Author name: admin_mCgo

Harga Emas Hari ini (15/5) Berisiko Melemah, Pagu Utang AS dan Suku Bunga The Fed Jadi Katalis

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global berpeluang melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (15/5/2023) pembahasan mengenai pagu utang AS dan nada hawkish pejabat The Fed menjadi katalis negatif bagi pergerakan harga logam kuning ini.  Tim Riset Monex Investindo Future menyebutkan, investor yang beralih ke aset-aset yang aman safe haven (Dolar AS) setelah data konsumen memicu kekhawatiran mengenai plafon utang AS dan kebijakan moneter The Fed berpeluang menekan turun harga emas. “Hari ini harga emas berpeluang dijual untuk menguji level support US$2.003 selama harga tertahan di bawah level resistance US$2.012 per troy ounce,” tulis Monex, Sabtu (4/5/2023). Kendati demikian, kenaikan lebih tinggi dari level  resistance tersebut berpeluang memicu aksi beli terhadap harga emas untuk menguji level resistance selanjutnya US$2.012 per troy ounce. “Rentang perdagangan potensial harga emas di sesi Asia US$2.003 – US$2.016,” papar tim analis Monex. Sebagai informasi harga emas turun pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (12/5/2023), memperpanjang pelemahan untuk hari ketiga secara beuntun tertekan oleh penguatan dolar AS ketika para investor menilai kembali ekspektasi mereka untuk penurunan suku bunga dari Federal Reserve. BACA JUGA Alarm Harga Jual & Buyback Emas Antam dari AS Emas Jadi Lindung Nilai Terbaik saat Krisis Pagu Utang AS Makin Rumit Harga Emas Turun 3 Hari Beruntun Tertekan Keperkasaan Dolar AS Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, tergerus 0,70 dolar AS atau turun 0,03 persen menjadi ditutup pada 2.019,80 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di 2.027,80 dolar AS dan terendah di 2.005,70 dolar AS. Harga Fed Fund berjangka menunjukkan bahwa pasar mengurangi ekspektasi mereka untuk penurunan suku bunga tahun ini, dan sekarang memperkirakan hampir 92 persen peluang bank akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan Juni. Dalam pidatonya di konferensi Bank Sentral Eropa di Frankfurt Jumat (12/5), Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman mengatakan IHK (indeks harga konsumen) terbaru dan laporan ketenagakerjaan belum memberikan bukti yang konsisten bahwa inflasi sedang menurun. “Saya akan terus memantau dengan cermat data yang masuk karena saya mempertimbangkan sikap kebijakan moneter yang tepat untuk pertemuan Juni kami,” kata Bowman dikutip Antara. Sementara itu, data ekonomi yang dirilis Jumat (12/5) beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga impor AS naik 0,4 persen pada April, menyusul penurunan 0,8 persen di bulan sebelumnya. Ukuran sentimen konsumen University of Michigan jatuh ke pembacaan awal Mei 57,7 dari pembacaan April 63,5. Itu level terendah sejak November tahun lalu. Para ekonom memperkirakan pembacaan Mei sebesar 63. Monex Investindo Futures (MIFX) menambahkan, pelaku pasar yang juga masih mencermati rilis inflasi AS pada periode April 2023 yang berhasil turun ke bawah 5 persen YoY, terendah sejak April 2021. Rilis inflasi AS ini telah lebih rendah dari tingkat suku bunga AS, sebagaimana saat ini suku bunga AS berada di level 5 – 5,25 persen.  “Kondisi ini mendorong pelaku pasar berspekulasi terhadap kebijakan the Fed yang berpotensi menahan suku bunganya pada Juni 2023 mendatang. Jika the Fed menahan laju kenaikan suku bunganya, maka potensi resesi dan krisis perbankan di AS menjadi reda, sehingga mendorong pelaku pasar untuk melepas safe haven dan harga emas tertekan,” jelas Tim Analis MIFX daam riset, dikutip Minggu (14/5/2023).  Selain resesi ekonomi, potensi krisis perbankan juga akan meningkat jika terjadi kenaikan suku bunga AS. Penyebabnya adalah nilai aset perbankan akan tertekan, khususnya untuk aset dalam bentuk surat utang akan mengalami penurunan harga, akibat kenaikan yield dari surat utang tersebut. Transmisi kenaikan suku bunga akan secara langsung mendorong kenaikan yield surat utang. Saat nilai aset tertekan karena nilai surat utang mengalami penurunan, maka muncul risiko mismatch liquidity. Kondisi ini terjadi karena perbankan tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam bentuk ketersediaan dana yang cukup, apabila nasabah melakukan penarikan dananya. Hal ini dikarenakan alokasi aset perbankan mengalami penurunan nilai, sehingga nilai asenya kini menjadi kurang dari kewajibannya. “Saat ini pelaku pasar memperkirakan the Fed akan menahan laju kenaikan suku bunganya sehingga kekhawatiran akan krisis perbankan pun mereda. Implikasinya, pelaku pasar menjadi lebih percaya diri untuk beralih ke aset berisiko, dan meninggalkan safe haven seperti emas,” papar MIFX.

