news feed

Breaking News: The Fed Bikin Harga Emas Melesat 1% Lebih!

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas langsung terbang setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) hanya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps). Keputusan The Fed membuat dolar AS melandai sehingga emas pun terbang.

Pada penutupan perdagangan Rabu (1/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.950,42 per troy ons. Harga sang logam melonjak 1,17%.

Penguatan tersebut memperpanjang tren positif emas yang juga menguat pada hari sebelumnya. Dalam dua hari terakhir, harga emas sudah melonjak 1,45%.

Penguatan emas masih berlanjut pada hari ini. Pada Kamis pagi (2/2/2023) pukul 06:30 WIB, harga emas dunia di pasar spot di posisi US$ 1.953,25 per troy ons. Emas menguat 0,15%.

Penguatan emas tak bisa dilepaskan dari loyonya dolar AS. Indeks dolar AS melandai 0,9% ke posisi 101,22 kemarin. Level tersebut adalah yang terendah sejak April 2022.

Melemahnya dolar AS akan membuat emas semakin murah dan terjangkau sehingga permintaan meningkat.

“Keputusan The Fed jelas menjadi support yang luar biasa bagi emas. Pelaku pasar emas tengah menyiapkan posisi untuk kelanjutan kenaikan harga,” tutur Suki, dikutip dari Reuters.

Analis Heraeus Precious Metals, Tai Wong, mengatakan keputusan The Fed akan membuat harga emas rally.

“Hanya masalah waktu bagi emas untuk naik terus dan akan dibeli dalam jumlah besar,” tutur Tai Wong, dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps ke kisaran 4,5% – 4,75%. Kenaikan ini lebih rendah dibandingkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya.

Keputusan The Fed juga sejalan dengan ekspektasi pasar. Chairman The Fed Jerome Powell memang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Namun, dia mengatakan kenaikan suku bunga mendatang akan tergantung pada sejumlah faktor termasuk pengetatan kumulatif kebijakan moneter.

The Fed juga mencatat meski inflasi sudah jauh melandai, tetapi masih cenderung tinggi, menunjukkan pembuat kebijakan semakin yakin bahwa tekanan harga telah mencapai puncaknya.

Breaking News: The Fed Bikin Harga Emas Melesat 1% Lebih! Read More »

news feed

Harga Emas Dunia Cetak Rekor Tertinggi 9 Bulan, Tembus USD 1.951 per Ons

Liputan6.com, Jakarta Harga emas dunia naik pada perdagangan Rabu. Kenaikan harga emas ini ditopang pernyataan dovish kepala Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang mengejutkan tentang perjuangan bank sentral untuk menurunkan inflasi membuat nilai tukar dolar tenggelam dan memberi isyarat kepada investor bahwa puncak suku bunga kemungkinan akan mendekat.

Dikutip dari CNBC, Kamis (2/1/2023), harga emas dunia di pasar spot naik 1,2 persen menjadi USD 1.951,43 per ons, tertinggi sejak pertengahan April 2022.

Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,1 persen ke USD 1.942,80.

The Fed menaikkan target suku bunga sebesar seperempat persentase poin pada hari Rabu, namun terus memberi sinyal akan kenaikan selanjutnya terkait biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempuran yang masih belum terselesaikan melawan inflasi.

“Powell (Ketua Fed Jerome Powell) memberi kesempatan pasar untuk reli,” kata Tai Wong, seorang pedagang senior di Heraeus Precious Metals di New York.

“Jika tujuannya adalah untuk kenaikan 25-bps, ini menjadi hal yang tidak memadai,” ungkap dia.

Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil, dan sebaliknya.

Di tempat lain, harga perak naik 1,3 persen menjadi USD 24,01 per ons. Sementara harga platinum merosot 0,4 persen menjadi USD 1.007,63 dan dan harga paladium naik 1,7 persen menjadi USD 1.676,72. 

Harga Emas Naik, Menuju Kenaikan 3 Bulan Berturut-turut

Sebelumnya, harga emas pada hari Selasa berada di jalur untuk kenaikan bulanan ketiga berturut-turut. Kenaikan ini dibantu oleh dolar AS yang lebih lemah secara keseluruhan dan ekspektasi seputar kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Federal Reserve AS.

