Headline

Harga Emas Stagnan, Jerome Powell Bersiap Menghadap Kongres AS

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas cenderung stagnan pada akhir perdagangan Senin (6/3/2023) waktu setempat, karena investor menunggu kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di depan Kongres AS yang kemungkinan akan memengaruhi penilaian seberapa hawkish bank sentral AS nantinya.

Melansir Antara, Selasa (7/3/2023), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, tetap tidak berubah dan ditutup pada US$1.854,60 per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di US$1.864,30 dan terendah di US$1.851,30.

Sebelumnya, emas berjangka melonjak US$14,10 atau 0,77 persen menjadi US$1.854,60 pada Jumat (3/3/2023), setelah tergelincir US$4,90 atau 0,27 persen menjadi US$1.840,50 pada Kamis (2/3/2023), dan terkerek US$8,70 atau 0,47 persen menjadi US$1.845,40 pada Rabu (1/3/2023).

Powell akan bersaksi pada Selasa waktu setempat di depan Komite Perbankan Senat dan pada Rabu (8/3/2023) di depan panel Jasa Keuangan DPR AS. Setelah memberikan kenaikan suku bunga jumbo tahun lalu. The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam dua pertemuan terakhirnya, tetapi data ekonomi yang kuat telah memicu kekhawatiran pasar bahwa bank sentral mungkin kembali ke jalur agresifnya.

Pasar berjangka menyiratkan peluang 72 persen Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuannya 22 Maret.

Ahli strategi Citi memperkirakan Powell akan menunjukkan preferensi untuk kenaikan 25 basis poin tetapi meninggalkan semua opsi, karena dia akan berbicara sebelum data pekerjaan dirilis.

Citi memperkirakan data penggajian naik sebesar 255.000 menyusul lonjakan besar 517.000 pada Januari. Kejutan besar pada kenaikan dapat menyebabkan kenaikan 50 basis poin dari Fed.

Presiden Federal Reserve San Francisco, Mary Daly mengatakan dalam pidatonya di Universitas Princeton pada Sabtu (4/3/2023) bahwa Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dan mempertahankannya lebih lama untuk mengatasi harga yang lebih tinggi yang disebabkan oleh inflasi yang kuat.

Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Senin (6/3/2023) bahwa pesanan pabrik AS turun 1,6 persen pada Januari setelah naik 1,7 persen pada Desember. Para ekonom memperkirakan pesanan turun 1,8 persen. Pesanan pabrik meningkat 4,3 persen pada basis tahun ke tahun pada Januari.

Logam mulia lainnya perak untuk pengiriman Mei tergelincir 10,30 sen atau 0,48 persen, menjadi ditutup pada US$21,135 per ounce. Platinum untuk pengiriman April melemah US$0,80 atau 0,08 persen, menjadi menetap pada US$978,60 per ounce.

Harga Emas Stagnan, Jerome Powell Bersiap Menghadap Kongres AS Read More »

Headline

Menunggu Kabar Penting dari AS, Harga Emas Akan Labil

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melonjak pada pekan lalu. Namun, kinerja sang logam mulia akan menghadapi tantangan berat pada pekan ini karena banyaknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang akan keluar dalam lima hari ke depan.

Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (3/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.854,97 per troy ons. Harganya terbang 1,03%.

Secara keseluruhan, emas juga melonjak 2,4% pada pekan lalu. Penguatan tersebut memutus rekor buruk emas yang melandai selama empat pekan sebelumnya.

Kendati cemerlang pada pekan lalu, emas diperkirakan akan menghadapi perjalanan berat pekan ini. Sang logam mulia diperkirakan akan bergerak volatile.

Pada perdagangan hari ini, Senin (6/3/2023) pukul 06: 11 WIB, harga emas di posisi US$ 1.853,65 per troy ons. Harganya melemah tipis 0,07%.

Pekan ini, AS akan mengumumkan sejumlah data penting. Di antaranya adalah data ketenagakerjaan Februari yang dirilis Jumat (10/3/2023) serta laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) per Januari dan Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP pada tengah pekan.

Agenda penting lain adalah pidato Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di hadapan Komite Urusan Perbankan, Perumahan dan Perkotaan Senat dan Komite Layanan Keuangan DPR AS pada Selasa dan Rabu (7-8/3/2023).

Data tenaga kerja akan sangat menentukan arah kebijakan The Fed ke depan. Sementara itu, pidato Powell juga akan menjadi sinyal bagi kebijakan The Fed ke depan.

Analis TD Securities, Bart Melek, memperkirakan emas kemungkinan akan bergerak di kisaran US$ 1.830-1.850 per troy ons pekan ini.

Sebaliknya, analis OANDA Craig Erlam memperkirakan emas akan bergerak di kisaran US$ 1.780-1.800 per troy ons.

“Masih ada kemungkinan The Fed menjadi sangat hawkish dan ini tentu tidak baik bagi emas,” tutur Erlam, dikutip dari Reuters.

Menunggu Kabar Penting dari AS, Harga Emas Akan Labil Read More »

Headline

Dolar AS Menguat Tipis, Segini Nilainya Terhadap Rupiah

Jakarta – Kurs dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi ini menguat tipis. Dolar AS menguat 0,32 % terhadap rupiah.

Berdasarkan data RTI, pada pagi ini, dolar AS berada di level 15.291, menguat 35 poin terhadap rupiah atau 0,32%.

Dolar AS bergerak di rentang 15.227 hingga 15.299.

Sudah sebulan ini dolar AS terus menunjukkan keperkasaan terhadap rupiah. Dalam sebulan mata uang Negeri Paman Sam ini menguat 2,69%, kemudian menguat 0,47% dalam sepekan.

Sementara itu, data Reuters mencatat, dolar AS terhadap rupiah kini berada di level 15.259

Dolar AS Menguat Tipis, Segini Nilainya Terhadap Rupiah Read More »

Headline

Amerika Minggir Dulu, Investor Emas Lagi Bahagia Bareng China

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas mulai naik secara perlahan. Pada perdagangan awal Maret, Rabu (1/3/2023), emas mengakhiri perdagangan di posisi US$ 1.836,81. Harganya menguat 0,53%.

Penguatan kemarin memperpanjang tren positif emas yang juga menguat tipis-tipis dalam dua hari perdagangan sebelumnya. Dalam tiga hari perdagangan terakhir, harga emas melonjak 1,43%.

Sang logam mulia juga masih menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (2/3/2023) pukul 06: 20 WIB, harga emas menguat tipis 0,06% ke posisi US$ 1.837,83 per troy ons.

Penguatan emas ditopang oleh sentimen positif dari China. Menggeliatnya ekonomi Tiongkok yang tercermin dalam aktivitas manufaktur langsung disambut gembira pelaku pasar.

Manufacturing purchasing managers’ index (PMI) China melonjak ke 52,6 pada Februari 2023, dari 50,1 pada Januari. Kenaikan indeks ini menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok semakin ekspansif.

Lonjakan PMI China bahkan mampu meredam keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS). Juga, sedikit meredam kekhawatiran pasar mengenai kelanjutan kebijakan moneter bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Indeks dolar ditutup di posisi 104,48 kemarin, turun 0,37% dibandingkan hari sebelumnya. Pelemahan dolar AS akan menguntungkan emas karena harganya semakin terjangkau untuk investasi.

China adalah ekonomi terbesar kedua di dunia. Tiongkok juga merupakan konsumen terbesar untuk sejumlah komoditas seperti emas sehingga pergerakn ekonomi China diyakini bakal berdampak kepada emas.

“Pasar optimis dengan pemulihan ekonomi China menyusul data ekonomi mereka yang sangat kuat. Kondisi ini menghentikan rally dollar,” tutur analis Ross Norman, dikutip Reuters.

Norman memperkirakan data ekonomi China masih akan menopang pergerakan emas ke depan. Terlebih, permintaan emas secara fisik dari China juga masih melambung.

Data World Gold Council menunjukkan bank sentral China (The People’s Bank of China/PBoC) melakukan pembelian emas sebanyak 62,2 ton pada 2022. Pembelian dalam jumlah besar tersebut membuat cadangan emas mereka kini menyentuh di atas 2.000 ton untuk pertama kalinya dalam sejarah.

“Emas akan dicari lagi oleh aksi bargain hunting. Titik support emas kemungkinan ada di US$ 1.808,” imbuh Norman.

Amerika Minggir Dulu, Investor Emas Lagi Bahagia Bareng China Read More »

Headline

Harga Emas Mendarat di Level Hijau Berkat Taking Profit di Dolar AS

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas berjangka menguat pada akhir perdagangan Selasa pagi WIB, karena dolar AS melemah setelah para pedagang mengambil keuntungan dari kenaikan greenback baru-baru ini.

