Emas

Pidato Fed Bikin Tenang, Harga Emas Merangkak Naik

Jakarta, CNBC Indonesia – Pelaku pasar emas menyambut positif pidato Chairman bank sentral Amerika serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Harga emas pun kembali merangkak naik. Pada penutupan perdagangan Selasa (7/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.873,81 per troy ons. Harga sang logam mulia naik 0,35%. Kenaikan tersebut menguatkan penguatan pada hari sebelumnya. Emas juga menguat 0,09% pada penutupan perdagangan Senin pekan ini. Namun, harga emas turun pada pagi hari ini. Pada Rabu (8/2/2023) pukul 06:55 WIB, harga emas ada d posisi US$ 1.871,51 per troy ons. Harganya melandai 0,12%. Analis RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan emas kembali naik karena pasar meyakini The Fed akan mengurangi kebijakan agresifnya. Pelaku pasar sempat khawatir jika The Fed kembali agresif setelah data tenaga kerja AS pada Januari menunjukkan penambahan jumlah tenaga kerja yang lebih tinggi dari proyeksi. Tingkat pengangguran AS pada Januari 2023 tercatat 3,4%, terendah sejak 1969. Tingkat pengangguran juga lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yakni 3,6%. Kekhawatiran ini membuat emas ambruk 2,4% pada Jumat pekan lalu. “Emas sebenarnya bisa naik lebih tinggi lagi tetapi sempat koreksi. Kenaikan yang sekarang hanyalah melanjutkan penguatan yang tertunda kemarin,” tutur Pavilonis, dikutip dari Reuters. Seperti diketahui, Powell berbicara di Economic Club of Washington pada Selasa siang waktu setempat (7/2/2023). Dia kembali menegaskan jika proses disinflasi sudah dimulai. Disinflasi artinya laju kenaikan harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Pasar melihat inflasi di Amerika Serikat sudah mencapai puncaknya, dan kini mulai dalam tren penurunan. Dengan demikian, The Fed diharapkan bisa melonggarkan kebijakan moneternya. “Proses disinflasi, proses di mana inflasi mulai menurun sudah dimulai, dan ini dimulai dari sektor barang yang berkontribusi seperempat ke perekonomian. Tetapi jalan masih panjang, dan ini

Pidato Fed Bikin Tenang, Harga Emas Merangkak Naik Read More »

Setelah Ambruk 4%, Harga Emas Perlahan-Lahan Bangkit

Jakarta, CNBC Indonesia– Harga emas pelan-pelan mulai naik setelah hancur pada akhir pekan lalu. Pada penutupan perdagangan Senin (6/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.867,36 per troy ons. Harga sang logam mulia naik 0,1%. Kenaikan tersebut membalikkan tren negatif emas yang melemah pada Kamis dan Jumat pekan lalu. Dalam dua hari tersebut, harga emas bahkan ambruk 4,35%. Harga emas juga masih menguat pada perdagangan pagi hari ini. Pada Selasa pagi (7/2/2023) pukul 06:30 WIB, harga emas dunia di pasar spot di posisi US$ 1.867,53 per troy ons. Emas menguat tipis 0,009%.     Phillip Streible, analis dari Blue Line Futures mengatakan pada akhirnya emas akan menjadi pilihan investor sebagai aset aman. Karena itulah harga emas kembali naik. “Trader akan melihat emas sebagai aset safe-haven dan akan kembali membelinya,” tutur Streible, dikutip dari Reuters. Dia menambahkan salah satu faktor penopang emas adalah masih tingginya kepercayaan pasar jika bank sentral Amerika serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan agresivitasnya. Sebagai catatan, emas anjlok pada Jumat setelah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) keluar. Tingkat pengangguran AS pada Januari 2023 tercatat 3,4%, terendah sejak 1969. Tingkat pengangguran juga lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yakni 3,6%. Rendahnya tingkat pengangguran di AS menunjukkan ekonomi mereka masih kencang dan pasar tenaga kerja masih panas. Kondisi ini bisa membuat The Fed kembali memberlakukan kebijakan hawkishnya.

