Pemilik Emas Siap Foya-Foya, Harganya Diramal Tembus US$2.500

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas makin mengangkasa. Sang logam mulia bahkan diproyeksi bisa menembus US$ 2.500 dalam waktu dekat.

Pada penutupan perdagangan Kamis (23/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.993,49 per troy ons. Harga sang logam mulia melonjak 1,21%.

Penguatan emas kemarin memperpanjang kinerja impresif emas yang juga melonjak pada Rabu pekan ini. Dalam dua hari terakhir, harga emas sudah terbang 2,7%.

Harga emas juga sedikit melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (24/3/2023) pukul 06:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.992,30 per troy ons.
Harganya melandai 0,06%.

Harga emas terbang sejak pekan lalu setelah Amerika Serikat (AS) guncang karena kolapsnya tiga bank yakni Silvergate Bank, Signature Bank, dan Silicon Valley Bank (WVB).

Sejumlah analis kini mulai meramal seberapa emas akan berlari kencang. Faktor utama ada pada arah kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)

Analis CMC Markets, Tina Teng, memperkirakan emas bisa menembus hingga level US$ 2.500-2.600 dalam waktu dekat.

“Begitu The Fed melakukan pivot terhadap kebijakan suku bunganya maka emas akan terus melambung karena dolar AS akan tertekan,” tutur Teng, dikutip dari CNBC International.

Setelah krisis perbankan AS, banyak yang memperkirakan The Fed akan melakukan pivot atau berbalik arah terhadap kebijakannya yakni dengan menurunkan suku bunga.

Namun, The Fed tetap menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Rabu waktu AS (22/3/2023).
Pada perdagangan Senin (20/3/2023) pukul 14:26 WIB, harga emas menembus US$ 2.007,69 per ton atau terbang 1%.

Ini adalah kali pertama emas menembus level US$ 2.000 sejak 7 Maret 2022 atau beberapa hari setelah perang Rusia-Ukraina meletus akhir Februari 2022.

Rekor harga tertinggi emas masih tercatat pada awal Agustus lalu yang menembus US$ 2.075 per troy ons.

Setelah rekor, harga emas jeblok pada tahun lalu karena kebijakan ketat hawkish. Harga emas masih tertolong oleh besarnya pembelian bank sentral.

Pada 2022 lalu, bank sentral membeli emas sebanyak 1.136 ton uang merupakan rekor tertinggi dalam 11 tahun.

“Pembelian emas oleh bank sentral akan menjaga harga emas tetap naik dalam jangka panjang,” tutur Randy Smallwood dari Wheaton Precious Metals, kepada CNBC International.

Proyeksi lonjakan harga emas juga disampaikan Fitch Solutions. Lembaga rating tersebut memprakirakan harga emas akan segera menyentuh US$ 2.075 pada minggu-minggu mendatang.
Analis OANDA, Craig Erlam, sepakat dengan proyeksi Fitch.

“Sangat terbuka kemungkinannya emas akan terus menguat ke depan. Bintang-bintang di langit pun sepertinya mendukung penguatan emas. Kapan emas akan menembus rekor baru sepertinya tinggal menunggu waktu,” tutur Erlam.

Menurutnya, Fed harus memilih antara melanjutkan kebijakan hawkish untuk menghindari resesi atau melunak. Keduanya akan berdampak positif ke emas karena membuat emas makin diburu.

“The Fed harus memilih antara mencegah inflasi tinggi atau resesi. Keduanya positif bagus emas. Harga emas bisa menguat ke US$ 2.200 per troy ons,” tutur Nicky Shiels, analis dari MKS Pamp.

Kebijakan moneter yang dovish atau longgar akan membuat dolar AS melemah dan yield surat utang pemerintah AS turun.

Kondisi ini tentu menjadi hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang melemah akan membuat emas semakin terjangkau karena lebih murah.

Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga bisa lebih bersaing dengan surat utang pemerintah AS.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *