emas

Pemilik Emas Siap Foya-Foya, Harganya Diramal Tembus US$2.500

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas makin mengangkasa. Sang logam mulia bahkan diproyeksi bisa menembus US$ 2.500 dalam waktu dekat. Pada penutupan perdagangan Kamis (23/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.993,49 per troy ons. Harga sang logam mulia melonjak 1,21%. Penguatan emas kemarin memperpanjang kinerja impresif emas yang juga melonjak pada Rabu pekan ini. Dalam dua hari terakhir, harga emas sudah terbang 2,7%. Harga emas juga sedikit melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (24/3/2023) pukul 06:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.992,30 per troy ons.Harganya melandai 0,06%. Harga emas terbang sejak pekan lalu setelah Amerika Serikat (AS) guncang karena kolapsnya tiga bank yakni Silvergate Bank, Signature Bank, dan Silicon Valley Bank (WVB). Sejumlah analis kini mulai meramal seberapa emas akan berlari kencang. Faktor utama ada pada arah kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Analis CMC Markets, Tina Teng, memperkirakan emas bisa menembus hingga level US$ 2.500-2.600 dalam waktu dekat. “Begitu The Fed melakukan pivot terhadap kebijakan suku bunganya maka emas akan terus melambung karena dolar AS akan tertekan,” tutur Teng, dikutip dari CNBC International. Setelah krisis perbankan AS, banyak yang memperkirakan The Fed akan melakukan pivot atau berbalik arah terhadap kebijakannya yakni dengan menurunkan suku bunga. Namun, The Fed tetap menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Rabu waktu AS (22/3/2023).Pada perdagangan Senin (20/3/2023) pukul 14:26 WIB, harga emas menembus US$ 2.007,69 per ton atau terbang 1%. Ini adalah kali pertama emas menembus level US$ 2.000 sejak 7 Maret 2022 atau beberapa hari setelah perang Rusia-Ukraina meletus akhir Februari 2022. Rekor harga tertinggi emas masih tercatat pada awal Agustus lalu yang menembus US$ 2.075 per troy ons. Setelah rekor, harga emas jeblok pada tahun lalu karena kebijakan ketat hawkish. Harga emas masih tertolong oleh besarnya pembelian bank sentral. Pada 2022 lalu, bank sentral membeli emas sebanyak 1.136 ton uang merupakan rekor tertinggi dalam 11 tahun. “Pembelian emas oleh bank sentral akan menjaga harga emas tetap naik dalam jangka panjang,” tutur Randy Smallwood dari Wheaton Precious Metals, kepada CNBC International. Proyeksi lonjakan harga emas juga disampaikan Fitch Solutions. Lembaga rating tersebut memprakirakan harga emas akan segera menyentuh US$ 2.075 pada minggu-minggu mendatang.Analis OANDA, Craig Erlam, sepakat dengan proyeksi Fitch. “Sangat terbuka kemungkinannya emas akan terus menguat ke depan. Bintang-bintang di langit pun sepertinya mendukung penguatan emas. Kapan emas akan menembus rekor baru sepertinya tinggal menunggu waktu,” tutur Erlam. Menurutnya, Fed harus memilih antara melanjutkan kebijakan hawkish untuk menghindari resesi atau melunak. Keduanya akan berdampak positif ke emas karena membuat emas makin diburu. “The Fed harus memilih antara mencegah inflasi tinggi atau resesi. Keduanya positif bagus emas. Harga emas bisa menguat ke US$ 2.200 per troy ons,” tutur Nicky Shiels, analis dari MKS Pamp. Kebijakan moneter yang dovish atau longgar akan membuat dolar AS melemah dan yield surat utang pemerintah AS turun. Kondisi ini tentu menjadi hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang melemah akan membuat emas semakin terjangkau karena lebih murah. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga bisa lebih bersaing dengan surat utang pemerintah AS.

Pemilik Emas Siap Foya-Foya, Harganya Diramal Tembus US$2.500 Read More »

Robert Kiyosaki & Dr Kiamat Sarankan Beli Emas, Dunia Parah?

Jakarta, CNBC Indonesia – Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di Amerika Serikat (AS) langsung menjadi sorotan dunia. Terjadi perbedaan pendapat antara para analis, ekonom hingga pelaku pasar terkait kolapsnya kedua bank tersebut. Ada yang menyebut krisis perbankan akan meluas, yang lain berpendapat itu tidak akan terjadi. Namun, pasar finansial sudah merasakan dampak buruknya. Bursa saham global mengalami volatilitas tinggi dan cenderung anjlok. Penulis buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki juga turut memberikan komentar lewat cuitan di akun pribadinya di Twitter. Kiyosaki mengajak netizen untuk membeli emas. “Dua bank besar sudah hancur, bank ketiga tinggal tunggu giliran. Belilah emas, perak, dan koin (krypto) sekarang, jangan beli ETF (exchange traded fund). Ketika bank ketiga hancur, maka harga emas dan perak akan naik. Di 2008, saya sudah meramalkan kehancuran Lehman Brothers sebelum kabar itu ramai diberitakan di CNN, kalau Anda ingin buktinya kunjungi RICH DAD.com,” ujar Kiyosaki di akun Twitternya pada 11 Maret 2023 lalu. Emas merupakan aset aman (safe haven) yang sudah teruji. Setiap kali krisis atau resesi terjadi, harganya cenderung mengalami kenaikan. Sumber: macrotrends, element.visualcapitalist.com (data hingga Juli 2022) Sebelumnya ekonom Nouriel Roubini atau yang dikenal dengan “Dr Doom” alias “Dokter Kiamat” juga menyatakan dalam kondisi saat ini emas menjadi salah satu aset investasi yang tepat. Roubini mendapat predikat tersebut setelah memprediksi terjadinya krisis finansial global 2008 dan benar terjadi. Kini ia memprediksi inflasi di Amerika Serikat akan bertahan di kisaran 6% sangat jauh dari target bank sentral AS (The Fed) 2%. “Jika saya benar, rata-rata inflasi tidak akan sebesar 2%, tetapi 6%. Kemerosotan yang kita lihat pada tahun lalu pada saham dan obligasi akan menjadi lebih parah dalam beberapa tahun ke depan,” kata Roubini dalam wawancara dengan CNN, Kamis (23/2/2023). Roubini menyebut investor saat ini harus keluar dari saham dan obligasi, dan berinvestasi ke aset yang memiliki lindung nilai terhadap inflasi seperti emas. Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Hal ini bisa memicu krisis yang parah. Bank sentral AS (The Fed) yang terus menaikkan suku bunga dikatakan akan menciptakan banyak ‘perusahaan zombie’, perusahaan yang dibentuk saat era suku bunga rendah, tetapi hingga saat ini belum mampu menghasilkan laba untuk membayar utang. “Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, shadow bank, dan negara zombie akan bangkrut akibat suku bunga yang terus naik,” ujar Roubini Oktober lalu. Perusahaan zombie memang sudah kerap kali disebut dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan ini banyak tumbuh saat era suku bunga rendah, biaya utang yang murah, tetapi belum mampu mencatat profit atau membiayai utang mereka. Selain itu Dr Doom melihat ada risiko resesi yang terjadi gabungan antara stagflasi 1970an dan 2008. Dalam artikel Majalah Time yang terbit Kamis (13/10/2022), Dr. Doom mengatakan dunia akan menuju “kebangkrutan besar-besaran dan krisis finansial yang berlarut-larut”. Kolapsnya SVB dan Signature Bank membuat prediks Dr Doom mulai terbukti. Tingginya suku bunga The Fed menjadi salah satu penyebab kolapsnya SVB. Banyak perusahaan startup menarik deposito mereka di SVB akibat kondisi saat ini menyulitkan untuk IPO. Penarikan dana yang ditempatkan di bank menjadi jalan untuk menstabilkan kondisi finansial. Dampaknya, SVB menjadi kekurangan modal. Guna menambah likuditas, SVB menjual obligasi yang dimiliki meski harus merugi hingga US$ 1,8 miliar. Lagi-lagi suku bunga The Fed yang tinggi menjadi biang kerok kerugian tersebut. Suku bunga yang tinggi membuat harga obligasi AS (Treasury) saat ini jatuh, tercermin dari imbal hasil (yield) yang melesat naik. Maklum saja, para investor melihat penerbitan Treasury yang baru akan menawarkan yield yang lebih tinggi, bahkan menempatkan deposito di perbankan juga suku bunganya lebih menarik. Alhasil, harga Treasury yang tersedia di pasar langsung terbanting, penjualan yang dilakukan SVB pun berakibat kerugian yang besar. Masalahnya kini tidak hanya di Amerika Serikat saja, hampir di semua negara menerapkan suku bunga tinggi. Apa yang terjadi dengan SVB dan Signature Bank tentunya bisa juga terjadi di negara lain. Terbukti, saat ini bank Credit Suisse kini sedang gonjang-ganjing. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sudah mengingatkan atas dampak domino dari tumbangnya bank-bank di AS. “Ada kebangkrutan bank di Amerika, Silicon Valley Bank. Semuanya ngeri begitu ada satu bank yang bankrut. Dua hari, muncul lagi bank berikutnya yang kolaps, Signature Bank,” tutur Jokowi pada pembukaan Business Matching Produk Dalam Negeri, Jakarta, Rabu (15/3/2023).Presiden juga meminta semua pihak untuk waspada mengingat dampak besar dari krisis perbankan tersebut. “Semua negara sekarang ini menunggu efek dominonya akan kemana, oleh sebab itu kita hati-hati,” imbuhnya. Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Robert Kiyosaki & Dr Kiamat Sarankan Beli Emas, Dunia Parah? Read More »

