Author name: admin_mCgo

Pergerakan Harga Emas Hari Ini di Tengah Euforia The Fed

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas global berpotensi menguat pada perdagangan hari ini setelah Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve memberikan sinyal pelonggaran kenaika suku bunga. Tim Analis Monex Investindo Future menilai ditopang oleh sentimen meredanya kenaikan suku bunga AS, harga emas masih berakhir menguat pada perdagangan Kamis (4/5/2023), dengan ditutup naik US$11,63 di level US$2.049,98 per troy ounce. “Di sesi perdagangan Asia hari ini, harga emas berpotensi dibeli menguji resistance US$2.055. Namun jika bergerak turun ke bawah level US$2.047, emas berpeluang dijual menguji support US$2.043 per troy ounce,” tulis Monex, Jumat (5/5/2023). Emas menguat kemarin setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang memutuskan target suku bunga acuan naik sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen, yakni pada kisaran 5-5,25 persen. Level ini menjadi level tertinggi sejak 2007. Di saat yang bersamaan, China sebagai negara manufaktur mengumumkan bahwa data aktivitas manufaktur atau The Purchasing Managers Index (PMI) turun pada April 2023 ke level 49,2. Realisasi tersebut lebih rendah dari periode Maret 2023 yang berada di level 51,9 atau kontraksi yang pertama sejak Desember 2022. Padahal, China tahun ini tengah menggaungkan kampanye Open Border usai dihantam pandemi Covid-19. Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan kedua sentimen tersebut mendukung harga emas. Suku bunga The Fed berada di level tertinggi dalam 16 tahun namun diperkirakan telah mencapai puncaknya. Usai pertemuan FOMC, ekspektasi pasar untuk The Fed menurunkan suku bunga tahun ini meningkat menjadi 75 persen. “Harapan pada The Fed mengakhiri siklus pengetatan ini mendukung harga emas. Data PMI China yang terkontraksi setelah pembukaan kembali ekonomi mereka mencerminkan ketidakpastian yang nyata pada perekonomian global,” ujar Lukman kepada Bisnis, Kamis (4/5/2023). Lebih lanjut dia mengatakan data Caixin menunjukkan lemahnya pemesanan yang memicu penurunan pada produksi. Ekonomi China diperkirakan akan menyumbangkan setengah dari pertumbuhan ekonomi global, apabila ekonomi China tidak sebagus yang diharapkan, maka perkeonomian global akan semakin terpuruk. “Kemerosotan ekonomi global akan mendukung investor untuk mengalihkan aset mereka ke safe haven emas,” katanya.

Pergerakan Harga Emas Hari Ini di Tengah Euforia The Fed Read More »

Harga Emas Rekor, China-Singapura Borong 35 Ton Emas!

Jakarta, CNBC Indonesia– Harga emas masih melambung tinggi. Lonjakan harga emas dipicu oleh kegaduhan di Amerika Serikat (AS) serta masih tingginya permintaan emas dari bank-bank sentral di dunia. Pada perdagangan Kamis (4/5/2023), harga emas ditutup di posisi US$ 2.051,05 per troy ons. Harganya menguat 0,6%. Penguatan ini memperpanjang kinerja cemerlang sang logam mulia yang menguat sebesar 3,48% dalam tiga hari beruntun. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang tertinggi ketiga dalam sejarah. Data Refinitiv menunjukkan, harga penutupan tertinggi yang pernah dicatat emas adalah US$ 2.063,19 per troy ons pada 6 Agustus 2020. Rekor tertinggi kedua adalah pada 8 Maret 2022 yakni US$ 2.052,41 per troy ons. Harga emas melonjak drastis sejak Rabu (3/5/2023) begitu bank sentral AS mengumumkan kebijakan moneternya. Harga emas di pasar spot bahkan menyentuh level tertinggi pada Kamis pagi kemarin yakni US$ 2.071,19 per troy ons. Level US$ 2.070 adalah yang tertinggi dalam 06:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 2.048,79 per troy ons. Harganya melandai 0,11%. “Ada pengalihan investasi ke aset aman yang membuat emas naik dan menembus US$ 2.0000 bahkan rekor,” tutur analis dari RJO Futures Bob Haberkorn, dikutip dari Reuters. Harga emas masih sangat tinggi karena bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan akan segera menahan suku bunga. The Fed memang mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Rabu kemarin menjadi 5,0-5,25%. Namun, kenaikan tersebut diyakini menjadi yang terakhir. Dengan tidak adanya kenaikan maka dolar AS diharapkan akan melemah dan yield surat utang pemerintah AS akan melandai. Kondisi tersebut akan menguntungkan emas karena dolar semakin terjangkau untuk investasi. Di sisi lain, emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield hanya merugikan emas. Harga emas juga ditopang oleh meningkatnya kekhawatiran pasar mengenai krisis perbankan di AS dan prahara plafon utang pemerintah AS. Krisis perbankan AS memakan korban baru yakni First Republic Bank. Bank tersebut disita dan dijual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS. Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank. Pemerintah AS juga masih menghadapi prahara plafon utang mereka. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang. World Gold Council (WGC) melaporkan pembelian emas oleh bank sentral pada Maret 2023 tercatat 40,5 ton. Pembeli terbesar adalah bank sentral China yakni 18 ton disusul dengan Singapura 17,3 ton dan India 3,5 ton. Artinya, dari pembelian emas oleh bank sentral pada Maret 2023, sebanyak 38,8 ton atau 96% datang dari Asia. China terus membeli emas dalam lima bulan beruntun dengan total pembelian menembus 120,1 ton. Singapura memborong emas selama tiga bulan beruntun dengan total pembelian 68,7 ton. India memborong dua bulan beruntun dengan pembelian 7,3 ton. Dengan tambahan cadangan emas sebesar 68,7 ton maka cadangan emas Singapura kini menembus 222 ton atau melonjak 45% dibanding akhir tahun. Sepanjang kuartal I-2023, pembelian emas oleh bank sentral menembus 168,2 ton. Singapura menjadi pemborong terbesar dengan jumlah 68,67 ton disusul China dengan 57,85 ton, dan Turki sebesar 30,21 ton. Sebaliknya, Kazakhstan menjadi penjual emas terbesar dengan jumlah 19,64 ton. Kendati China terus menumpuk emas, cadangan emas Tiongkok masih kalah jauh dengan AS. Hingga kuartal I-2023, cadangan emas bank AS menembus 8.133,5 ton atau menjadi yang tertinggi dibandingkan negara lain. Cadangan emas Indonesia tercatat 78,6 ton atau berada di peringkat 45 dunia.

Harga Emas Rekor, China-Singapura Borong 35 Ton Emas! Read More »

Harga Emas Hari Ini Kamis 4 Mei 2023, Berpeluang Menguat setelah Suku Bunga Naik

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global berpeluang menguat pada perdagangan hari, Kamis (4/5/2023) usai The Fed kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 5,00-5,25 persen. Tim Riset Monex Investindo Future menyebutkan, kenaikan suku bunga di tengah ke khawatiran baru akan krisis perbankan membuat permintaan akan aset safe haven meningkat. Sehingga hal tersebut berpeluang memicu kenaikan harga emas. “Hari ini harga emas berpeluang dibeli untuk menguji level resistance US$2.070 selama harga bertahan di atas level support US$2.060 per troy ounce,” tulis Monex, Kamis (4/5/2023). Kendati demikian, penurunan lebih rendah dari level support tersebut berpeluang memicu aksi jual terhadap harga emas untuk menguji level support selanjutnya US$2.036 per troy ounce. “Rentang perdagangan potensial harga emas di sesi Asia US$2.044 – US$2.080,” papar tim analis Monex. Pada penutupan perdagangan sesi sebelumnya, Rabu (3/5/2023), Harga emas menguat di atas level psikologis US$2.000 per ounce. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terangkat US$13,70 atau 0,68 persen menjadi ditutup pada US$2.037,00 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.045,40 dan terendah di US$2.016,00. Tak lama setelah lantai perdagangan emas ditutup, pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berakhir, dan Federal Reserve memutuskan untuk menaikkan suku bunga utama sebesar 25 basis poin ke kisaran 5,00-5,25 persen. Namun demikian, The Fed mengubah pedoman ke arah dovish, dengan mengatakan penguatan kebijakan tambahan akan bergantung pada kelambatan kebijakan moneter yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan. Data ekonomi yang dirilis pada Rabu (3/5/2023) beragam. Pembacaan terakhir dari indeks manajer pembelian jasa-jasa S&P AS berada di 53,6 pada April, dibandingkan dengan pembacaan awal 53,7. Dan indeks jasa-jasa ISM naik tipis menjadi 51,9 persen pada April dari 51,2 persen pada Maret, tanda bahwa sebagian besar bisnis AS tumbuh dengan kecepatan yang sedikit lebih cepat pada April. The Automated Data Processing Inc (ADP). melaporkan bahwa pekerjaan AS di sektor swasta nonpertanian naik 296.000 pada April, dibandingkan dengan kenaikan 142.000 bulan sebelumnya. Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 6,20 sen atau 0,24 persen, menjadi ditutup pada US$25,681 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli tergelincir 1,53 persen, menjadi menetap pada US$1.061,80 per ounce.

