Jakarta, CNBC Indonesia– Harga emas kian labil menjelang pengumuman kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS).
Pada penutupan perdagangan Senin (1/5/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.962,04 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,38%.
Pelemahan kemarin memperpanjang kinerja labil sang logam mulia di mana harga emas menguat dua kali dan melemah dua kali dalam empat perdagangan hari sebelumnya.
Pergerakan emas juga dalam rentang yang tipis tipis saja yakni di bawah 0,46%.
Harga emas menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (2/5/2023) pukul 06:21 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1982,83 per troy ons. Harganya menguat 0,04%.
Pergerakan emas yang tipis-tipis saja bisa dipahami mengingat pelaku pasar emas tengah galau menunggu hasil rapat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai hari ini dan akan mengumumkan kebijakan moneternya Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Ekspektasi pasar sejauh ini memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps.
“Titik support emas di kisaran US$ 1.900 per troy ons. Pelaku pasar tidak akan meninggalkan titik support ini karena ada harapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada tahun ini,” tutur Han Tan, chief market analyst dari Exinity, dikutip dari Reuters.
Tan memperkirakan jika The Fed menahan suku bunga maak emas bisa kembali melonjak ke atas US$ 2.000.
The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 475 bps menjadi 4,75-5,0 bps sejak Maret 2022. “Namun, jika The Fed kembali hawkish maka itu akan membuat pergerakan emas sangat berat,” tutur Ilya Spivak, dari Tastylive.
Bisnis.com, JAKARTA– Harga emas turun pada akhir perdagangan Rabu (26/4/2023) waktu setempat, menghentikan kenaikan dua hari beruntun setelah menembus level psikologis US$2.000 didorong oleh kekhawatiran baru seputar gejolak perbankan AS dan data ekonomi AS teranyar.
Mengutip Antara, Kamis (27/4/2023), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, tergelincir US$8,50 atau 0,42 persen menjadi ditutup pada US$1.996,00 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.020,20 dan terendah di US$1.993,70.
Emas berjangka terdongkrak US$4,70 atau 0,24 persen menjadi US$2.004,50 pada Selasa (25/4/2023), setelah menguat US$9,30 atau 0,47 persen menjadi US$1.999,80 pada Senin (24/4/2023), dan anjlok US$28,60 atau 1,42 persen menjadi US$1.990,50 pada Jumat (21/4/2023).
Saham First Republic Bank mencapai rekor terendah setelah sebuah laporan mengatakan pemerintah AS tidak mau campur tangan dalam proses penyelamatan pemberi pinjaman bermasalah.
“Itu adalah katalis harga emas untuk kembali ke level yang sedikit lebih tinggi,” kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
Data ekonomi yang dirilis Rabu (26/4/2023) mengurangi daya tarik emas. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan barang tahan lama AS tumbuh 3,2 persen pada Maret setelah jatuh dari revisi 1,2 persen pada Februari. Para ekonom memperkirakan pesanan barang tahan lama naik 0,8 persen.
Defisit perdagangan barang-barang AS menyusut 8,4 persen pada Maret ke level terendah empat bulan sebesar US$84,6 miliar, berpotensi memberikan sedikit dorongan untuk produk domestik bruto pada kuartal pertama yang akan dirilis Kamis. Defesit perdagangan barang-barang turun dari 92 miliar dolar AS pada Februari.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS pulih dari level terendah hampir dua minggu, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Para pedagang sekarang fokus pada data PDB triwulanan AS yang akan dirilis pada Kamis, diikuti oleh indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti pada Jumat (28/4/2023), pengukur inflasi pilihan Fed.
Pasar memperkirakan peluang 3-dalam-4 bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 2-3 Mei.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 0,60 sen atau 0,02 persen, menjadi ditutup pada US$24,876 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli terangkat US$7,80 atau 0,71 persen, menjadi menetap pada US$1.106 per ounce.
Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dunia berpotensi menguji level US$1,949 per troy ounce sampai dengan US$2,016 per troy ounce pada perdagangan hari ini.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi meyakini harga emas dunia bakal menguat ditopang oleh sejumlah sentimen. Salah satunya adalah sikap investor untuk beralih ke asset safe haven. Akibat bank Deutsche Bank asal Jerman menjadi nama besar terbaru yang terperangkap dalam krisis perbankan AS-ke-Eropa.
“Dalam penutupan pasar akhir pekan lalu harga emas dunia melemah ke US$ 1,976,00 per troy ounce. Pada perdagangan Senin, emas dunia akan di perdagangkan menguat di rentang US$1,949.56 per troy ounce – US$2,016.45 per troy ounce,” tulisnya dalam riset, Sabtu (27/3/2023).
Ibrahim menambahkan kekhawatiran inflasi yang meningkat juga membuat emas tetap di benak investor meskipun Federal Reserve mengatakan mungkin hanya ada satu lagi kenaikan suku bunga AS dalam siklus kenaikan saat ini. Di Amerika Serikat, Menteri Keuangan AS Janet Yellen membuat para regulator keuangan negara yang disebut Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan berunding, untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Sabtu pagi WIB, karena aksi ambil untung usai memecahkan rekor sepanjang masa.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 0,61 persen menjadi US$1.983,80 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.006,50 dan terendah di US$1.977.70.
Meski terkoreksi di akhir pekan, selama lima hari perdagangan harga emas masih mampu menguat 0,5 persen. Kekhawatiran inflasi yang meningkat juga membuat emas menarik bagi investor meskipun seorang pejabat senior Federal Reserve mengatakan pada Jumat (24/3/2023).
Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard mengatakan kepada wartawan pada Jumat (24/3/2023) bahwa Federal Reserve kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan. Setelah melihat respons cepat regulator AS meredakan tekanan di sektor perbankan, sementara ekonomi dan inflasi tetap lebih kuat dari yang diharapkan.
“Harga emas akan tetap didukung di tengah meningkatnya ketidakpastian kebijakan ekonomi AS dan risiko kenaikan inflasi,” kata analis BCA Research yang berbasis di Montreal dalam sebuah catatan yang dilansir dari Antara.
Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas global akan dibayangi oleh sentimen volatilitas dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini.
Tim analis Monex Investindo Futures menjelaskan emas berpeluang bergerak turun di tengah outlook menguatnya dolar AS karena pernyataan yang cenderung hawkish dari pejabat Fed serta solidnya data manufaktur dan sektor jasa AS.
“Namun, sebaiknya pasar waspadai masih adanya kekhawatiran terhadap krisis perbankan yang dapat memicu permintaan aset safe haven logam mulia,” jelas analis Monex, Senin (27/3/2023).
Menurutnya, emas berpeluang dijual selama bergerak di bawah level resistance di US$1.982, karena berpotensi bergerak turun menguji support terdekat di US$1.968 per troy ounce.
Kendati demikian, jika emas dapat bergerak naik hingga menembus ke atas level US$1.982 per troy ounce, emas berpeluang dibeli karena berpotensi naik lebih lanjut membidik resistance selanjutnya di US$1.990 per troy ounce.
Mengutip Investing, Senin (27/3/2023), harga emas mundur pada perdagangan Senin karena para pedagang mengunci keuntungan setelah kenaikan yang kuat. Namun, posisi emas tetap mendekati level kunci yang dicapai minggu lalu karena kekhawatiran krisis perbankan global membuat permintaan safe haven tetap tinggi.
Harga emas melonjak ke lebih dari US$2.000 minggu lalu di tengah kekhawatiran domino jatuhnya bank-bank AS dan Eropa, dengan keuntungan logam kuning sebagian besar melampaui dolar sebagai aset safe haven tahun ini.
Emas tertekan aksi ambil untung pada Senin, lantaran di bawah tekanan dari sedikit kebangkitan dolar setelah beberapa pejabat Federal Reserve mengatakan bank dapat menaikkan suku bunga setidaknya dua kali lagi.
Pejabat AS dan Eropa memperingatkan selama akhir pekan bahwa sektor perbankan sedang diawasi secara ketat untuk tanda-tanda potensi krisis kredit. Sumber kekhawatiran pasar terbaru datang dari Deutsche Bank AG, yang sahamnya anjlok minggu lalu setelah biaya mengasuransikan utang bank terhadap potensi gagal bayar atau CDS melonjak mendekati level tertinggi lima tahun.
Pelaku pasar mengkhawatirkan keruntuhan bank Eropa mana pun setelah Credit Suisse Group diakuisisi oleh kompetitornya UBS Group AG dalam kesepakatan darurat yang ditengahi oleh regulator Swiss.
Jakarta, CNBC Indonesia– Harga emas makin mengangkasa. Sang logam mulia bahkan diproyeksi bisa menembus US$ 2.500 dalam waktu dekat.
Pada penutupan perdagangan Kamis (23/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.993,49 per troy ons. Harga sang logam mulia melonjak 1,21%.
Penguatan emas kemarin memperpanjang kinerja impresif emas yang juga melonjak pada Rabu pekan ini. Dalam dua hari terakhir, harga emas sudah terbang 2,7%.
Harga emas juga sedikit melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (24/3/2023) pukul 06:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.992,30 per troy ons. Harganya melandai 0,06%.
Harga emas terbang sejak pekan lalu setelah Amerika Serikat (AS) guncang karena kolapsnya tiga bank yakni Silvergate Bank, Signature Bank, dan Silicon Valley Bank (WVB).
Sejumlah analis kini mulai meramal seberapa emas akan berlari kencang. Faktor utama ada pada arah kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)
Analis CMC Markets, Tina Teng, memperkirakan emas bisa menembus hingga level US$ 2.500-2.600 dalam waktu dekat.
“Begitu The Fed melakukan pivot terhadap kebijakan suku bunganya maka emas akan terus melambung karena dolar AS akan tertekan,” tutur Teng, dikutip dari CNBC International.
Setelah krisis perbankan AS, banyak yang memperkirakan The Fed akan melakukan pivot atau berbalik arah terhadap kebijakannya yakni dengan menurunkan suku bunga.
Namun, The Fed tetap menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Rabu waktu AS (22/3/2023). Pada perdagangan Senin (20/3/2023) pukul 14:26 WIB, harga emas menembus US$ 2.007,69 per ton atau terbang 1%.
Ini adalah kali pertama emas menembus level US$ 2.000 sejak 7 Maret 2022 atau beberapa hari setelah perang Rusia-Ukraina meletus akhir Februari 2022.
Rekor harga tertinggi emas masih tercatat pada awal Agustus lalu yang menembus US$ 2.075 per troy ons.
Setelah rekor, harga emas jeblok pada tahun lalu karena kebijakan ketat hawkish. Harga emas masih tertolong oleh besarnya pembelian bank sentral.
Pada 2022 lalu, bank sentral membeli emas sebanyak 1.136 ton uang merupakan rekor tertinggi dalam 11 tahun.
“Pembelian emas oleh bank sentral akan menjaga harga emas tetap naik dalam jangka panjang,” tutur Randy Smallwood dari Wheaton Precious Metals, kepada CNBC International.
Proyeksi lonjakan harga emas juga disampaikan Fitch Solutions. Lembaga rating tersebut memprakirakan harga emas akan segera menyentuh US$ 2.075 pada minggu-minggu mendatang. Analis OANDA, Craig Erlam, sepakat dengan proyeksi Fitch.
“Sangat terbuka kemungkinannya emas akan terus menguat ke depan. Bintang-bintang di langit pun sepertinya mendukung penguatan emas. Kapan emas akan menembus rekor baru sepertinya tinggal menunggu waktu,” tutur Erlam.