Pengumuman Penting! Pemilik Emas Silakan Berpesta Pora

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas kembali terbang tinggi setelah krisis di sektor perbankan menjalar ke Eropa. Pada penutupan perdagangan Rabu (15/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.918,09 per troy ons. Harga sang logam mulia melonjak 0,84%. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 1 Februari 2023 atau 2,5 bulan terakhir Emas masih menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (16/3/2023) pukul 06:27 WIB, harga emas di posisi US$ 1.921,73 per troy ons atau menguat 0,19%. Harga emas terbang setelah krisis Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank mengguncang Amerika Serikat (AS) sejak pekan lalu. Sejak Kamis (8/32023), emas terus menguat. Pengecualian terjadi pada Selasa pekan ini. Bila dihitung sejak krisis SVB merebak yakni Kamis pekan lalu atau delapan hari terakhir, sang logam mulia sudah terbang 5%. Emas hanya melemah 0,58% pada perdagangan Selasa kemarin sejalan dengan melandainya kekhawatiran pasar mengenai krisis SVB. Namun, kekhawatiran hanya mereda sehari. Pasar kembali diguncang oleh krisis yang dialami Credit Suisse. Saham Credit Suisse anjlok 24,2% kemarin dan sudah turun selama delapan hari perdagangan dengan pelemahan menembus 39%. Persoalan Credit Suisse bermula setelah mereka mengakui ada “kelemahan material” yakni kelemahan dalam kontrol internal mereka ketika bank terlambat merilis laporan keuangan. Bank dengan operasional terbesar di Swiss tersebut menunda rilis laporan keuangan mereka yang seharusnya diserahkan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS pekan lalu. Laporan keuangan 2022 menyebut bank yang berdiri sejak 1856 tersebut mencatat rugi bersih senilai US$ 7,8 miliar. Kerugian salah satunya oleh penarikan dana besar-besaran hingga menembus 110 billion francs atau sekitar US$ 120 miliar (Rp 1.843,2 triliun). Persoalan makin runyam karena investor terbesar mereka Saudi National Bank menolak memberikan tambahan modal karena terbentur aturan kepemilikan saham maksimal 10%. Dengan cepat krisis Credit Suisse membuat bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Eropa rontok berjamaah. Pelaku pasar kini khawatir jika krisis akan meluas ke bank-bank lain di tingkat global. Emas pun menikmati berkah kekhawatiran pasar ini. Logam mulia merupakan aset safe haven yang diburu investor saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan ketegangan politik. “Ini jelas-jelas perdagangan yang menguntungkan aset safe haven. Ada begitu banyak kekahwatiran mengenai Credit Suisse. Bank-bank Eropa kini sangat tertekan. Ini membuat investor beralih ke aset aman,” tutur Phillip Streible, chief market strategist Blue Line Futures, dikutip dari Reuters. Pelaku pasar kini menunggu seberapa kencang emas akan berlari setelah apa yang terjadi di sektor perbankan.“Orang kini memilih aset aman seperti bond dan logam mulia dibandingkan aset berisiko seperti saham,” imbuhnya. Laju kencang emas juga ditopang melandainya AS. Amerika pada Rabu malam waktu Indonesia mengumumkan jika Indeks Harga Produsen (IPP) terkontraksi 0,1% pada Februari 2023 dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Indeks Indeks lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,3%. Secara tahunan, indeks naik 4,6% pada Febuari 2023 atau terendah sejak Maret 2021. AS juga mengumumkan jika penjualan ritel mereka pada Februari 2023 terkoreksi 0,4% (mtm), lebih dalam dibandingkan ekspektasi pasar (koreksi 0,3%).Indeks jauh memburuk dibandingkan Januari yang tercatat 3,2% (mtm). Penjualan ritel secara tahunan hanya naik 5,4% (yoy) pada Februari 2023, jauh di bawah penjualan pada Januari yang tercatat 7,7% (yoy). Data ini semakin menegaskan jika ekonomi AS mulai mendingin setelah tumbuh kencang. Data inflasi AS juga menunjukkan inflasi sudah melandai ke 6% (yoy) pada Februari, dari 6,4% (yoy) pada Januari. Dengan inflasi, IPP, dan penjualan ritel yang melemah maka pelaku pasar semakin optimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak.