Harga Emas Hari ini (15/5) Berisiko Melemah, Pagu Utang AS dan Suku Bunga The Fed Jadi Katalis Read More »

Dua “Titan” AS Akan Bertemu, Akankah Emas Jadi Pemenangnya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas diperkirakan masih akan ditentukan oleh “perseteruan” terkait utang pemerintah Amerika Serikat (AS). Pada pekan lalu, harga emas melemah 0,27%. Ini adalah kali pertama emas melemah  dalam tiga pekan terakhir.  Emas menutup perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (12/5/2023) di posisi US$ 2.011, 15 per troy atau terendah sejak 1 Mei 2023. Harga emas belum juga membaik pada awal pekan ini. Di pasar spot pada perdagangan Senin (15//5/2023) pukul 06:35 WIB terpantau di posisi US$ 2.011,01 per troy ons. Harganya melemah 0,007%. Artinya, sang logam mulia sudah melandai dalam empat hari terakhir. Pergerakan harga emas akan sangat ditentukan oleh penyelesaian kisruh plafon utang pemerintah AS. Pembahasan utang ini akan melibatkan dua institusi penting di AS yakni legislatif dan eksekutif AS. Pihak eksekutif adalah Presiden Joe Biden sementara pihak legislatif adalah kongres, termasuk Dewan Perwakilan rakyat (DPR). Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy serta pimpinan tinggi kongres lainnya untuk membahas penyelesaian utang pada Selasa besok (16/5/2023). Seperti diketahui, pemerintahan Presiden AS Joe Biden tengah dipusingkan dengan jalan buntu penyelesaian utang selama berbulan-bulan. Menteri Keuangan AS Janet Yellen kembali mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang federal senilai US$ 31,4 triliun guna mencegah default atau gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut akan memicu ‘malapetaka’ ekonomi global. Analis RBC Capital Markets, Christopher Louney, menjelaskan emas bisa menjadi “pemenang” jika persoalan utang tak juga kunjung selesai atau malah memburuk. Emas adalah aset aman yang dicari ketika terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik. “Dalam jangka pendek, kisruh utang jelas akan berdampak positif ke emas. Bahkan jika kesepakatan dicapai masih ada potensi dari ketidaksepakatan mengenai beberapa hal, termasuk risiko keuangan dan kapan deadline,” tutur Louney, dikutip dari The Financial Post. Analis dari ANZ Banking Group Ltd. Soni Kumari dan Daniel Hynes, juga memberikan pendapat yang sama.  Menurut mereka kisruh utang dan krisis perbankan di AS akan membuat emas semakin menarik. Namun, emas masih memiliki musuh utama yakni penguatan dolar AS.  Jika data-data ekonomi mendukung kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk tetap hawkish maka emas akan loyo. Pasalnya, penguatan dolar AS membuat emas semakin mahal untuk dibeli sehingga kurang menarik. Penguatan dolar merupakan alasan mengapa emas terpuruk pekan lalu. Indeks dolar menguat ke posisi 102,69, terkuat sejak 24 Maret 2023 atau hampir dua bulan. 

Dua “Titan” AS Akan Bertemu, Akankah Emas Jadi Pemenangnya? Read More »