Menurutnya, Fed harus memilih antara melanjutkan kebijakan hawkish untuk menghindari resesi atau melunak. Keduanya akan berdampak positif ke emas karena membuat emas makin diburu.
“The Fed harus memilih antara mencegah inflasi tinggi atau resesi. Keduanya positif bagus emas. Harga emas bisa menguat ke US$ 2.200 per troy ons,” tutur Nicky Shiels, analis dari MKS Pamp.
Kebijakan moneter yang dovish atau longgar akan membuat dolar AS melemah dan yield surat utang pemerintah AS turun.
Kondisi ini tentu menjadi hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang melemah akan membuat emas semakin terjangkau karena lebih murah.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga bisa lebih bersaing dengan surat utang pemerintah AS.
Jakarta, CNBC Indonesia – Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di Amerika Serikat (AS) langsung menjadi sorotan dunia. Terjadi perbedaan pendapat antara para analis, ekonom hingga pelaku pasar terkait kolapsnya kedua bank tersebut. Ada yang menyebut krisis perbankan akan meluas, yang lain berpendapat itu tidak akan terjadi.
Namun, pasar finansial sudah merasakan dampak buruknya. Bursa saham global mengalami volatilitas tinggi dan cenderung anjlok.
Penulis buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki juga turut memberikan komentar lewat cuitan di akun pribadinya di Twitter. Kiyosaki mengajak netizen untuk membeli emas.
“Dua bank besar sudah hancur, bank ketiga tinggal tunggu giliran. Belilah emas, perak, dan koin (krypto) sekarang, jangan beli ETF (exchange traded fund). Ketika bank ketiga hancur, maka harga emas dan perak akan naik. Di 2008, saya sudah meramalkan kehancuran Lehman Brothers sebelum kabar itu ramai diberitakan di CNN, kalau Anda ingin buktinya kunjungi RICH DAD.com,” ujar Kiyosaki di akun Twitternya pada 11 Maret 2023 lalu.
Emas merupakan aset aman (safe haven) yang sudah teruji. Setiap kali krisis atau resesi terjadi, harganya cenderung mengalami kenaikan.
Sumber: macrotrends, element.visualcapitalist.com (data hingga Juli 2022)
Sebelumnya ekonom Nouriel Roubini atau yang dikenal dengan “Dr Doom” alias “Dokter Kiamat” juga menyatakan dalam kondisi saat ini emas menjadi salah satu aset investasi yang tepat.
Roubini mendapat predikat tersebut setelah memprediksi terjadinya krisis finansial global 2008 dan benar terjadi.
Kini ia memprediksi inflasi di Amerika Serikat akan bertahan di kisaran 6% sangat jauh dari target bank sentral AS (The Fed) 2%.
“Jika saya benar, rata-rata inflasi tidak akan sebesar 2%, tetapi 6%. Kemerosotan yang kita lihat pada tahun lalu pada saham dan obligasi akan menjadi lebih parah dalam beberapa tahun ke depan,” kata Roubini dalam wawancara dengan CNN, Kamis (23/2/2023).
Roubini menyebut investor saat ini harus keluar dari saham dan obligasi, dan berinvestasi ke aset yang memiliki lindung nilai terhadap inflasi seperti emas.
Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Hal ini bisa memicu krisis yang parah.
Bank sentral AS (The Fed) yang terus menaikkan suku bunga dikatakan akan menciptakan banyak ‘perusahaan zombie’, perusahaan yang dibentuk saat era suku bunga rendah, tetapi hingga saat ini belum mampu menghasilkan laba untuk membayar utang.
“Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, shadow bank, dan negara zombie akan bangkrut akibat suku bunga yang terus naik,” ujar Roubini Oktober lalu.
Perusahaan zombie memang sudah kerap kali disebut dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan ini banyak tumbuh saat era suku bunga rendah, biaya utang yang murah, tetapi belum mampu mencatat profit atau membiayai utang mereka.