Pengumuman Penting! Pemilik Emas Silakan Berpesta Pora Read More »

Capek Terbang ke Langit, Emas Kembali Mendarat di Bumi

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas mulai melandai setelah terbang tinggi selama empat hari. Pada penutupan perdagangan Selasa (14/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.902,12 per troy ons. Harga sang logam mulia jatuh 0,58%. Melandainya emas kemarin mengakhiri periode gemilang selama empat hari sebelumnya. Sejak Rabu (8/3/2023) hingga Senin pekan ini atau empat hari perdagangan tersebut, harga emas terbang 5,5%. Emas bahkan mencatat kenaikan sebesar 2,43% sehari pada Senin kemarin. Kenaikan tersebut menjadi yang tertinggi sejak 10 November 2022 atau empat bulan terakhir di mana pada tanggal tersebut emas terbang 2,84% sehari. Penguatan luar biasa pada Senin pekan ini juga membawa emas kembali ke level psikologis US$ 1.900 per troy ons lagi setelah terlempar dari level tersebut sejak 2 Februari 2023. Harga emas terbang karena meningkatnya kekhawatiran pasar Amerika Serikat (AS) setelah krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank. Setelah turun tajam kemarin, harga emas naik tipis pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Rabu (15/3/2023) pukul 06:28 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.904,05 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,1%. Analis dari TD Exinity Han Tan menjelaskan emas kembali melemah dan hanya naik tipis karena kekhawatiran atas krisis perbankan sudah mulai mereda. Namun, dia mengingatkan emas masih berpotensi menguat jika krisis memburuk. “Emas tengah mengambil nafas setelah melonjak luar biasa akibat kekhawatiran pasar. Selama ada risiko menyebarnya risiko krisis SVB maka aset aman seperti emas akan tetap jadi pilihan,” tutur Han Tan, dikutip dari Reuters. Selain SVB, emas juga masih memiliki penopang lain berupa melandainya inflasi AS. Inflasi melandai ke 6% (year on year/yoy) pada Februari 2023, terendah sejak September 2021. Melandainya inflasi dan krisis SVB semakin meningkatkan optimism pelaku pasar jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak. The Fed diperkirakan hanya akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pekan depan. The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 450 bps sejak Maret tahun lalu menjadi 4,5-4,75%. Jika The Fed melunak maka dolar AS akan melemah dan ini bakal menguntungkan emas karena harganya semakin terjangkau untuk dibeli sebagai investasi.

Capek Terbang ke Langit, Emas Kembali Mendarat di Bumi Read More »