Harga Emas Hari Ini Kamis 4 Mei 2023, Berpeluang Menguat setelah Suku Bunga Naik Read More »

Breaking News! Emas Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melambung bahkan menyentuh level tertinggi sepanjang masa setelah bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kebijakan moneternya. Merujuk pada Refinitiv, harga emas di titik spot pada perdagangan Kamis (4/5/2023) pagi, harga emas menyentuh US$ 2.072,19 per troy ons. Posisi tersebut ada dalam level tertinggi sepanjang masa. Posisi tertinggi emas, bukan pada penutupan perdagangan, yang pernah disentuh emas adalah di posisi US$ 2.072,49 per troy ons. Pada perdagangan Rabu (3/5/2023), harga emas ditutup di posisi US$ 2.039,02 per troy ons. Harganya menguat 1,13%. Emas langsung terbang pada pagi hari ini. Sempat menyentuh US$ 2.072, 19 per troy ons pada pagi hari ini, emas melandai dan berada di posisi US$ 2.056,77 per troy ons pada pukul 07:10 WIB. Harganya naik 0,87% dibandingkan penutupan kemarin. Bila merujuk pada penutupan perdagangan, rekor tertinggi masih tercatat pada 6 Agustus 2020 di mana emas ditutup pada level US$ 2.063,19 per troy ons. Dalam catatan Refinitiv, hanya dua kali harga emas mampu ditutup di atas US$ 2.050 per troy ons yakni pada 6 Agustus 2020 dan 8 Maret 2022 (US$ 2.052, 41 per troy ons). Lonjakan harga emas pada Agustus 2020 dipicu oleh kekhawatiran pasar dan warga dunia mengenai pandemi Covid-19. Lonjakan harga pada Maret 2022 adalah imbas ketidakpastian akibat perang. Lonjakan pada hari ini ditopang oleh keputusan The Fed. Bank sentral paling super power di dunia tersebut memang tetap mengerek suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,0-5,25% pada Rabu (3/5/2023). The Fed juga belum mengisyaratkan akan segera melunak dengan memangkas suku bunga. Namun, Chairman The Fed Jerome Powell mengisyaratkan akan mengakhiri kenaikan suku bunga. Sebagai catatan, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 10 kali sejak Maret tahun lalu setelah inflasi AS melambung. Suku bunga saat ini adalah yang tertinggi sejak 2006 atau 12 tahun terakhir. Tai Wong, analis independen emas, menjelaskan harga emas melonjak karena The Fed mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan suku bunga. Dengan tidak adanya kenaikan maka dolar AS diharapkan akan melemah dan yield surat utang pemerintah AS akan melandai. Kondisi tersebut akan menguntungkan emas karena dolar semakin terjangkau untuk investasi. Di sisi lain, emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield hanya merugikan emas. “Emas tetap naik meski ada pernyataan hawkish dari Powell. Pasar melihat jika The Fed akan segera menghentikan suku bunga,” tutur Tai Wong, dikutip dari Reuters. Analis Standard Chartered, Suki Cooper, mengatakan harga emas tetap terbang karena krisis perbankan dan utang pemerintah AS. “Pasar sangat khawatir dengan krisis perbankan regional AS dan persoalan pfaon utang pemerintah AS. Kondisi ini membuat emas untung,” tutur Suki. Senin dini hari (1/5/2023), krisis perbankan resmi memakan korban baru dengan regulator AS menyita First Republic Bank dan mencapai kesepakatan untuk menjual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS. Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank. Apa yang menimpa bank-bank AS tentu saja membuat investor mempertanyakan stabilitas lembaga keuangan regional yang lebih kecil. Pasar juga dikhawatirkan dengan utang AS yang cenderung bermasalah. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang. Hal ini akibat alotnya pembahasan untuk menaikkan plafon utang AS. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang kini dipimpin Partai Republik memilih untuk menaikkan menaikkan batas pinjaman nasional. Ada syarat yakni pemotongan drastis anggaran belanja karena pemerintah dianggap terlalu boros, yang bakal menjadi sandungan bagi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat. Krisis bagi emas adalah berkah. Status emas sebagai aset aman dan minim risiko membuat investor mencari sang logam mulia ketika ketidakpastian meningkat.