Selain itu Dr Doom melihat ada risiko resesi yang terjadi gabungan antara stagflasi 1970an dan 2008.
Dalam artikel Majalah Time yang terbit Kamis (13/10/2022), Dr. Doom mengatakan dunia akan menuju “kebangkrutan besar-besaran dan krisis finansial yang berlarut-larut”.
Kolapsnya SVB dan Signature Bank membuat prediks Dr Doom mulai terbukti. Tingginya suku bunga The Fed menjadi salah satu penyebab kolapsnya SVB. Banyak perusahaan startup menarik deposito mereka di SVB akibat kondisi saat ini menyulitkan untuk IPO. Penarikan dana yang ditempatkan di bank menjadi jalan untuk menstabilkan kondisi finansial.
Dampaknya, SVB menjadi kekurangan modal. Guna menambah likuditas, SVB menjual obligasi yang dimiliki meski harus merugi hingga US$ 1,8 miliar. Lagi-lagi suku bunga The Fed yang tinggi menjadi biang kerok kerugian tersebut.
Suku bunga yang tinggi membuat harga obligasi AS (Treasury) saat ini jatuh, tercermin dari imbal hasil (yield) yang melesat naik. Maklum saja, para investor melihat penerbitan Treasury yang baru akan menawarkan yield yang lebih tinggi, bahkan menempatkan deposito di perbankan juga suku bunganya lebih menarik.
Alhasil, harga Treasury yang tersedia di pasar langsung terbanting, penjualan yang dilakukan SVB pun berakibat kerugian yang besar.
Masalahnya kini tidak hanya di Amerika Serikat saja, hampir di semua negara menerapkan suku bunga tinggi. Apa yang terjadi dengan SVB dan Signature Bank tentunya bisa juga terjadi di negara lain.
Terbukti, saat ini bank Credit Suisse kini sedang gonjang-ganjing.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sudah mengingatkan atas dampak domino dari tumbangnya bank-bank di AS.
“Ada kebangkrutan bank di Amerika, Silicon Valley Bank. Semuanya ngeri begitu ada satu bank yang bankrut. Dua hari, muncul lagi bank berikutnya yang kolaps, Signature Bank,” tutur Jokowi pada pembukaan Business Matching Produk Dalam Negeri, Jakarta, Rabu (15/3/2023).Presiden juga meminta semua pihak untuk waspada mengingat dampak besar dari krisis perbankan tersebut.
“Semua negara sekarang ini menunggu efek dominonya akan kemana, oleh sebab itu kita hati-hati,” imbuhnya.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas merosot pada akhir perdagangan Selasa (14/3/2023) waktu setempat, menghentikan keuntungan selama tiga hari beruntun karena aksi ambil untung setelah bertengger di level tertinggi 6-minggu, didorong oleh pembelian investor terhadap instrumen investasi safe haven karena khawatir atas kegagalan bank-bank AS setelah peristiwa jatuhnya Silicon Valley Bank.
Mengutip Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 5,60 dolar AS atau 0,29 persen menjadi ditutup pada 1.910,90 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di 1.919,40 dolar AS dan terendah di 1.899,80 dolar AS.
Sebelumnya, emas berjangka melambung 49,30 dolar AS atau 2,64 persen menjadi 1.916,50 dolar AS pada Senin (13/3/2023), setelah melonjak 32,60 dolar AS atau 1,78 persen menjadi 1.867,20 dolar AS pada Jumat (10/3/2023), dan terangkat 16 dolar AS atau 0,88 persen menjadi 1.834,60 dolar AS pada Kamis (9/3/2023).
Pihak berwenang AS melakukan intervensi pada Minggu (12/3/2023) untuk memadamkan kekhawatiran tentang kegagalan bank-bank regional, sehingga mengurangi permintaan safe haven pasar. Selain itu, emas telah melonjak hampir 6,0 persen dari posisi terendah minggu lalu.
Harga logam kuning ini naik lebih dari 100 dolar AS dalam lima hari terakhir karena penutupan tiga bank AS, terutama Silicon Valley Bank – menggarisbawahi keretakan ekonomi AS yang disebabkan oleh kenaikan tajam suku bunga selama setahun terakhir.
Sementara pemerintah AS melakukan intervensi untuk memulihkan kepercayaan pada sistem perbankan, saham bank mengalami arus keluar yang besar di tengah kekhawatiran potensi penularan, yang mendorong permintaan safe haven untuk emas.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Selasa (14/3/2023) bahwa indeks harga konsumen AS (IHK) naik 0,4 persen pada Februari setelah meningkat 0,5 persen pada Januari. Hal itu sejalan dengan ekspektasi pasar. Kenaikan IHK tahun-ke-tahun mencapai 6,0 persen pada Februari, kenaikan tahunan terkecil sejak September 2021.
Para analis pasar berpendapat bahwa inflasi yang mereda, dikombinasikan dengan kegagalan beberapa bank regional, berpotensi membuka pintu bagi Federal Reserve untuk menyetujui kenaikan suku bunga yang lebih kecil pada pertemuan minggu depan.
Federasi Nasional Bisnis Independen melaporkan Selasa (14/3/2023) bahwa indeks optimisme bisnis kecil meningkat menjadi 90,9 pada Februari dari 90,3 pada Januari, sedikit melebihi perkiraan konsensus 90,0 dari para ekonom.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei terkerek 11,70 sen atau 0,53 persen, menjadi ditutup pada 22,04 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April merosot 7,60 dolar AS atau 0,76 persen, menjadi menetap pada 997,30 dolar AS per ounce.
Monex Investindo Futures memproyeksi Emas berpeluang bergerak naik hari ini di tengah outlook melemahnya dolar AS dibalik prospek bahwa Federal Reserve tidak akan bersikap hawkish untuk kebijakan suku bunganya seiring kekhawatiran terhadap krisis perbankan AS.
Emas berpeluang dibeli selama bergerak di atas level support di 1.894, karena berpotensi bergerak naik membidik resistance terdekat di 1.910.
“Namun, jika bergerak turun hingga menembus ke bawah level 1894, emas berpeluang dijual karena berpotensi turun lebih lanjut menguji support selanjutnya di 1.884,” jelas Monex dalam publikasi riset, Rabu (15/3/2023).
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas terbang setelah Amerka Serikat (AS) digoyang sejumlah kabar buruk pada pekan lalu.
Pada penutupan perdagangan Jumat (10/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.867,79 per troy ons. Harga sang logam mulia terbang 2,02%.Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Februari 2023 atau sebulan terakhir.
Kenaikan sebesar 2,02% sehari kemarin juga menjadi rekor tersendiri. Kenaikan sebesar 2,02% adalah yang tertinggi sejak 10 November 2022 atau empat bulan terakhir di mana pada tanggal tersebut emas terbang 2,84% sehari.
Harga emas juga masih berlari kencang pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Senin (13/3/2023) pukul 05:57 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.880,69 per troy ons. Harganya menguat 0,69%. Posisi emas saat ini adalah yang tertinggi sejak 2 Februari 2022 atau sebulan lebih.
Artinya, emas masih bergerak dalam tren kenaikan sejak Rabu pekan lalu (8/3/2023). Dalam empat hari perdagangan terakhir, harga emas terbang 3,7% atau nyaris 4%.
Lonjakan harga emas tidak bisa dilepaskan dari huru hara di pasar keuangan AS.
Kabar buruk pertama datang dari kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) pada Jumat (10/3/2023) atau hanya 48 jam setelah mereka mengumumkan akan mengumpulkan dana sevesar US$ 2,25 miliar.
Namun, bank malah kolaps karena besarnya penarikan dana dari investor dan nasabah. Investor khawatir bank dalam kesulitan keuangan.