Pergerakan Harga Emas Hari Ini di Tengah Rilis Data Ekonomi China

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas hari ini berpeluang menguat terdorong ekspektasi pelonggaran pengetatan moneter Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) dan data terbaru ekonomi China. Tim Analis Monex Investindo Futures menilai harga emas akan bergerak naik di tengah outlook melemahnya dolar AS yang dipicu spekulasi The Fed akan menjeda siklus kenaikan suku bunga. Emas juga akan terdorong permintaan aset safe haven logam mulia di balik ketidakpastian isu plafon utang AS. “Emas berpeluang dibeli selama bergerak di atas level support di US$2.025 per troy ounce, karena berpotensi bergerak naik membidik resistance terdekat di US$2.038 per troy ounce,” tulis Monex, Kamis (11/5/2023). Namun, jika emas bergerak turun hingga menembus ke bawah level US$2.025 per troy ounce, emas berpeluang dijual karena berpotensi turun lebih lanjut menguji support selanjutnya di US$2.018 per troy ounce. Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS pagi ini tampak mendatar setelah jatuh pada perdagangan Rabu sementara yen memperpanjang kenaikan ke level terkuat dalam sekitar seminggu. Imbal hasil obligasi Australia turun dan yield obligasi Selandia Baru sedikit berubah. Imbal hasil obligasi AS pun mendatar di awal perdagangan Asia setelah imbal hasil tenor dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan turun 11 basis poin pada Rabu usai data inflasi utama AS turun menjadi 4,9 persen pada April. BACA JUGA Harga Emas Antam Hari Ini, Termurah Mulai Rp586.000 Harga Emas Pegadaian Kompak Naik Hari Ini, Kamis (11/5/2023), Cek Daftar Lengkapnya Harga Emas Perhiasan Berbeda dengan Emas Antam, Ini Penyebabnya Data inflasi AS terakhir adalah pembacaan pertama yang mencapai level di bawah 5 persen dalam dua tahun dan di bawah ekspektasi konsensus. Inflasi inti tetap di 5,5 persen. “Pasar membutuhkan lebih banyak data Indeks Harga Konsumen untuk mengklarifikasi bahwa inflasi pasti menurun,” kata Priya Misra, kepala strategi suku bunga global di TD Securities. Investor di Asia akan mengalihkan perhatian mereka ke data pertumbuhan harga konsumen dan produsen China yang dirilis hari ini.  Indeks harga konsumen naik 0,1 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya, menurut Biro Statistik Nasional China, dibandingkan dengan kenaikan 0,7 persen pada bulan Maret. Estimasi median dalam survei ekonom Bloomberg adalah untuk kenaikan 0,3 persen. Sementara itu, Indeks HargaPprodusen turun 3,6 persen pada April setelah turun 2,5 persen di bulan sebelumnya. Itu lebih dari ekspektasi ekonom untuk penurunan 3,3 persen. Angka April kemungkinan besar dipengaruhi oleh basis perbandingan yang tinggi dari tahun lalu. Harga konsumen telah meningkat pesat saat Covid mengunci kota-kota besar, ​​termasuk Shanghai, menekan rantai pasokan dan mendorong orang untuk menimbun makanan.

Pergerakan Harga Emas Hari Ini di Tengah Rilis Data Ekonomi China Read More »

Yaaah Penonton Kecewa, Harga Emas pun Merana….

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melemah setelah pengumuman inflasi Amerika Serikat (AS). Inflasi memang melandai sesuai ekspektasi tapi tidak secepat keinginan pelaku pasar. Pada perdagangan Rabu (10//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2.029,51 per troy ons. Harganya melandai 0,23%. Pelemahan ini memperpanjang tren positif emas yang menguat pada dua hari perdagangan sebelumnya. Emas mulai menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (11/5/2023) pukul 07:10 WIB, harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 2.032,04 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,12%. Harga emas melandai setelah pengumuman inflasi AS.  Inflasi pada April mencapai 4,9% (year on year/yoy) lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 5% juga dari Maret 2023 yang tercatat 5%. Namun, inflasi justru meningkat bila dilihat dari bulan sebelumnya atau secara month to month (mtm). Inflasi pada April tercatat 0,4% (mtm), jauh lebih tinggi dibandingkan Maret (0,1%). Analis pasar senior Oanda, Ed Moya mengatakan ke depannya inflasi masih akan terus menurun, tetapi untuk mencapai 2% akan cukup sulit. “Inflasi seharusnya terus menurun dalam beberapa bulan ke depan, tetapi untuk mencapai 2% lagi akan cukup sulit melihat pasar tenaga kerja yang kuat,” kata Moya sebagaimana dilansirCNBC International, Rabu (11/5/2023). Pada Jumat malam lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang April perekonomian Amerika Serikat mampu menyerap 253.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari estimasi Wall Street sebanyak 180.000 orang. Moya menambahkan masih tingginya inflasi (mtm) serta panasnya pasar tenaga kerja AS menunjukkan jika investor melihat masih ada kemungkinan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga. “Masih ada risiko jika The Fed kan menaikkan suku bunga lebih lama. Emas baru akan melonjak jika tanda pemangkasan suku bunga memang sudah nyata,” tutur Moya.