Melansir dari Antara, kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange terangkat 0,43 persen menjadi US$1.824,90 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$1.827 dan terendah di US$1.812.

Harga emas berjangka tergelincir 0,53 persen menjadi US$1.817 pada Jumat (24/2/2023), setelah anjlok 0,80 persen menjadi US$1.826 pada Kamis (23/2/2023), dan turun tipis 0,05 persen menjadi p US$1.841,50 dolar AS pada Rabu (22/2/2023).

Adapun, kontrak berjangka emas kehilangan 23,30 dolar AS atau 1,80 persen pekan lalu. Sementara itu, Dolar AS melemah pada perdagangan Senin (27/2/2023), dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,51 persen menjadi 104,6775.

Data ekonomi yang dirilis Senin (27/2/2023) menghasilkan data beragam sehingga membuat investor bergerak fluktuatif. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan baru AS untuk barang-barang tahan lama turun 4,5 persen menjadi 272,3 miliar dolar AS pada Januari, menyusul kenaikan 5,1 persen pada Desember. Penurunan pada Januari ini merupakan yang kedua dalam tiga bulan terakhir.

Sementara itu, National Association of Realtors (NAR) melaporkan bahwa indeks penjualan rumah tertunda AS, indikator utama penjualan rumah berdasarkan penandatanganan kontrak, naik 8,1 persen menjadi 82,5 pada Januari, kenaikan bulanan terbesar sejak Juni 2020.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 14,30 sen atau 0,68 persen, menjadi ditutup pada 20,793 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April terangkat 34 dolar AS atau 3,74 persen, menjadi menetap pada 941,90 dolar AS per ounce.

Sementara itu, tim riset MIFX memperkirakan outlook kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini setelah data inflasi yang kembali naik baru-baru ini berpeluang menekan turun harga emas. Mereka berpendapat harga emas berpeluang dijual menguji level support US$1798 selama harga tidak mampu menembus level resistance US$1813.

Akan tetapi, bila mampu bergerak lebih tinggi dari level resistance tersebut maka harga emas berpotensi dibeli menargetkan level resistance selanjutnya ke US$1820.

Harga Emas Mendarat di Level Hijau Berkat Taking Profit di Dolar AS Read More »

Headline

Harga Emas Terbang Karena Rusia, Ambruk Karena Amerika

Jakarta, CNBC Indonesia – Emas sempat melambung karena perang Rusia-Ukraina. Namun, emas kemudian takluk oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Emas bergerak di kisaran US$ 1.920 per ton sebelum perang Rusia-Ukraina meletus setahun yang lalu, 24 Februari 2022.

Perang meletus dan harga emas mengangkasa dari US$ 1.957,48 pada 24 Februari menjadi US$ 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret 2022. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Agustus 2020.

Emas merupakan aset aman yang dicari sebagai hedging di tengah ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik.

Emas kemudian melandai hingga ke level US$ 1.920 pada awal April sebelum melonjak kembali pada pertengahan April dan menyentuh US$ 1.978,5 per troy ons pada 18 April. Lonjakan harga emas disebabkan buntunya perundingan Rusia dan Ukraina.

Namun, masa keemasan emas cukup sampai di sana. Sang logam mulia terus melemah bahkan menyentuh US$ 1.811 per troy ons pada 13 Mei 2022 karena kenaikan suku bunga The Fed. Sang logam mulia juga selalu melemah begitu data-data ekonomi AS bergerak jauh di atas ekspektasi pasar.

Kebijakan moneter The Fed yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas.

Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS.

Sempat menguat karena buntunya perundingan Rusia-Ukraina, emas langsung layu begitu The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada pertengahan Juni. Emas menyentuh US$ 1.806 per troy ons pada 30 Juni 2022.

Kilau emas semakin luntur dan turun ke kisaran US$ 1.700 pada 5 Juli 2022 karena tingginya ekspektasi pasar mengenai kebijakan hawkish The Fed.

Kebijakan hawkish The Fed pada Agustus dan September 2022 membuat emas hingga masuk ke level US$ 1.500 per troy ons. Harga emas mulai membaik pada Januari 2023 setelah The Fed memberi sinyal ada disinflasi di AS.

Setahun setelah perang meletus, dampak positif perang ke pergerakan emas tidak berbekas.