Kasus SVB dengan cepat membuat bursa AS Wall Street rontok dan menimbulkan kepanikan. Emas adalah aset aman yang dicari saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Dengan apa yang terjadi pada SVB maka tidak heran harga emas makin melambung.
Kabar buruk kedua datang dari meningkatnya angka pengangguran di AS. AS mengumumkan jika jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir per 4 Maret 2023 mencapai 211.000 orang.Jumlah tersebut naik 21.000 dibandingkan pekan sebelumnya.
Departemen Tenaga Kerja pada Jumat malam (10/3/2023) juga mengumumkan angka pengangguran AS mencapai 3,6% pada Februari 2023.
Angka tersebut naik dibandingkan 3,4% pada Januari dan di atas ekspektasi pasar di kisaran 3,4%.
Dua kabar buruk tersebut membuat pelaku pasar optimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak.
Chairman The Fed Jerome Powell pada pekan lalu memang menegaskan jika The Fed akan tetap hawkish. Namun, dengan perkembangan terbaru, The Fed diperkirakan tidak sehawkish sebelumnya.
Dua kabar buruk juga membuat dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS ambruk ke level terendahnya sejak awal Februari 2023. Kondisi yang sangat menguntungkan bagi emas.
“Ada banyak kejutan pada akhir pekan lalu dan ini menguntungkan emas. Permintaan emas naik kembali,” tutur analis Kitco Metals, Jim Wyckoff, dikutip dari Reuters.
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas terbang setelah Amerika Serikat (AS) melaporkan kenaikan jumlah klaim pengangguran.
Pada penutupan perdagangan Kamis (9/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.830,89 per troy ons. Harga sang logam mulia melonjak 0,95%.
Harga emas juga masih menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (10/3/2023) pukul 06: 12 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.831,81 per troy ons. Harganya menguat 0,05%.
Penguatan emas ditopang oleh data klaim pengangguran AS. Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir per 4 Maret 2023 mencapai 211.000 orang. Jumlah tersebut naik 21.000 dibandingkan pekan sebelumnya.
Laporan Challenger, Gray & Christmas Inc bahkan menyebut jika jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika pada Januari-Februari 2023 menembus 180.000. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak 2009.
Jumlah PHK pada Februari mencapai 77.770 atau lima kali lebih besar dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Data buruk ini disambut bahagia pelaku pasar emas. Dengan meningkatnya pengangguran maka ada peluang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengeram kebijakan moneter ketatnya.
Seperti diketahui, harga emas ambruk 1,81% pada perdagangan Selasa (7/3/2023) setelah Chairman The Fed Jerome Powell menegaskan jika The Fed tak ragu menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi dengan periode lebih lama selama inflasi masih tinggi.
“Emas menjalani pekan berat pada minggu ini karena pernyataan Powell. Namun, kenaikan klaim pengangguran membuat harga emas naik,” tutur analis RJO Futures, Bob Haberkorn, dikutip dari Reuters.
Pernyataan Powell langsung melambungkan dolar AS. Indeks dolar menguat ke posisi 105,62, atau level tertingginya sejak November 2022.
Kondisi ini tentu saja tidak baik untuk emas karena harga sang logam mulia menjadi mahal. Indeks dolar langsung jatuh ke 105,31 kemarin setelah sempat terbang ke 105,66 pada Rabu (8/3/2023).
“Fakta bahwa ada celah (data ekonomi) ada jumlah tenaga kerja membuat pelaku pasar emas memperkirakan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan mendatang,” imbuh Haberkorn.
The Fed akan menggelar pertemuan pada 21-22 Maret mendatang. Pasar saat ini berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps setelah pernyataan hawkish Powell.
The Fed sendiri sudah menaikkan suku bunga acuan hingga 450 bps dalam setahun terakhir di mana kenaikan terakhir adalah sebesar 25 bps pada awal Februari 2023.
