan ini. Sang logam mulia diperkirakan akan bergerak volatile. Pada perdagangan hari ini, Senin (6/3/2023) pukul 06: 11 WIB, harga emas di posisi US$ 1.853,65 per troy ons. Harganya melemah tipis 0,07%. Pekan ini, AS akan mengumumkan sejumlah data penting. Di antaranya adalah data ketenagakerjaan Februari yang dirilis Jumat (10/3/2023) serta laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) per Januari dan Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP pada tengah pekan. Agenda penting lain adalah pidato Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di hadapan Komite Urusan Perbankan, Perumahan dan Perkotaan Senat dan Komite Layanan Keuangan DPR AS pada Selasa dan Rabu (7-8/3/2023). Data tenaga kerja akan sangat menentukan arah kebijakan The Fed ke depan. Sementara itu, pidato Powell juga akan menjadi sinyal bagi kebijakan The Fed ke depan. Analis TD Securities, Bart Melek, memperkirakan emas kemungkinan akan bergerak di kisaran US$ 1.830-1.850 per troy ons pekan ini. Sebaliknya, analis OANDA Craig Erlam memperkirakan emas akan bergerak di kisaran US$ 1.780-1.800 per troy ons. “Masih ada kemungkinan The Fed menjadi sangat hawkish dan ini tentu tidak baik bagi emas,” tutur Erlam, dikutip dari Reuters.

Menunggu Kabar Penting dari AS, Harga Emas Akan Labil Read More »

Rehat Dulu, Harga Emas Turun Setelah Terbang Tiga Hari

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melandai kemarin setelah terbang dalam tiga hari sebelumnya. Pada perdagangan Kamis (2/3/2023), emas mengakhiri perdagangan di posisi US$ 1.836,00. Harganya melemah tipis 0,04%. Pelemahan emas kemarin memutus tren positif emas yang melonjak 1,43% pada tiga hari sebelumnya. Sang logam mulia mulai menguat lagi pada pagi hari ini. Pada perdagangan Jumat (3/3/2023) pukul 06: 30 WIB, harga emas menguat tipis 0,07% ke posisi US$ 1.837,35 per troy ons. Melemahnya emas pada penutupan perdagangan kemarin disebabkan oleh lonjakan pada yield surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS). Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun merangkak naik ke 3,996%. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak 9 November 2022 atau hampir tiga bulan terakhir. Yield meningkat karena pelaku pasar mulai khawatir bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan kebijakan ketat. Terlebih, data pengangguran AS menunjukkan ekonomi AS masih kencang. Klaim pengangguran di AS turun selama tiga pekan terakhir. Pada pekan yang berakhir 25 Februari 2023, klaim pengangguran AS mencapai 190.000, turun dari pekan sebelumnya yang menembus 192.000. Analis Blue Line Futures, Phillip Streible, mengatakan pelaku pasar kini menunggu data inflasi Februari yang akan keluar pada 14 Maret 2023. Data inflasi akan menjadi pertimbangan The Fed pada pertemuan mereka 21-22 Maret. “Pasar mungkin akan merasa lega setelah itu. Setiap kali ada kenaikan suku bunga, pada akhirnya pasar melihatnya sebagai sebuah perjalanan menuju berakhirnya siklus (kenaikan),” tutur Streible, dikutip dari Reuters.

Rehat Dulu, Harga Emas Turun Setelah Terbang Tiga Hari Read More »

Amerika Minggir Dulu, Investor Emas Lagi Bahagia Bareng China

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas mulai naik secara perlahan. Pada perdagangan awal Maret, Rabu (1/3/2023), emas mengakhiri perdagangan di posisi US$ 1.836,81. Harganya menguat 0,53%. Penguatan kemarin memperpanjang tren positif emas yang juga menguat tipis-tipis dalam dua hari perdagangan sebelumnya. Dalam tiga hari perdagangan terakhir, harga emas melonjak 1,43%. Sang logam mulia juga masih menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (2/3/2023) pukul 06: 20 WIB, harga emas menguat tipis 0,06% ke posisi US$ 1.837,83 per troy ons. Penguatan emas ditopang oleh sentimen positif dari China. Menggeliatnya ekonomi Tiongkok yang tercermin dalam aktivitas manufaktur langsung disambut gembira pelaku pasar. Manufacturing purchasing managers’ index (PMI) China melonjak ke 52,6 pada Februari 2023, dari 50,1 pada Januari. Kenaikan indeks ini menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok semakin ekspansif. Lonjakan PMI China bahkan mampu meredam keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS). Juga, sedikit meredam kekhawatiran pasar mengenai kelanjutan kebijakan moneter bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Indeks dolar ditutup di posisi 104,48 kemarin, turun 0,37% dibandingkan hari sebelumnya. Pelemahan dolar AS akan menguntungkan emas karena harganya semakin terjangkau untuk investasi. China adalah ekonomi terbesar kedua di dunia. Tiongkok juga merupakan konsumen terbesar untuk sejumlah komoditas seperti emas sehingga pergerakn ekonomi China diyakini bakal berdampak kepada emas. “Pasar optimis dengan pemulihan ekonomi China menyusul data ekonomi mereka yang sangat kuat. Kondisi ini menghentikan rally dollar,” tutur analis Ross Norman, dikutip Reuters. Norman memperkirakan data ekonomi China masih akan menopang pergerakan emas ke depan. Terlebih, permintaan emas secara fisik dari China juga masih melambung. Data World Gold Council menunjukkan bank sentral China (The People’s Bank of China/PBoC) melakukan pembelian emas sebanyak 62,2 ton pada 2022. Pembelian dalam jumlah besar tersebut membuat cadangan emas mereka kini menyentuh di atas 2.000 ton untuk pertama kalinya dalam sejarah. “Emas akan dicari lagi oleh aksi bargain hunting. Titik support emas kemungkinan ada di US$ 1.808,” imbuh Norman.