Kembali memanasnya perang Rusia setelah Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina pada Senin (20/2/2023) tidak membuat emas bergeming.

Harga Emas tetap melemah karena pasar semakin khawatir dengan kelanjutan kebijakan hawkish The Fed setelah data-data menunjukkan ekonomi AS masih berlari kencang.

Pada penutupan perdagangan Kamis (23/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.822,64 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,13%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 29 Desember 2022.

Dengan demikian, emas sudah melandai dalam empat penutupan perdagangan beruntun dengan pelemahan mencapai 1,03%.

Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (24/2/2023) pukul 07: 10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.822,96 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,02%

Harga Emas Terbang Karena Rusia, Ambruk Karena Amerika Read More »

Headline

Pergerakan Harga Emas Hari Ini, Ancang-ancang Bakal Naik Lagi

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas merosot pada akhir perdagangan pekan lalu karena para pedagang memperkirakan akan lebih banyak kenaikan suku bunga dari Federal Reserve menyusul data inflasi yang kuat.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 0,09 persen menjadi US$1.850 dolar AS per ounce, Untuk minggu ini, kontrak berjangka turun 1,3 persen, kerugian mingguan ketiga berturut-turut.

Sejak data terbaru tentang inflasi muncul, pejabat Federal Reserve telah bersiap untuk periode suku bunga tinggi yang diperpanjang, termasuk kembali ke kenaikan 50 basis poin pada Maret, dengan mengatakan inflasi yang merayap membuat 25 basis poin menjadi kuantum yang bank sentral sepakati bulan ini tidak dapat dipertahankan.

“Kita perlu melanjutkan kenaikan suku bunga sampai kita melihat lebih banyak kemajuan,” kata Gubernur Fed Michelle Bowman, Jumat (17/2/2023) dikutip dari Antara. “Inflasi masih terlalu tinggi. Tebakan Anda sama bagusnya dengan tebakan saya tentang apa yang terjadi selanjutnya dalam perekonomian.

” Presiden Fed Richmond, Tom Barkin sependapat, mengatakan pengendalian inflasi akan membutuhkan lebih banyak kenaikan suku bunga. “Berapa banyak, kita harus lihat,” tambahnya. “Saya menyukai jalur 25 basis poin karena saya yakin ini memberi kami fleksibilitas untuk merespons ekonomi.

” Sementara itu, tim riset MIFX memperkirakan aksi profit taking investor terhadap dolar AS berpeluang menopang harga emas pada pekan ini. Mereka memperkirakan harga emas berpeluang dibeli untuk menguji level resistance US$1845 selama harga bertahan di atas level support US$1835.

Namun, penurunan lebih rendah dari level support tersebut berpeluang memicu aksi jual terhadap harga emas menguji level support selanjutnya US$1830.

Pergerakan Harga Emas Hari Ini, Ancang-ancang Bakal Naik Lagi Read More »

Headline

Jangan Terjebak, Harga Emas Tengah dalam Tren Dead Cat Bounce

Jakarta, CNBC Indonesia – Pergerakan emas tengah berada dalam pola “dead cat bounce”. Sang logam mulia sempat melonjak pada Januari tetapi itu ternyata hanya mengawali tren pelemahannya pada Februari tahun ini.

Pada penutupan perdagangan Kamis (16/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.837,44 per troy ons. Harga sang logam mulia menguat sangat tipis 0,07%.

Namun, harga emasmelandai pagi hari ini. Pada perdagangan Jumat (17/2/2023) pukul 06: 08 WIB, harga emas melemah 0,09%.

Pelemahan emas hari ini semakin menegaskan tren pelemahan emas yang sudah berlangsung sejak awal bulan. Dalam sepekan terakhir, emas bahkan sudah melemah 1,5%.

Emas memang sempat naik turun sejak awal Februari 2023 tetapi secara keseluruhan emas ambruk 4,8% sepanjang bulan ini.

Bandingkan dengan pergerakan emas pada Januari yang melambung 5,7%. Sang logam mulia bahkan menembus US$ 1.900 untuk pertama kalinya sejak April 2022.

Penguatan emas pada Januari ini terjadi setelah emas loyo di hampir sepanjang Maret-Desember 2022. Emas melemah setelah bank Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 450 bps sejak Maret 2022.

Analis independen Ross Norman menjelaskan tren pelemahan emas say ini menunjukkan sang logam mulia ada di fase atau pola “dead cat bounce”.