Setelah Ambruk 4%, Harga Emas Perlahan-Lahan Bangkit Read More »

Prediksi Harga Emas Dunia, Siap-Siap Anjlok?

Liputan6.com, Jakarta Harga emas anjlok pada perdagangan Jumat pekan lalu. Harga emas turun USD 50 menyusul laporan ketenagakerjaan yang mengejutkan dari Amerika Serikat (AS). Dikutip dari Kitco, Senin (6/2/2023) AS menambahkan 517.000 pekerjaan pada bulan Januari yang membuat tingkat pengangguran turun menjadi 3,4 persen. Ini menjadi level terendah sejak 1969.  Sementara itu, data terbaru dari Institute of Supply Management (ISM) menyebut sektor jasa AS naik menjadi 55,2 persen setelah kontraksi pada Desember 2022 lalu. “Data hari ini membuat kesal Federal Reserve (Bank Sental AS, The Fed), yang cukup percaya diri tentang tren inflasi. Sektor jasa ini masih terlalu kuat. Dan itu akan membuat tekanan upah tetap tinggi,” kata Analis Pasar Senior OANDA Edward Moya. Setelah menaikkan suku bunga dengan kecepatan lebih lambat 25 basis poin pada hari Rabu, Ketua Fed Jerome Powell berbicara tentang kemajuan disinflasi.  “Sungguh menggembirakan melihat proses disinflasi sekarang sedang berlangsung,” katanya.  “Kami sekarang dapat mengatakan, untuk pertama kalinya, bahwa proses disinflasi telah dimulai. Dan sejauh ini kami melihatnya dalam harga barang.” Namun, Powell mengakui bahwa sektor jasa belum merasakan perlambatan inflasi. Sebelum laporan ketenagakerjaan hari Jumat, pasar mencari Fed untuk berpotensi mengakhiri siklus kenaikan pada bulan Maret, tetapi sekarang berubah, dan emas bereaksi terhadap hal tersebut.. “Ini sangat mengganggu perdagangan emas. Pasar mengira kita sudah sangat dekat dengan akhir pengetatan Fed. Dan sekarang, ada pertanyaan kapan ekonomi ini akan benar-benar melemah. Laporan ketenagakerjaan ini sangat kuat, dan itu menunjukkan bahwa tekanan upah tidak akan turun dalam waktu dekat,” tambah Moya. Harga emas dunia telah bergerak dari USD 1.700 ke USD 1.900. Namun harga emas diperkirakan akan berada dikisaran USD 1.870 per ons. Meski demikian, ada potensi harga emas mengalami penurunan ke USD 1.850 hingga USD 1.800. Harga Emas Dunia Anjlok Usai Pengumumkan Data Tenaga Kerja AS Sebelumnya, harga emas dunia turun pada perdagangan Jumat ke level terendah dalam lebih dari tiga minggu setelah data pekerjaan AS yang diliris lebih kuat dari perkiraan. Harga emas dunia turun karena data tenaga kerja yang melemah menimbulkan kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS atau The Fed akan dapat terus menaikkan suku bunga. Mengutip CNBC, Sabtu (4/2/2023), harga emas di pasar Spot turun 2,5 persen menjadi USD 1.864,79 per ons. Harga emas ini berada di jalur penurunan mingguan terbesar sejak awal Oktober. Sedangkan untuk harga emas berjangka AS turun 2,7 persen menjadi USD 1.878,10 per ons. Pekerjaan AS meningkat tajam pada Januari 2023, dengan adanya tambahan 517 ribu posisi. Angka tersebut naik hampir dua kali lipat dibanding dengan Desember 2022. “(Data) ini akan menambah dukungan pada argumen bahwa Fed mungkin harus tetap sedikit lebih agresif ke depannya,” kata analis senior OANDA, Edward Moya. Nilai tukar dolar S melonjak 0,9 persen, mencapai level tertinggi dalam tiga minggu di awal sesi perdagangan sehingga membuat harga emas menjadi taruhan yang kurang menarik. Sedangkan untuk imbal hasil surat utang negara 10 tahun juga naik. Di awal pekan ini, Bank Sentral AS menaikkan suku bunga seperempat poin persentase setelah pad tahun kemarin menaikkan dengan presentase yang lebih besar. Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell memperingatkan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut. Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, karena kenaikan bunga membuat peluang keuntungan memegang emas batangan melbih kecil dibanding dengan obligasi. Perdagangan Sebelumnya Harga logam mulia yang dijual di pasar global kembali susut. Harga emas hari ini turun hampir 2 persen dipicu  dolar yang melemah  dan beberapa investor mengunci keuntungan setelah emas mencapai posisi puncak selama sembilan bulan karena pernyataan dovish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Melansir laman CNBC, Jumat (3/2/2023), harga emas dunia di pasar turun 1,91 persen menjadi USD 1.9153,09 per ons, mencapai level tertinggi sejak April 2022 di awal sesi. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,77 persen menjadi USD 1.927,8.  Dukungan yang menjadi pijakan pasar emas tetap kuat. “Meski bila ada sedikit kemunduran di pasar dapat disebabkan oleh aksi ambil untung menjelang data pekerjaan bulanan AS besok,” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures. Bank sentral AS pada hari Rabu menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen, kenaikan

Prediksi Harga Emas Dunia, Siap-Siap Anjlok? Read More »

Pesta Bubar! Harga Emas Jatuh Hampir 2% Sehari

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas berbalik arah dengan sangat cepat. Setelah melambung pada Rabu pekan ini, sang logam mulia langsung tersungkur kemarin. Pada penutupan perdagangan Kamis (2/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.912,37 per troy ons. Harga sang logam ambruk 1,95%. Penurunan sebesar itu belum pernah tercatat setidaknya dalam kurun waktu enam bulan terakhir. Pelemahan kemarin juga seperti menghapus jejak gemilang emas pada hari sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (1/2/2023), emas melonjak 1,2% ke posisi US$ 1.950,42 per troy ons. Harga emas juga masih melandai pada pagi hari ini. Pada Jumat pagi (3/2/2023) pukul 06:20 WIB, harga emas dunia di pasar spot di posisi US$ 1.912,01 per troy ons. Emas melemah 0,02%. Analis dari High Ridge Futures, David Meger, menjelaskan emas ambruk karena pelaku pasar memilih profit taking menjelang pengumuman data pengangguran. Setelah mengambil banyak keuntungan kemarin, banyak trader menjual emas dan memilih menahan diri sambal menunggu data pengangguran yang keluar Jumat malam nanti. Data pengangguran merupakan salah satu indikator penting yang akan menjadi pertimbangan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga mendatang. Emas juga melandai karena dolar AS mulai bangkit. Indeks dolar menguat ke 101,75 kemarin, dari hari sebelumnya yang berkutat di 101,11. Penguatan dolar AS membuat emas semakin mahal dan tidak terjangkau buat investor. “Faktor penopang emas masih sangat kuat. Namun, pelaku pasar banyak yang melakukan profit taking menjelang pengumuman data pengangguran,” tutur Meger, dikutip dari Reuters. Seperti diketahui, emas melambung pada Rabu kemarin setelah The Fed memutuskan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps. Kenaikan tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar sehingga harga emas pun naik. Dolar AS juga melemah sehingga membuat emas semakin menarik.

Pesta Bubar! Harga Emas Jatuh Hampir 2% Sehari Read More »

Breaking News: The Fed Bikin Harga Emas Melesat 1% Lebih!