Amerika Minggir Dulu, Investor Emas Lagi Bahagia Bareng China Read More »

Emas Akhiri Tren Buruk, Sanggupkan Terus Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas menguat cukup tajam pada perdagangan kemarin. Namun, sang logam mulia diproyeksi masih akan mendapat tekanan tajam ke depan. Pada penutupan perdagangan Senin (27/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.817,31 per troy ons. Harga sang logam mulia menguat 0,36%. Penguatan tersebut mengakhiri tren negatif emas yang terjadi dalam lima hari perdagangan sebelumnya. Sepanjang periode 20-24 Februari 2023 tersebut emas ambruk 1,67%. Penguatan emas masih berlanjut pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (28/2/2023) pukul 06: 24 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.817,39 per troy ons.Harganya menguat tipis 0,002%. Kendati menguat kemarin, analis FXTM, Lukman Otunuga, memperkirakan emas akan kesulitan menguat ke depan. Sampai dengan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 21-22 Maret mendatang, harga emas akan labil cenderung melemah. Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) pada rapat tersebut akan sangat menentukan gerak emas setelahnya. “Fed sudah berkali-kali menekankan langkah penting untuk menekan inflasi yang naik pada Januari 2023. Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan suku bunga akan menyeret harga emas terus melemah,” tutur Otunuga, dikutip dari Reuters. Kenaikan suku bunga The Fed akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS. Otunuga memperkirakan titik emas akan melandai ke kisaran US$ 1.800. Sejumlah analis bahkan memperkirakan titik support emas akan turun ke US$ 1.790. “Emas akan sangat sensitive terhadap pernyataan atau apapun yang terkait dengan kebijakan The Fed. Juga, dengan setiap pergerakan data ekonomi AS,” ujar Otunuga.

Emas Akhiri Tren Buruk, Sanggupkan Terus Menguat? Read More »

Harga Emas Terbang Karena Rusia, Ambruk Karena Amerika

Jakarta, CNBC Indonesia – Emas sempat melambung karena perang Rusia-Ukraina. Namun, emas kemudian takluk oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Emas bergerak di kisaran US$ 1.920 per ton sebelum perang Rusia-Ukraina meletus setahun yang lalu, 24 Februari 2022. Perang meletus dan harga emas mengangkasa dari US$ 1.957,48 pada 24 Februari menjadi US$ 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret 2022. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Agustus 2020. Emas merupakan aset aman yang dicari sebagai hedging di tengah ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik. Emas kemudian melandai hingga ke level US$ 1.920 pada awal April sebelum melonjak kembali pada pertengahan April dan menyentuh US$ 1.978,5 per troy ons pada 18 April. Lonjakan harga emas disebabkan buntunya perundingan Rusia dan Ukraina. Namun, masa keemasan emas cukup sampai di sana. Sang logam mulia terus melemah bahkan menyentuh US$ 1.811 per troy ons pada 13 Mei 2022 karena kenaikan suku bunga The Fed. Sang logam mulia juga selalu melemah begitu data-data ekonomi AS bergerak jauh di atas ekspektasi pasar. Kebijakan moneter The Fed yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS. Sempat menguat karena buntunya perundingan Rusia-Ukraina, emas langsung layu begitu The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada pertengahan Juni. Emas menyentuh US$ 1.806 per troy ons pada 30 Juni 2022. Kilau emas semakin luntur dan turun ke kisaran US$ 1.700 pada 5 Juli 2022 karena tingginya ekspektasi pasar mengenai kebijakan hawkish The Fed. Kebijakan hawkish The Fed pada Agustus dan September 2022 membuat emas hingga masuk ke level US$ 1.500 per troy ons. Harga emas mulai membaik pada Januari 2023 setelah The Fed memberi sinyal ada disinflasi di AS. Setahun setelah perang meletus, dampak positif perang ke pergerakan emas tidak berbekas. Kembali memanasnya perang Rusia setelah Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina pada Senin (20/2/2023) tidak membuat emas bergeming. Harga Emas tetap melemah karena pasar semakin khawatir dengan kelanjutan kebijakan hawkish The Fed setelah data-data menunjukkan ekonomi AS masih berlari kencang. Pada penutupan perdagangan Kamis (23/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.822,64 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,13%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 29 Desember 2022. Dengan demikian, emas sudah melandai dalam empat penutupan perdagangan beruntun dengan pelemahan mencapai 1,03%. Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (24/2/2023) pukul 07: 10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.822,96 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,02%