Investor biasanya terjebak ke dalam pola tersebut dan merugi. Pola tersebut merujuk pada kenaikan harga aset secara sementara di tengah kondisi bearish atau dalam tren pelemahan yang panjang.

“Emas tengah dalam pola “dead cat bounce” atau pemulihan sementara waktu setelah penurunan yang signifikan atau pulih karena bargain hunting. Kekhawatiran resesi sempat menopang emas,” tutur Norman, kepada Reuters.

Harga emas melemah pada pagi hari ini karena data penjualan ritel dan indeks harga produsen di AS naik di atas ekspektasi.

Indeks harga produsen naik 0,7% pada Januari 2023, lebih tinggi dibandingkan estimasi pasar yakni 0,4%.

Data ini semakin menunjukkan jika inflasi AS masih kencang. Pada pekan lalu, AS juga mengumumkan inflasi pada Januari menyentuh 6,4% (year on year/yoy). Inflasi di atas ekspektasi pasar yang ada di kisaran 6-6,2%.

Data terbaru AS tersebut menguatkan kekhawatiran pasar jika The Fed akan melanjutkan kebijakan hawkishnya.

“Inflasi memang melambat tetapi dalam fase yang terlalu lamban. Hal ini bisa membuat suku bunga tinggi akan bertahan lama. Ini tentu saja tidak bagus baik emas,” tutur analis TD Securities, Daniel Ghali.

Kebijakan moneter yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS.

Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal.

Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS.

Jangan Terjebak, Harga Emas Tengah dalam Tren Dead Cat Bounce Read More »

Headline

Pergerakan Harga Emas Hari Ini Naik Tipis Usai Data AS Meluncur

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menguat tipis pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB karena investor bereaksi terhadap rilis data indeks harga konsumen (IHK) Amerika Serikat untuk Januari 2023.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di Divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 0,10 persen menjadi US$1.865,40 dolar AS per ounce.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Selasa (14/2) bahwa IHK AS, indikator inflasi penting, naik 0,5 persen pada Januari secara bulan ke bulan, kenaikan terbesar dalam tiga bulan dan lebih tinggi dari 0,4 persen yang diharapkan oleh para ekonom.

Secara tahun ke tahun, IHK Januari melambat menjadi 6,4 persen dari 6,5 persen pada Desember, level terendah dalam 15 bulan dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 6,2 persen.

Beberapa pedagang berpendapat bahwa risiko Federal Reserve harus tetap agresif dalam menaikkan suku bunga tinggi, sementara yang lain yakin bahwa puncak suku bunga akan tercapai musim panas ini.

Presiden Federal Reserve Richmond, Tom Barkin mengatakan dalam sebuah wawancara televisi Bloomberg pada Selasa (14/2) bahwa dia mengharapkan inflasi memiliki persistensi yang jauh lebih besar daripada yang diinginkan semua orang. “Inflasi normal, tapi turun perlahan,” kata Barkin dikutip dari Antara.

Presiden Federal Reserve Dallas, Lorie Logan mengatakan dalam pidatonya di Prairie View A&M University pada Selasa (14/2) bahwa ada risiko Federal Reserve melakukan terlalu sedikit pengetatan kebijakan moneter, dan ekonomi tetap terlalu panas dan bank sentral gagal mengendalikan inflasi.

“Itu bisa memicu spiral ekspektasi inflasi yang tidak terpenuhi dengan sendirinya yang akan sangat mahal untuk dihentikan,” kata Logan dikutip dari Antara.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret, naik 2,1 sen atau 0,1 persen, menjadi menetap pada US$21,873 per ounce. Platinum untuk pengiriman April anjlok US$20,2 dolar AS atau 2,11 persen, menjadi ditutup pada US$939,20 per ounce.

Pergerakan Harga Emas Hari Ini Naik Tipis Usai Data AS Meluncur Read More »

Headline

Pergerakan Harga Emas Hari Ini Beresiko Turun Akibat Sentimen Hawkish The Fed Belum Reda

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas global berpotensi melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (13/2/2023) lantaran sentimen agresivitas Bank Sentral Amerika Serikat The Fed yang belum mereda.

Harga emas merosot pada akhir perdagangan pekan lalu (10/2/2023) kerugian untuk hari kedua berturut-turut terseret oleh penguatan dolar AS menjelang rilis data inflasi konsumen pekan ini dan para investor menimbang sinyal hawkish kebijakan moneter dari Federal Reserve.