Breaking News! Emas Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Masa Read More »

Emas Hadapi Periode Genting, Harganya Jadi Galau

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas kian labil menjelang pengumuman kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS). Pada penutupan perdagangan Senin (1/5/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.962,04 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,38%. Pelemahan kemarin memperpanjang kinerja labil sang logam mulia di mana harga emas menguat dua kali dan melemah dua kali dalam empat perdagangan hari sebelumnya. Pergerakan emas juga dalam rentang yang tipis tipis saja yakni di bawah 0,46%. Harga emas menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (2/5/2023) pukul 06:21 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1982,83 per troy ons. Harganya menguat 0,04%. Pergerakan emas yang tipis-tipis saja bisa dipahami mengingat pelaku pasar emas tengah galau menunggu hasil rapat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai hari ini dan akan mengumumkan kebijakan moneternya Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Ekspektasi pasar sejauh ini memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps. “Titik support emas di kisaran US$ 1.900 per troy ons. Pelaku pasar tidak akan meninggalkan titik support ini karena ada harapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada tahun ini,” tutur Han Tan, chief market analyst dari Exinity, dikutip dari Reuters. Tan memperkirakan jika The Fed menahan suku bunga maak emas bisa kembali melonjak ke atas US$ 2.000. The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 475 bps menjadi 4,75-5,0 bps sejak Maret 2022.“Namun, jika The Fed kembali hawkish maka itu akan membuat pergerakan emas sangat berat,” tutur Ilya Spivak, dari Tastylive.

Emas Hadapi Periode Genting, Harganya Jadi Galau Read More »

Pelaku Pasar Lagi Bingung, Harga Emas pun Limbung

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas kembali jatuh di tengah kebingungan pelaku pasar mencari “clue” untuk pergerakan sang logam mulia ke depan. Pada penutupan perdagangan Rabu (26/4/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.989,48 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,42%. Pelemahan kemarin memutus performa positif emas yang menguat pada dua hari perdagangan sebelumnya. Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Kamis (26/4/2023) pukul 07:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1991,52 per troy ons. Harganya menguat 0,10%. Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Kamis (26/4/2023) pukul 07:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1991,52 per troy ons. Harganya menguat 0,10%. Daniel Ghali, analis dari TD Securities, menjelaskan kekhawatiran investor mengenai krisis perbankan AS sebenarnya bisa mendongkrak emas. Pasalnya, krisis akan meningkatkan ketidakpastian sehingga permintaan aset aman akan meningkat. Namun, di sisi lain, data earnings perusahaan AS masih kencang. Kondisi ini membuat investor melirik saham dibandingkan emas. “Krisis menjadi katalis bagi emas untuk menguat tetapi secara tren, emas sepertinya sudah berada di titik maksimum,” ujar Ghali, dikutip dari Reuters. Kekhawatiran akan krisis perbankan kembali meningkat setelah First Republic Bank melaporkan adanya penarikan dana lebih dari US$ 100 miliar pada kuartal I-2023. Investor khawatir jika pemerintah dan otoritas yang berwenang tidak akan membantu menyelesaikan persoalan First Republic Bank. Regulator bank AS bankan dikabarkan akan menurunkan penilaian prospek dari First Republic. Saham bank tersebut pun jatuh 29% kemarin sehingga dalam dua hari anjlok 61%. Sementara itu, perusahaan raksasa teknologi AS justru melaporkan kinerja yang memuaskan di tengah pesimisme pasar. Pendapatan Microsoft naik 7% menjadi US$ 52,9 miliar pada Januari- Maret 2023. Pendapatan tersebut lebih besar dibanding proyeksi analis yakni US$ 49,3 miliar ataupun tahun lalu yang tercatat US$ 51,02 miliar.  Laba bersih dari produsen Windows tersebut naik 9% menjadi US$ 18,3 miliar. Sementara itu, induk Facebook, Meta Platforms, melaporkan pendapatan sebesar US$ 28,65 miliar pada kuartal I-2023, lebih tinggi dibandingkan proyeksi analis yakni US$ 27,65 miliar. “Market tengah mencari arah kemana laju ekonomi dan perusahaan akan bergerak. Beberapa perusahaan melaporkan kinerja keuangan yang jauh di atas ekspektasi. Namun, investor melihat data itu belum cukup,” tutur Lisa Erickson, head of public markets dari U.S. Bank Wealth Management, dikutip dari Reuters. Pelaku pasar tengah menunggu data pertumbuhan ekonomi AS. AS akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023 malam nanti pukul 19:30 WIB. Sejumlah polling menunjukkan ekonomi Negara Paman Sam akan melandai atau bahkan terkontraksi pada Januari-Maret 2023. Padahal, ekonomi AS tumbuh cukup tinggi 2,9% (year on year/yoy) pada kuartal IV-2022. Analis memperkirakan ekonomi AS sudah terimbas besar oleh kebijakan moneter yang sangat ketat. Di tengah banyaknya data yang saling bertentangan, pelaku pasar justru tidak bisa menebak arah bank sentral AS Teh Federal reserve (The fed) karena dalam masa “blackout period”.The Fed akan menentukan kebijakan terkait suku bunga pada pekan depan.

Pelaku Pasar Lagi Bingung, Harga Emas pun Limbung Read More »

Scroll to Top