Harga Emas Terbang Karena Rusia, Ambruk Karena Amerika Read More »

Harga Emas Turun ke Level Terendah 2 Bulan

Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun ke level terendah dalam waktu sekitar dua bulan pada hari Kamis. Penurunan ini setelah jumlah pengangguran mingguan AS lebih rendah mendukung pendirian Federal Reserve bahwa suku bunga harus naik lebih tinggi untuk mengendalikan inflasi. Dikutip dari CNBC, Jumat (24/2/2023), harga emas di pasar spot turun 0,1 persen pada USD 1.822,5 per ons pada 4:16 p.m. ET, setelah menyentuh level terendah sejak 30 Desember sebelumnya. Futures Emas A.S. turun 0,8 persen untuk menetap di USD 1.826,8. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun pekan lalu, menunjuk ke pasar tenaga kerja yang ketat dan tekanan inflasi. Sementara itu, produk domestik bruto negara itu meningkat pada tingkat tahunan 2,7 persen yang direvisi pada kuartal keempat tahun 2022, direvisi turun dari 2,9 persen yang dilaporkan bulan lalu. Suku Bunga The Fed Sementara angka PDB melewatkan sedikit harapan, penurunan penurunan klaim pengangguran membuat Fed di kursi pengemudi sedemikian rupa sehingga mereka dapat terus menaikkan tarif, kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. Pertemuan pada hari Rabu menunjukkan para pembuat kebijakan yang disepakati tarif perlu bergerak lebih tinggi, tetapi pergeseran ke kenaikan yang lebih kecil akan membiarkan mereka mengkalibrasi lebih dekat dengan data yang masuk. “Satu-satunya cara untuk memerangi inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga dan satu-satunya cara yang akan hilang adalah ketika konsumen mengetuk, tetapi konsumen belum mengetuk, mereka masih membeli,” Haberkron menyoroti. Dana Fed Futures sekarang harga dalam tiga kenaikan lagi menjadi 5,25-5,50 persen meningkatkan ekspektasi kembali untuk pemotongan suku bunga di masa depan. Suku bunga yang tinggi meredam daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi sambil meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak menghasilkan. Harga Emas Dunia Jatuh ke Bawah USD 1.850 per Ons, Mampu Bangkit? Harga emas turun di bawah USD 1.850 per ons sepanjang Februari ini disebabkan penjualan ritel AS yang diluar prediksi pada Januari 2023. Pasar emas bereaksi terhadap data ekonomi yang kuat, yang menunjukkan lebih banyak pengetatan oleh Federal Reserve. Rilis makro yang sangat dinantikan dari minggu ini menunjukkan bahwa inflasi mendingin lebih lambat dari yang diperkirakan, sementara ekonomi AS tetap cukup kuat dan itu bisa membenarkan lebih banyak kenaikan suku bunga The Fed. “Logam mulia diperdagangkan di bawah USD 1850 berkat angka inflasi AS yang kaku dan pandangan yang bertentangan dari pejabat Fed. Mengingat bagaimana dolar kemungkinan akan mendapatkan kekuatan dari ekspektasi seputar Fed yang tetap hawkish lebih lama, ini bisa diterjemahkan menjadi lebih menyakitkan bagi nol- menghasilkan emas di jalan,” kata analis riset senior di FXTM Lukman Otunuga, dikutip dari laman Kitco News, Senin (20/2/2023). Otunuga menjelaskan, penjualan ritel dari Januari melambung tajam, naik 3 persen dibandingkan yang diharapkan 1,8 persen. Selain itu, aktivitas pabrik negara bagian New York mengalami kontraksi pada bulan Februari selama tiga bulan berturut-turut, tetapi dengan kecepatan yang jauh lebih lambat. Ini terjadi setelah data inflasi AS menunjukkan IHK tahunan sebesar 6,4 persen pada bulan Januari dibandingkan perkiraan perlambatan menjadi 6,2 persen “Sementara inflasi di ekonomi terbesar dunia terus melambat, itu tidak jatuh secepat yang diantisipasi investor, pada akhirnya menghidupkan kembali taruhan kenaikan suku bunga Fed. Mengingat bagaimana angka inflasi terbaru ini menambah laporan ledakan pekerjaan bulan Januari, dolar bisa naik lebih tinggi dalam jangka pendek,” tambah Otunuga. Sejumlah pembicara The Fed juga cenderung hawkish minggu ini, meningkatkan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut. Presiden Fed Dallas Lorie Logan mengatakan The Fed harus tetap siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga untuk periode yang lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya” karena pasar tenaga kerja yang “sangat kuat”. Suku Bunga Sementara itu, Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan pembuat kebijakan mungkin perlu menaikkan suku bunga di atas 5 persen. “Berapa banyak di atas level itu akan sangat bergantung pada apa yang kami lihat, kami memiliki laporan inflasi yang bagus karena bergerak turun, tetapi tidak cepat,” ujar Harker. Disisi lain analis pasar di Kinesis Money Rupert Rowling, menilai penetapan kenaikan suku bunga yang harus dilakukan Fed dapat mempengaruhi penentuan harga emas di pasaran. “Prospek kenaikan suku bunga mengurangi daya tarik logam mulia, karena tidak menghasilkan imbal hasil bagi pemegangnya, dengan aset berbunga lainnya lebih disukai,” kata Rowling. Selain itu, data ekonomi yang kuat juga meminimalkan kemungkinan hard landing, yang merupakan salah satu pendorong utama emas memasuki tahun baru. “Banyak investor mengantisipasi bahwa skenario hard landing dapat terbukti mengganggu aset berisiko dan mendorong beberapa aliran menuju bullion. Sekarang sepertinya skenario hard landing tidak akan terjadi,” kata Analis pasar senior di OANDA Edward Moya.