Dapat Berkah Mendadak dari Musibah AS, Harga Emas Terbang 4%

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas terbang setelah Amerka Serikat (AS) digoyang sejumlah kabar buruk pada pekan lalu. Pada penutupan perdagangan Jumat (10/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.867,79 per troy ons. Harga sang logam mulia terbang 2,02%.Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Februari 2023 atau sebulan terakhir. Kenaikan sebesar 2,02% sehari kemarin juga menjadi rekor tersendiri. Kenaikan sebesar 2,02% adalah yang tertinggi sejak 10 November 2022 atau empat bulan terakhir di mana pada tanggal tersebut emas terbang 2,84% sehari. Harga emas juga masih berlari kencang pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Senin (13/3/2023) pukul 05:57 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.880,69 per troy ons. Harganya menguat 0,69%.Posisi emas saat ini adalah yang tertinggi sejak 2 Februari 2022 atau sebulan lebih. Artinya, emas masih bergerak dalam tren kenaikan sejak Rabu pekan lalu (8/3/2023). Dalam empat hari perdagangan terakhir, harga emas terbang 3,7% atau nyaris 4%. Lonjakan harga emas tidak bisa dilepaskan dari huru hara di pasar keuangan AS. Kabar buruk pertama datang dari kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) pada Jumat (10/3/2023) atau hanya 48 jam setelah mereka mengumumkan akan mengumpulkan dana sevesar US$ 2,25 miliar. Namun, bank malah kolaps karena besarnya penarikan dana dari investor dan nasabah. Investor khawatir bank dalam kesulitan keuangan. Kasus SVB dengan cepat membuat bursa AS Wall Street rontok dan menimbulkan kepanikan. Emas adalah aset aman yang dicari saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Dengan apa yang terjadi pada SVB maka tidak heran harga emas makin melambung. Kabar buruk kedua datang dari meningkatnya angka pengangguran di AS. AS mengumumkan jika jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir per 4 Maret 2023 mencapai 211.000 orang.Jumlah tersebut naik 21.000 dibandingkan pekan sebelumnya. Departemen Tenaga Kerja pada Jumat malam (10/3/2023) juga mengumumkan angka pengangguran AS mencapai 3,6% pada Februari 2023. Angka tersebut naik dibandingkan 3,4% pada Januari dan di atas ekspektasi pasar di kisaran 3,4%. Dua kabar buruk tersebut membuat pelaku pasar optimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak. Chairman The Fed Jerome Powell pada pekan lalu memang menegaskan jika The Fed akan tetap hawkish. Namun, dengan perkembangan terbaru, The Fed diperkirakan tidak sehawkish sebelumnya. Dua kabar buruk juga membuat dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS ambruk ke level terendahnya sejak awal Februari 2023.Kondisi yang sangat menguntungkan bagi emas. “Ada banyak kejutan pada akhir pekan lalu dan ini menguntungkan emas. Permintaan emas naik kembali,” tutur analis Kitco Metals, Jim Wyckoff, dikutip dari Reuters.

Dapat Berkah Mendadak dari Musibah AS, Harga Emas Terbang 4% Read More »

Kabar Buruk dari Amerika Ini Disambut Gembira Pemilik Emas

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas terbang setelah Amerika Serikat (AS) melaporkan kenaikan jumlah klaim pengangguran.  Pada penutupan perdagangan Kamis (9/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.830,89 per troy ons. Harga sang logam mulia melonjak 0,95%. Harga emas juga masih menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (10/3/2023) pukul 06: 12 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.831,81 per troy ons. Harganya menguat 0,05%. Penguatan emas ditopang oleh data klaim pengangguran AS. Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir per 4 Maret 2023 mencapai 211.000 orang. Jumlah tersebut naik 21.000 dibandingkan pekan sebelumnya. Laporan Challenger, Gray & Christmas Inc bahkan menyebut jika jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika pada Januari-Februari 2023 menembus 180.000. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak 2009. Jumlah PHK pada Februari mencapai 77.770 atau lima kali lebih besar dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Data buruk ini disambut bahagia pelaku pasar emas. Dengan meningkatnya pengangguran maka ada peluang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengeram kebijakan moneter ketatnya. Seperti diketahui, harga emas ambruk 1,81% pada perdagangan Selasa (7/3/2023) setelah Chairman The Fed Jerome Powell menegaskan jika The Fed tak ragu menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi dengan periode lebih lama selama inflasi masih tinggi. “Emas menjalani pekan berat pada minggu ini karena pernyataan Powell. Namun, kenaikan klaim pengangguran membuat harga emas naik,” tutur analis RJO Futures, Bob Haberkorn, dikutip dari Reuters. Pernyataan Powell langsung melambungkan dolar AS. Indeks dolar menguat ke posisi 105,62, atau level tertingginya sejak November 2022. Kondisi ini tentu saja tidak baik untuk emas karena harga sang logam mulia menjadi mahal. Indeks dolar langsung jatuh ke 105,31 kemarin setelah sempat terbang ke 105,66 pada Rabu (8/3/2023). “Fakta bahwa ada celah (data ekonomi) ada jumlah tenaga kerja membuat pelaku pasar emas memperkirakan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan mendatang,” imbuh Haberkorn. The Fed akan menggelar pertemuan pada 21-22 Maret mendatang. Pasar saat ini berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps setelah pernyataan hawkish Powell. The Fed sendiri sudah menaikkan suku bunga acuan hingga 450 bps dalam setahun terakhir di mana kenaikan terakhir adalah sebesar 25 bps pada awal Februari 2023. “Jika proyeksi pasar meleset maka emas bisa terus tertekan ke kisaran US$ 1.788 per troy ons,” tutur Erik Bregar, Direktur FX & Precious Metals Risk Management pada Silver Gold Bull Inc, kepada Reuters.