“Jika proyeksi pasar meleset maka emas bisa terus tertekan ke kisaran US$ 1.788 per troy ons,” tutur Erik Bregar, Direktur FX & Precious Metals Risk Management pada Silver Gold Bull Inc, kepada Reuters.
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas diam di tempat karena pasar masih mencerna pernyataan Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di senat.
Pada penutupan perdagangan Rabu (8/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.813,59 per troy ons. Harga sang logam mulia menguat tipis 0,004%.
Harga emas juga masih menguat dengan tipis pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Kamis (9/3/2023) pukul 06: 22 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.815,03 per troy ons. Harganya menguat 0,08%.
Penguatan emas yang sangat tipis pada hari ini terjadi setelah emas ambruk 1,81% pada perdagangan Selasa (7/3/2023).
Harga emas ambruk pada Selasa setelah Powell menegaskan jika The Fed tak ragu menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi dengan periode lebih lama selama inflasi masih tinggi.
Pernyataan Powell langsung melambungkan dolar AS. Indeks dolar menguat ke posisi 105,62, atau level tertingginya sejak November 2022.
Analis MKS PAMP SA, Nicky Shiels, mengatakan emas bisa menguat jika data ekonomi AS mendukung kebijakan The Fed yang lebih dovish. Pelaku pasar kini mengunggu data tenaga kerja yang akan keluar Jumat mendatang.
“Emas bisa saja rally lebih kencang jika ada data yang bisa mendukung kebijakan dovish. Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu yang lama juga bisa membuat ekonomi AS dalam risiko hard landing,” tutur Shiels, kepada Reuters.
Dia memperkirakan emas masih akan bertahan di kisaran US$ 1.800 per troy ons sampai The Fed menggelar rapat pada 21-22 Maret mendatang.
Namun, analis Blue Line Futures, Phillip Streible, mengingatkan emas masih rawan pelemahan.
“Ada beberapa data yang bisa menjadi risiko bagi pergerakan emas ke depan. Ada data ketenagakerjaan Jumat ini dan inflasi AS pada Selasa pekan depan,” ujarnya, dikutip dari Reuters.
Jakarta, CNBC Indonesia– Sesuai dugaan, harga emas langsung tumbang setelah Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menyampaikan testimoni di depan senat AS.
Pada penutupan perdagangan Selasa (7/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.813,52 per troy ons. Harga sang logam mulia ambruk nyaris 2%.
Pelemahan tersebut adalah yang terbesar sejak 3 Februari 2023 saat emas melemah 2,45%.
Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Rabu (8/3/2023) pukul 06: 28 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.814,04 per troy ons. Harganya menguat 0,03%.
Seperti diketahui, Powell menggelar sesi dengar pendapat dengan senat Komite Perbankan AS pada Selasa malam. Dia juga akan kembali menyampaikan testimoni di depan kongres malam nanti.
“Data ekonomi terkini menunjukkan (ekonomi) lebih kuat dibandingkan yang diperkirakan. Ini mengindikasikan kenaikan suku bunga sepertinya akan lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya,” tutur Powell dalam dengar pendapat dengan senat Komite Perbankan kongres AS, dikutip dari Reuters.
Pernyataan Powell ini sontak membuat pelaku pasar emas kaget. Mereka memang sudah menduga Powell akan mengingatkan soal pentingnya menjaga inflasi dan kemungkinan kenaikan suku bunga.
“Pernyataan Powell ternyata jauh lebih sangat terang-terangan dan agresif dibandingkan pasar,” tutur Tai Wong, analis dari Heraeus Precious Metals, dikutip dari Reuters.
Kebijakan moneter yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS.
“Powell menyatakan ‘pengetatan yang lebih cepat’ dan lebih mendesak bukan lagi mendorong (kenaikan suku bunga). Pernyataan ini tentu saja membuat logam mulia tertekan. Emas sudah melemah sejak Jumat lalu dan menjadi lebih tertekan karena pernyataan itu,” imbuh Tai Wong.