Harga Emas Turun ke Level Terendah 2 Bulan Read More »

Sudah Ambles 3 Pekan, Harga Emas Diramal Masih Sulit Naik

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas sudah ambruk tiga pekan beruntun. Harga sang logam mulia juga diperkirakan masih labil cenderung melemah pada pekan ini karena masih “panasnya” ekonomi Amerika Serikat (AS). Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (17/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.842,18,19 per troy ons. Harga sang logam mulia memang menguat 0,26%. Namun, secara keseluruhan, emas ambruk 1,21% pada pekan lalu. Pelemahan tersebut jauh lebih dalam dibandingkan pekan sebelumnya yang melandai 0,05%. Pada tiga pekan lalu, emas juga ambruk 3,21%. Harga emas diperkirakan masih melandai pada pekan ini karena investor tengah khawatir dengan kebijakan moneter bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Pada perdagangan hari ini, Senin (20/2/2023) pukul 06: 02 WIB, harga emas melemah ada di posisi US$ 1.841,34 per troy ons. Harganya melandai 0,05%. “Untuk banyak investor, harga emas ini memusingkan. Ancaman resesi sudah tidak ada lagi. Di sisi lain, kebijakan moneter ketat diprediksi akan berlanjut dan ini membebani emas,” tutur analis Blue Line Futures, Phillip Streible, dikutip dari Reuters.Kekhawatiran pelaku pasar meningkat setelah data-data menunjukkan ekonomi AS masih melaju kencang. Kondisi tersebut mencerminkan inflasi AS masih sulit dijinakkan. Inflasi Januari 2023 menembus 6,4% (year on year/yoy), jauh di atas ekspektasi pasar yang berada 6-6,2%. Penjualan ritel AS juga meloncat 3% (yoy) pada Januari 2023, jauh di atas ekspektasi pasar (1,85%). Sementara itu, indeks harga produsen pada Januari juga tumbuh 0,7% (month to month/mtm) , jauh di atas ekspektasi pasar yakni 0,4%. “Inflasi sepertinya lebih sulit untuk dijinakkan dibandingkan proyeksi banyak pihak. Kita lihat data-data ekonomi juga menunjukkan ekonomi AS masih sangat kuat,” tutur analis TD Securities Bart Melek. Melek memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Maret mendatang. “The Fed bahkan kemungkinan tidak akan berhenti sampai di sana. Artinya, suku bunga tinggi masih akan berlangsung lama,” imbuhnya Dilansir dari Kitco News, survei dari 17 analis menunjukkan jika 13 dari mereka memproyeksi emas masih akan melemah pada pekan ini. Hanya satu analis yang memperkirakan emas akan menguat. Sebanyak tiga analis menilai emas akan bergerak sideways. Analis memperkirakan titik support baru emas ada di level US$ 1.800 per troy ons. Kebijakan moneter yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS.

Sudah Ambles 3 Pekan, Harga Emas Diramal Masih Sulit Naik Read More »

Scroll to Top