Dikutip dari CNBC, Rabu (1/2/2023), harga emas spot mendekati level tertinggi sesi, naik 0,23 persen menjadi USD 1.928,23 per ons pada pukul 16:30. ET. Emas telah naik 5,7 persen pada bulan Januari. Emas berjangka AS naik 0,2 persen menjadi USD 1.943,60.

Dolar AS menuju kerugian bulanan keempat berturut-turut, membuat emas batangan lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

“Kami memiliki begitu banyak risiko yang didorong oleh peristiwa sepanjang minggu ini dan investor harus memperhatikannya. Harga emas cenderung tidak stabil,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.

Keputusan kebijakan bank sentral AS akan dirilis pada hari Rabu, diikuti oleh konferensi pers dari Ketua Fed Jerome Powell. Pedagang memperkirakan kenaikan suku bunga Fed 25 basis poin ke kisaran 4,5-4,75 persen. Perkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya di 4,9 persen pada bulan Juni.

Selain itu, Bank Sentral Eropa dan Bank of England diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada hari Kamis.

Suku bunga yang lebih rendah cenderung bermanfaat untuk emas batangan, mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.


Prediksi Pengamat

Sementara itu, analis dan pedagang telah menaikkan prediksi mereka untuk harga emas tetapi mengharapkan suku bunga tinggi untuk membatasi reli, jajak pendapat Reuters menunjukkan.

“Mengingat bagaimana pasar mengharapkan FOMC, BoE dan ECB untuk bergerak, fokusnya kemungkinan besar pada apa yang mereka katakan daripada tindakan yang mereka ambil,” kata Lukman Otunuga, analis riset senior di FXTM, dalam sebuah catatan.

Pasar juga menunggu laporan penggajian AS hari Jumat untuk bulan Januari, dengan melemahnya pasar tenaga kerja yang diterjemahkan menjadi penurunan inflasi.

Harga Emas Dunia Cetak Rekor Tertinggi 9 Bulan, Tembus USD 1.951 per Ons Read More »

news feed

Harga Emas Dunia Naik Tajam Didorong Ekspektasi Pelambatan Kenaikan Suku Bunga The Fed

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas dunia naik tajam mendekati level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (13/01/2023), memperpanjang kenaikan untuk sesi perdagangan tiga hari berturut-turut didorong ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat oleh Federal Reserve.

Mengutip Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak 22,90 dolar AS atau 1,21 persen menjadi ditutup pada 1.921,70 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan mencapai puncak sesi di 1.925,30 dolar AS dan terendah1.895,10 dolar AS.

Emas berjangka ditutup di atas 1.900 dolar AS pada Jumat (13/1/2023) untuk pertama kalinya sejak akhir April 2022, dan mengakhiri pekan ini dengan 2,8 persen lebih tinggi.

Secara historis emas berjangka naik 19,90 dolar AS atau 1,06 persen menjadi 1.898,80 dolar AS pada Kamis (12/1/2023), setelah terkerek 2,40 dolar AS atau 0,13 persen menjadi 1.878,90 dolar AS pada Rabu (11/1/2023), dan turun 1,30 dolar AS atau 0,07 persen menjadi 1.876,50 dolar AS pada Selasa (10/1/2023).

Data indeks harga konsumen Desember yang dirilis Kamis (12/1/2023) mengkonfirmasi bahwa inflasi AS berada di jalur menurun. Tetapi karena masih jauh untuk mencapai target inflasi Federal Reserve sebesar 2,0 persen, pasar memperkirakan bank sentral AS akan terus menaikkan suku bunga acuan, tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat, kemungkinan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada 1 Februari.

Emas telah menguat selama tiga bulan terakhir karena inflasi yang surut mendorong imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar lebih rendah di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan jauh lebih tidak agresif dengan kenaikan suku bunga tahun ini dibandingkan tahun 2022, dan bahkan mungkin menyelesaikan pengetatan moneter jauh sebelum akhir tahun ini.

“Harga emas naik karena Wall Street semakin yakin bahwa Fed hampir selesai menaikkan suku bunga,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA.

“Emas tanpa bunga menyukai penurunan imbal hasil obligasi dan itu dapat berlanjut ketika pendapatan datang lebih lemah dari perkiraan” kata dia melanjutkan.

Moya mengatakan, jika emas dapat “ditutup dengan nyaman di atas level 1.900 dolar AS, itu bisa menjadi sinyal yang sangat bullish untuk sisa bulan ini” kemudian dia memperkirakan “resistensi kuat di wilayah 1.950 dolar AS” untuk logam kuning.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (13/1/2023) bahwa indeks harga impor AS naik 0,4 persen pada Desember setelah turun sebesar 0,7 persen yang direvisi pada November, mengejutkan para ekonom yang memperkirakan penurunan 0,8 persen.

Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan yang dirilis Jumat (13/1/2023) naik menjadi 64,6 dalam survei awal Januari, pembacaan tertinggi sejak Januari 2022 dan naik 8,2 persen dari pembacaan Desember 59,7.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 36,8 sen atau 1,53 persen, menjadi menetap pada 24,372 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April tergelincir 11,8 dolar AS atau 1,09 persen, menjadi ditutup pada 1.072,50 dolar AS per ounce.

Harga Emas Dunia Naik Tajam Didorong Ekspektasi Pelambatan Kenaikan Suku Bunga The Fed Read More »

news feed

Pergerakan Harga Emas Hari Ini ke US$1.900, Angin Segar Inflasi AS

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas acuan global berpotensi terus melanjutkan penguatan pada hari ini tersengat sentimen data inflasi AS.

Tim analis Monex Investindo Futures memaparkan sentimen melemahnya dolar AS usai perilisan data indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) AS yang hasilnya lebih rendah dari estimasi meningkatkan keyakinan pasar untuk kenaikan suku bunga yang lebih rendah dari Federal Reserve AS di masa depan. Kondisi ini berpeluang menopang harga emas.

“Pada perdagangan hari ini harga emas berpeluang dibeli untuk menguji level resistance US$1.904 per troy ounce selama harga bertahan di atas level support US$1.894 per troy ounce,” tulis Monex dalam riset, Kamis (13/1/2023).

Kendati demikian, penurunan lebih rendah dari level support tersebut berpeluang memicu aksi jual terhadap harga emas menguji level support selanjutnya US$1.890 per troy ounce.

Mengutip Bloomberg, tingkat inflasi AS yang paling lambat dalam 14 bulan menopang harga komoditas, yang telah menguat minggu ini didukung oleh meningkatnya kepercayaan pada pemulihan China. Harga minyak mentah misalnya menuju kenaikan mingguan sekitar 6 persen.

Permintaan konsumen AS yang tangguh, terutama untuk jasa, dikombinasikan dengan pasar tenaga kerja yang ketat merupakan ancaman signifikan terhadap inflasi. Tetapi angka CPI secara keseluruhan menunjukkan hal-hal yang tampaknya berjalan ke arah yang benar, membuka jalan bagi The Fed untuk menurunkan kenaikan seperempat poin pada pertemuan berikutnya.

Beberapa pejabat AS telah mengisyaratkan keterbukaan untuk menaikkan suku bunga 25 basis poin tepat pada pertemuan mereka berikutnya. Di bagian lain, para pejabat The Fed juga menekankan bahwa Bank Sentral masih memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjinakkan inflasi, dan tidak mengantisipasi penurunan suku bunga tahun ini.

Kepala Manajer Portofolio Winthrop Capital Management Adam Coons menilai terlepas dari sinyal penurunan, The Fed mungkin terus mendorong suku bunga agresif, untuk mengarah ke target inflasi yang melampaui 2 persen.

Pergerakan Harga Emas Hari Ini ke US$1.900, Angin Segar Inflasi AS Read More »

news feed

Harga Emas Bisa Tembus Rp 1,6 Juta/Gram Tahun Depan, Saatnya Borong?

Jakarta – Bank investasi asal Denmark, Saxo Bank, menerbitkan laporan soal prediksi ekonomi 2023. Salah satu yang diprediksi adalah meroketnya harga emas ke level yang sangat tinggi tahun depan.
Dilansir CNBC, Senin (26/12/2022), Saxo Bank juga memprediksi ekonomi global beralih ke mode perang tahun depan. Menekankan berbagai negara mencari keuntungan ekonominya sendiri dan mengutamakan kemandirian produksi dalam negeri daripada perdagangan global.

Berikut Prediksi Ekonomi 2023:

1. Emas Meroket 67%
Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank Ole Hansen memperkirakan harga emas bisa melebihi US$ 3.000 atau sekitar Rp 46,5 juta (kurs Rp 15.500) per ounce pada 2023.

Dalam hitungan gram, 1 ounce setara 28,35 gram. Artinya, per gramnya emas akan berada di harga Rp 1,6 juta. Jumlah tersebut 67% lebih tinggi dari harga saat ini sekitar US$ 1.797 per ons atau sekitar Rp 982 ribu per gram.