Menguip Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 4,0 dolar AS atau 0,21 persen menjadi ditutup pada 1.874,50 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi 1.883,50 dolar AS dan terendah 1.863,50 dolar AS.

Emas berjangka tergelincir 12,20 dolar AS atau 0,65 persen menjadi 1.878,50 dolar AS pada Kamis (9/2/2023), setelah terdongkrak 5,9 dolar AS atau 0,31 persen menjadi 1.890,70 dolar AS pada Rabu (8/2/2023), dan naik 5,30 dolar AS atau 0,28 persen menjadi 1.884,80 dolar AS pada Selasa (7/2/2023).

Emas melemah 0,1 persen untuk minggu ini, mencatat kerugian mingguan kedua berturut-turut karena pasar menilai kembali ekspektasi mereka akan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve.

Dolar AS menguat pada perdagangan Jumat (10/2/2023) karena pelaku pasar menunggu laporan inflasi utama AS, dengan indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,38 persen menjadi 103,6290, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Serangkaian sinyal hawkish dari pejabat Fed juga membuat logam kuning di bawah tekanan, karena Ketua Fed Jerome Powell dan beberapa pembicara lainnya memperingatkan bahwa suku bunga kemungkinan akan naik lebih lanjut.

Meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mengurangi daya tarik emas. Sementara itu, pembacaan awal indeks sentimen konsumen Universitas Michigan meningkat menjadi 66,4 pada Februari dari 64,9 pada Januari.

Para analis pasar berpendapat bahwa pedagang menghindari pembukaan posisi beli baru menjelang laporan indeks harga konsumen yang akan dirilis pada Selasa (14/2/2023) pekan depan.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 6,8 sen atau 0,31 persen, menjadi menetap pada 22,075 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April berkurang 12,40 dolar AS atau 1,29 persen, menjadi ditutup pada 951,80 dolar AS per ounce.

Pergerakan Harga Emas Hari Ini Beresiko Turun Akibat Sentimen Hawkish The Fed Belum Reda Read More »

Headline

Pidato Fed Bikin Tenang, Harga Emas Merangkak Naik

Jakarta, CNBC Indonesia – Pelaku pasar emas menyambut positif pidato Chairman bank sentral Amerika serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Harga emas pun kembali merangkak naik.

Pada penutupan perdagangan Selasa (7/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.873,81 per troy ons. Harga sang logam mulia naik 0,35%.

Kenaikan tersebut menguatkan penguatan pada hari sebelumnya. Emas juga menguat 0,09% pada penutupan perdagangan Senin pekan ini.

Namun, harga emas turun pada pagi hari ini. Pada Rabu (8/2/2023) pukul 06:55 WIB, harga emas ada d posisi US$ 1.871,51 per troy ons. Harganya melandai 0,12%.

Analis RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan emas kembali naik karena pasar meyakini The Fed akan mengurangi kebijakan agresifnya.

Pelaku pasar sempat khawatir jika The Fed kembali agresif setelah data tenaga kerja AS pada Januari menunjukkan penambahan jumlah tenaga kerja yang lebih tinggi dari proyeksi.

Tingkat pengangguran AS pada Januari 2023 tercatat 3,4%, terendah sejak 1969. Tingkat pengangguran juga lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yakni 3,6%.

Kekhawatiran ini membuat emas ambruk 2,4% pada Jumat pekan lalu.


“Emas sebenarnya bisa naik lebih tinggi lagi tetapi sempat koreksi. Kenaikan yang sekarang hanyalah melanjutkan penguatan yang tertunda kemarin,” tutur Pavilonis, dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, Powell berbicara di Economic Club of Washington pada Selasa siang waktu setempat (7/2/2023). Dia kembali menegaskan jika proses disinflasi sudah dimulai.

Disinflasi artinya laju kenaikan harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Pasar melihat inflasi di Amerika Serikat sudah mencapai puncaknya, dan kini mulai dalam tren penurunan. Dengan demikian, The Fed diharapkan bisa melonggarkan kebijakan moneternya.

“Proses disinflasi, proses di mana inflasi mulai menurun sudah dimulai, dan ini dimulai dari sektor barang yang berkontribusi seperempat ke perekonomian. Tetapi jalan masih panjang, dan ini

Pidato Fed Bikin Tenang, Harga Emas Merangkak Naik Read More »

Headline
Scroll to Top