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas langsung terbang setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) hanya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps). Keputusan The Fed membuat dolar AS melandai sehingga emas pun terbang. Pada penutupan perdagangan Rabu (1/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.950,42 per troy ons. Harga sang logam melonjak 1,17%. Penguatan tersebut memperpanjang tren positif emas yang juga menguat pada hari sebelumnya. Dalam dua hari terakhir, harga emas sudah melonjak 1,45%. Penguatan emas masih berlanjut pada hari ini. Pada Kamis pagi (2/2/2023) pukul 06:30 WIB, harga emas dunia di pasar spot di posisi US$ 1.953,25 per troy ons. Emas menguat 0,15%. Penguatan emas tak bisa dilepaskan dari loyonya dolar AS. Indeks dolar AS melandai 0,9% ke posisi 101,22 kemarin. Level tersebut adalah yang terendah sejak April 2022. Melemahnya dolar AS akan membuat emas semakin murah dan terjangkau sehingga permintaan meningkat. “Keputusan The Fed jelas menjadi support yang luar biasa bagi emas. Pelaku pasar emas tengah menyiapkan posisi untuk kelanjutan kenaikan harga,” tutur Suki, dikutip dari Reuters. Analis Heraeus Precious Metals, Tai Wong, mengatakan keputusan The Fed akan membuat harga emas rally. “Hanya masalah waktu bagi emas untuk naik terus dan akan dibeli dalam jumlah besar,” tutur Tai Wong, dikutip dari Reuters. Seperti diketahui, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps ke kisaran 4,5% – 4,75%. Kenaikan ini lebih rendah dibandingkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya. Keputusan The Fed juga sejalan dengan ekspektasi pasar. Chairman The Fed Jerome Powell memang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Namun, dia mengatakan kenaikan suku bunga mendatang akan tergantung pada sejumlah faktor termasuk pengetatan kumulatif kebijakan moneter. The Fed juga mencatat meski inflasi sudah jauh melandai, tetapi masih cenderung tinggi, menunjukkan pembuat kebijakan semakin yakin bahwa tekanan harga telah mencapai puncaknya.

Breaking News: The Fed Bikin Harga Emas Melesat 1% Lebih! Read More »

Harga Emas Dunia Cetak Rekor Tertinggi 9 Bulan, Tembus USD 1.951 per Ons

Liputan6.com, Jakarta Harga emas dunia naik pada perdagangan Rabu. Kenaikan harga emas ini ditopang pernyataan dovish kepala Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang mengejutkan tentang perjuangan bank sentral untuk menurunkan inflasi membuat nilai tukar dolar tenggelam dan memberi isyarat kepada investor bahwa puncak suku bunga kemungkinan akan mendekat. Dikutip dari CNBC, Kamis (2/1/2023), harga emas dunia di pasar spot naik 1,2 persen menjadi USD 1.951,43 per ons, tertinggi sejak pertengahan April 2022. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,1 persen ke USD 1.942,80. The Fed menaikkan target suku bunga sebesar seperempat persentase poin pada hari Rabu, namun terus memberi sinyal akan kenaikan selanjutnya terkait biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempuran yang masih belum terselesaikan melawan inflasi. “Powell (Ketua Fed Jerome Powell) memberi kesempatan pasar untuk reli,” kata Tai Wong, seorang pedagang senior di Heraeus Precious Metals di New York. “Jika tujuannya adalah untuk kenaikan 25-bps, ini menjadi hal yang tidak memadai,” ungkap dia. Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil, dan sebaliknya. Di tempat lain, harga perak naik 1,3 persen menjadi USD 24,01 per ons. Sementara harga platinum merosot 0,4 persen menjadi USD 1.007,63 dan dan harga paladium naik 1,7 persen menjadi USD 1.676,72.  Harga Emas Naik, Menuju Kenaikan 3 Bulan Berturut-turut Sebelumnya, harga emas pada hari Selasa berada di jalur untuk kenaikan bulanan ketiga berturut-turut. Kenaikan ini dibantu oleh dolar AS yang lebih lemah secara keseluruhan dan ekspektasi seputar kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Federal Reserve AS. Dikutip dari CNBC, Rabu (1/2/2023), harga emas spot mendekati level tertinggi sesi, naik 0,23 persen menjadi USD 1.928,23 per ons pada pukul 16:30. ET. Emas telah naik 5,7 persen pada bulan Januari. Emas berjangka AS naik 0,2 persen menjadi USD 1.943,60. Dolar AS menuju kerugian bulanan keempat berturut-turut, membuat emas batangan lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya. “Kami memiliki begitu banyak risiko yang didorong oleh peristiwa sepanjang minggu ini dan investor harus memperhatikannya. Harga emas cenderung tidak stabil,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago. Keputusan kebijakan bank sentral AS akan dirilis pada hari Rabu, diikuti oleh konferensi pers dari Ketua Fed Jerome Powell. Pedagang memperkirakan kenaikan suku bunga Fed 25 basis poin ke kisaran 4,5-4,75 persen. Perkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya di 4,9 persen pada bulan Juni. Selain itu, Bank Sentral Eropa dan Bank of England diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada hari Kamis. Suku bunga yang lebih rendah cenderung bermanfaat untuk emas batangan, mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil. Prediksi Pengamat Sementara itu, analis dan pedagang telah menaikkan prediksi mereka untuk harga emas tetapi mengharapkan suku bunga tinggi untuk membatasi reli, jajak pendapat Reuters menunjukkan. “Mengingat bagaimana pasar mengharapkan FOMC, BoE dan ECB untuk bergerak, fokusnya kemungkinan besar pada apa yang mereka katakan daripada tindakan yang mereka ambil,” kata Lukman Otunuga, analis riset senior di FXTM, dalam sebuah catatan. Pasar juga menunggu laporan penggajian AS hari Jumat untuk bulan Januari, dengan melemahnya pasar tenaga kerja yang diterjemahkan menjadi penurunan inflasi.