Yaaah Penonton Kecewa, Harga Emas pun Merana…. Read More »

Harga Emas Masih Labil Kayak ABG, Ada Harapan Naik Gak Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas masih bergerak labil karena investor menunggu data-data penting yang akan keluar pekan ini. Pada perdagangan awal pekan, Senin (8//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2.021,39 per troy ons. Harganya naik tipis 0,24%. Penguatan itu menghapus catatan buruk emas yang harganya jatuh 1,7% pada perdagangan Jumat pekan lalu. Namun, emas kembali melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan Selasa (9/5/2023) pukul 06:55 WIB), harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 2.021, 25 per troy ons. Harganya melemah tipis 0,007%. Labilnya harga emas bisa dipahami mengingat investor dan trader menunggu serangkaian data penting pekan ini. Pelaku pasar juga masih mencerna data non-farm payrolss pekan lalu. Pasalnya, data tenaga kerja non-farm payrolls ternyata lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Jumlah tambahan tenaga kerja pada non-farm payrolls mencapai 253.000 pada April 2023 sementara ekspektasi pasar hanya 180.000. Dengan data tenaga kerja yang masih kuat maka inflasi dikhawatirkan belum melandai sesuai keinginan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).Akibatya, harapan pasar untuk melihat pivot kebijakan bisa semakin jauh. Banyaknya data yang akan keluar bisa membuat investor memilih wait and see. Beberapa data penting yang akan keluar pekan ini adalah inflasi AS untuk April pada Rabu pukul 19:30 WIB waktu Indonesia (10/5/2023). AS juga akan mengumumkan dua data penting pada Kamis malam pukul 19:30 pekan depan yakni indeks harga produsen (PPI) AS untuk April serta klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 6 Mei. Pada akhir pekan depan, Jumat (12/5/2023), AS akan mengumumkan data indeks kepercayaan konsumen Michigan Consumer Sentiment. Data-data tersebut akan menjadi pertimbangan The Fed untuk memutuskan kebijakan pada Juni mendatang. “Pelaku pasar menjual emas setelah data (non-farm payrolls) Jumat lalu. Namun, kemungkinan terjadiya resesi membuat emas masih dicari,” tutur Daniel Ghali, analis dari TD Securities, dikutip dari Reuters. Pelaku pasar kini bertaruh 85% jika The Fed akan menahan suku bunga pada Juni mendatang sementara 31% bertaruh jika The Fed mulai memangkas suku bunga pada Juli. “JIka krisis perbankan kembali membuat pasar khawatir maka emas akan kembali dicari dan harganya naik,” tutur Han Tan, analis dari Exinity. Krisis perbankan AS memakan korban baru yakni First Republic Bank. Bankk tersebut disita dan dijual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS. Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank.

Harga Emas Masih Labil Kayak ABG, Ada Harapan Naik Gak Ya? Read More »