Kabar Buruk dari Amerika Ini Disambut Gembira Pemilik Emas Read More »

Dampak Sabda Fed Powell Belum Reda, Harga Emas Diam di Tempat

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas diam di tempat karena pasar masih mencerna pernyataan Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di senat. Pada penutupan perdagangan Rabu (8/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.813,59 per troy ons. Harga sang logam mulia menguat tipis 0,004%. Harga emas juga masih menguat dengan tipis pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Kamis (9/3/2023) pukul 06: 22 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.815,03 per troy ons. Harganya menguat 0,08%. Penguatan emas yang sangat tipis pada hari ini terjadi setelah emas ambruk 1,81% pada perdagangan Selasa (7/3/2023). Harga emas ambruk pada Selasa setelah Powell menegaskan jika The Fed tak ragu menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi dengan periode lebih lama selama inflasi masih tinggi. Pernyataan Powell langsung melambungkan dolar AS. Indeks dolar menguat ke posisi 105,62, atau level tertingginya sejak November 2022. Analis MKS PAMP SA, Nicky Shiels, mengatakan emas bisa menguat jika data ekonomi AS mendukung kebijakan The Fed yang lebih dovish. Pelaku pasar kini mengunggu data tenaga kerja yang akan keluar Jumat mendatang. “Emas bisa saja rally lebih kencang jika ada data yang bisa mendukung kebijakan dovish. Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu yang lama juga bisa membuat ekonomi AS dalam risiko hard landing,” tutur Shiels, kepada Reuters. Dia memperkirakan emas masih akan bertahan di kisaran US$ 1.800 per troy ons sampai The Fed menggelar rapat pada 21-22 Maret mendatang. Namun, analis Blue Line Futures, Phillip Streible, mengingatkan emas masih rawan pelemahan. “Ada beberapa data yang bisa menjadi risiko bagi pergerakan emas ke depan. Ada data ketenagakerjaan Jumat ini dan inflasi AS pada Selasa pekan depan,” ujarnya, dikutip dari Reuters.

Dampak Sabda Fed Powell Belum Reda, Harga Emas Diam di Tempat Read More »

Powell Blak-Blakan Soal Suku Bunga, Harga Emas Anjlok 2%!

Jakarta, CNBC Indonesia – Sesuai dugaan, harga emas langsung tumbang setelah Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menyampaikan testimoni di depan senat AS. Pada penutupan perdagangan Selasa (7/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.813,52 per troy ons. Harga sang logam mulia ambruk nyaris 2%. Pelemahan tersebut adalah yang terbesar sejak 3 Februari 2023 saat emas melemah 2,45%. Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Rabu (8/3/2023) pukul 06: 28 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.814,04 per troy ons. Harganya menguat 0,03%. Seperti diketahui, Powell menggelar sesi dengar pendapat dengan senat Komite Perbankan AS pada Selasa malam. Dia juga akan kembali menyampaikan testimoni di depan kongres malam nanti. “Data ekonomi terkini menunjukkan (ekonomi) lebih kuat dibandingkan yang diperkirakan. Ini mengindikasikan kenaikan suku bunga sepertinya akan lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya,” tutur Powell dalam dengar pendapat dengan senat Komite Perbankan kongres AS, dikutip dari Reuters. Pernyataan Powell ini sontak membuat pelaku pasar emas kaget. Mereka memang sudah menduga Powell akan mengingatkan soal pentingnya menjaga inflasi dan kemungkinan kenaikan suku bunga. “Pernyataan Powell ternyata jauh lebih sangat terang-terangan dan agresif dibandingkan pasar,” tutur Tai Wong, analis dari Heraeus Precious Metals, dikutip dari Reuters. Kebijakan moneter yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS. “Powell menyatakan ‘pengetatan yang lebih cepat’ dan lebih mendesak bukan lagi mendorong (kenaikan suku bunga). Pernyataan ini tentu saja membuat logam mulia tertekan. Emas sudah melemah sejak Jumat lalu dan menjadi lebih tertekan karena pernyataan itu,” imbuh Tai Wong.

Powell Blak-Blakan Soal Suku Bunga, Harga Emas Anjlok 2%! Read More »

Scroll to Top