Harga Emas Dunia Cetak Rekor Tertinggi 9 Bulan, Tembus USD 1.951 per Ons Read More »

Emas Bersinar Terang di Bawah Cahaya Natal

Di luar status emas sebagai aset safe-haven yang kembali dicari pada pekan lalu, sejarah menunjukkan harga emas memang selalu naik menjelang Natal. Bahkan, di saat dunia masih ditimpa kekhawatiran akibat Covid-19 pada 2021. Merujuk data Refinitiv, emas biasanya mulai naik pada pekan ketiga Desember. Sepanjang 2012-2021, rata-rata harga emas menguat 0,63% pada perdagangan pekan menjelang Hari Raya Natal. Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut,hanya tiga kali emas melandai pada periode menjelang Natal yakni 2013, 2016, dan pada tahun pertama Pandemi Covid-19 pada 2020. Pada tujuh tahun lainnya, harga emas bersinar terang. Emas bahkan mampu bersinar tajam pada 2012, 2018, dan 2019. Pada pekan menjelang Natal 2012, harga emas menguat 0,21% sementara pada 2013 ambruk 1,09%. Sebagai catatan, pada 2013, The Fed mengumumkan akan mengakhiri kebijakan quantitative easingnya dan memulai kebijakan moneter ketat. Emas kembali menguat pada perdagangan pekan menjelang Natal  2014 yakni sebesar 0,54% dan melesat 2,35 pada periode menjelang Natal 2015. Sempat melemah pada pekan perdagangan menjelang Natal 2016 yakni 0,44%. Emas terus menguat pada periode 2017-2019 sebelum turun pada 2020. Namun, penurunan emas pada akhir Desember hanya sementara karena emas justru melonjak menjelang awal Januari. Harga emas pada pekan terakhir Desember melonjak 1,1%. CEO Physical Gold Daniel Fisher menjelaskan kenaikan harga emas menjelang Hari Raya Natal terkait erat dengan tradisi pemberian kado Natal.Permintaan paling besar biasanya berupa koin emas. Permintaan akan koin emas terbesar datang dari Inggris. “Beberapa orang ingin mewariskan uang kepada anak-anak atau cucunya tetapi tidak ingin uangnya kehilangan nilai. Mereka kemudian memilih emas sebagai hadiah,” tutur Fisher, dilansir dari qz.com.

Emas Bersinar Terang di Bawah Cahaya Natal Read More »

Scroll to Top