Pekan Penuh “Jebakan Maut”, Emas Pesta Pora atau Sengsara?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas diperkirakan bergerak labil pada pekan ini. Banyaknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utamanya. Harga emas di pasar spot pada perdagangan awal pekan, Senin (8//5/2023) pukul 05:55 WIB terpantau melemah tipis 0,08% ke posisi US$ 2.014,79 per troy ons. Pergerakan pagi hari ini memperpanjang tren negatif emas yang juga ambruk 1,7% pada Jumat pekan lalu. Emas ambruk karena data tenaga kerja non-farm payrolls ternyata lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Jumlah tambahan tenaga kerja pada non-farm payrolss mencapai 253.000 pada April 2023 sementara ekspektasi pasar hanya 180.000. Ambruknya harga emas berbanding terbalik dengan Rabu dan Kamis pekan lalu di mana emas terbang dan menembus level tertingginya sepanjang masa pada Rabu di posisi US$ 2.072 per troy ons. Harga emas diperkirakan akan labil pada pekan ini karena banyaknya rilis data dari AS. Banyaknya data yang akan keluar bisa membuat investor memilih wait and see. Data terpenting dari luar negeri pekan depan adalah inflasi AS untuk April. AS akan mengumumkan pergerakan inflasi April pada Rabu pukul 19:30 WIB waktu Indonesia (10/5/2023). Data ini akan menjadi pegangan bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan Juni mendatang. Inflasi AS sudah melandai ke 5% (yoy) pada Maret 2023, dari 6% pada Februari 2023. Jika inflasi melandai maka harapan pasar untuk melihat kebijakan The Fed yang dovish bisa terwujud. “Pasar mengetahui data-data ekonomi AS mungkin tidak akan membuat The Fed menaikkan suku bunga. Namun, data-data yang di atas ekspektasi akan menjauhkan harapan mereka untuk segera melihat pemangkasan suku bunga,” tutur analis Tai Wong, dikutip dari Reuters. AS juga akan mengumumkan dua data penting pada Kamis malam pukul 19:30 pekan depan yakni indeks harga produsen (PPI) AS untuk April serta klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 6 Mei. PPI paa Maret terkoresi 0,5% (month to month/mtm) sementara secara tahunan (yoy) malah naik menjadi 2,7% dari 2,5% pada Maret. PPI dan klaim pengangguran mencerminkan sejauh mana produsen AS serta warga mereka terdampak kenaikan suku bunga AS.Kedua faktor juga diharapkan bisa memberi gambaran lebih jelas mengenai pergerakan ekonomi AS terkini setelah dihantam krisis perbankan. Kedua data akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan Juni mendatang. Pada akhir pekan depan, Jumat (12/5/2023), AS akan mengumumkan data indeks kepercayaan konsumen Michigan Consumer Sentiment. Setelah krisis yang menimpa perbankan AS dan kisruh plafon utang maka menarik dicermati seperti apa indeks kepercayaan warga AS terhadap perkembangan ekonomi ke depan. Kisruh plafon utang sejatinya bisa menguntungkan emas karena menimbulkan ketidakpastian. Namun, kepanikan investor bisa berimbas sebaliknya. “Jika kita lihat kepanikan seputar plafon utang ynag terus meningkat, lebih baik Anda menahan diri dulu. Aksi yang ditimbulkan kepanikan bisa membawa market ke dalam kondisi bullish dan bearish dalam bersamaan. Pasar bisa jatuh bahkan emas sekalipun,” tutur Matt Simpson, analis City Index, dikutip dari Reuters.

Pekan Penuh “Jebakan Maut”, Emas Pesta Pora atau Sengsara? Read More »

Harga Emas Kemarin Sempat Pecah Rekor, Mungkinkah Kembali Terulang?

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali menguat pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB, selama tiga hari berturut-turut karena investor bereaksi terhadap sinyal Federal Reserve (The Fed) yang siap untuk gencatan senjata dalam perang melawan inflasi. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, melonjak 0,92 persen menjadi ditutup pada US$2.055,70 per ounce setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.085,40 yang merupakan posisi tertinggi sepanjang masa dan terendah di US$2.038,50. Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (3/5/2023). The Fed menghapus perkataan “beberapa penguatan kebijakan tambahan mungkin tepat” dalam pengumumannya setelah pertemuan, menandakan bahwa siklus kenaikan suku bunga mungkin akan berakhir. “Dukungan kuat untuk kenaikan emas mengingat semua gejolak perbankan dan meningkatnya risiko bahwa AS akan mengalami resesi yang sulit,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA dikutip dari Antara, Jumat (5/5/2023). “Ekonomi riil akan banyak terpukul mengingat apa yang kita lihat dengan keuangan dan itu akan membuat permintaan untuk aset safe-haven tetap tinggi. Emas akan bersinar mengingat latar belakang makro ini dan mungkin mengincar pergerakan di atas 2.100 dolar AS jika sentimen de-risking di Wall Street tetap ada selama beberapa sesi berikutnya. ” Data ekonomi yang dirilis Kamis (4/5/2023) juga mendukung emas. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa produktivitas AS anjlok sebesar 2,7 persen pada kuartal pertama 2023 setelah melonjak sebesar 1,6 persen yang direvisi pada kuartal keempat 2022. Penurunan tersebut jauh lebih besar dari yang diharapkan. Departemen Tenaga Kerja AS juga melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS naik 13.000 menjadi 242.000 dalam pekan yang berakhir 29 April. Perkiraan median dalam survei para ekonom adalah untuk 240.000 permohonan. Laporan pekerjaan bulanan AS akan keluar pada Jumat waktu setempat. Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli menguat 2,13 persen, menjadi ditutup pada US$26,227 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli merosot US$11,50 atau 1,08 persen, menjadi menetap pada US$1.050,30 per ounce.

Harga Emas Kemarin Sempat Pecah Rekor, Mungkinkah Kembali Terulang? Read More »

Scroll to Top