Saxo Bank memperkirakan lonjakan terjadi karena tiga faktor, pertama mentalitas ekonomi perang yang meningkat yang membuat emas lebih menarik daripada cadangan devisa. Kedua, investasi besar dalam prioritas keamanan nasional baru. Ketiga, peningkatan likuiditas global karena pembuat kebijakan mencoba menghindari bencana utang di masing-masing negara.

“Saya tidak akan terkejut melihat ekonomi yang digerakkan oleh komoditas ingin beralih ke emas karena kurangnya alternatif yang lebih baik. Jelas sekali harga emas akan terbang,” kata Steen Jakobsen, kepala investasi di Saxo.


2. Inggris Mau Kembali ke Uni Eropa
Inggris diprediksi akan pikir-pikir untuk kembali masuk ke Uni Eropa. Saxo Bank mengatakan ada kemungkinan Inggris melakukan referendum untuk menghentikan Brexit.

“Saya benar-benar berpikir itu adalah salah satu hal yang kemungkinan besar akan terjadi,” kata Jakobsen.

Ahli Strategi Pasar Saxo Jessica Amir mengatakan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Menteri Keuangannya Jeremy Hunt dapat mengambil peringkat Partai Konservatif ke level terendah yang belum pernah terdengar karena program fiskal brutal mereka melemparkan Inggris ke dalam resesi.

Hal tersebut lah yang diperkirakan dapat mendorong publik Inggris untuk memikirkan kembali pemungutan suara Brexit, dengan pemilih yang lebih muda memimpin, dan memaksa Rishi Sunak untuk mengadakan pemilihan umum.

Amir mengatakan partai oposisi di Inggris, Partai Buruh kemudian dapat memenangkan pemilihan dan menjanjikan referendum untuk membatalkan Brexit pada 1 November, dengan kemenangan suara bergabung kembali dengan Uni Eropa.

Apalagi, bila berdasarkan survei yang dilakukan oleh YouGov pada November menunjukkan 59% dari 6.174 orang yang disurvei berpendapat bahwa Brexit disebut berjalan dengan sangat buruk sejak akhir tahun 2020, sementara hanya 2% yang mengatakan telah berjalan sangat baik.


3. Produksi Daging Dilarang
Daging bertanggung jawab atas 57% emisi dari produksi makanan, menurut penelitian yang diterbitkan oleh Nature Food. Dengan negara-negara di seluruh dunia telah membuat komitmen net-zero, Saxo mengatakan ada kemungkinan setidaknya satu negara dapat menghentikan produksi daging sepenuhnya.

Ahli Strategi Pasar Saxo, Charu Chanana mengatakan akan ada negara yang ingin mengungguli negara lain dalam kredensial iklimnya dapat memutuskan untuk mengenakan pajak daging yang berat mulai tahun 2025 dan dapat melarang semua daging bersumber hewan hidup yang diproduksi di dalam negeri sepenuhnya pada tahun 2030.

Inggris, negara-negara di Uni Eropa, Jepang, dan Kanada termasuk di antara negara-negara dengan ikrar net-zero yang mengikat secara hukum.

Harga Emas Bisa Tembus Rp 1,6 Juta/Gram Tahun Depan, Saatnya Borong? Read More »

news feed

Harga Emas Hari Ini, Selasa 20 Desember 2022, Tertekan Hawkish Bank Sentral

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas hari ini, Selasa (20/12/2022) diprediksi cenderung tertekan risiko kenaikan suku bunga oleh sejumlah bank sentral, termasuk Federal Reserve atau The Fed.

Monex Investindo Futures dalam laporannya menyebutkan, sinyal hawkish dari para bank sentral utama dan meningkatnya risiko resesi berpeluang membebani harga emas.

“Harga emas berakhir turun US$5,49 di level US$1.787,50 pada hari Senin di tengah pasar yang mencerna sinyal hawkish dari para bank sentral utama dan meningkatnya risiko resesi,” jelas Monex.

Peluang trading pagi ini, harga emas berpeluang dijual untuk menguji level support US$1.780 selama harga tertahan di bawah level resistance US$1.790.

Namun, kenaikan lebih tinggi dari level resistance tersebut berpeluang memicu aksi beli terhadap harga emas menguji level resistance selanjutnya US$1.794. Rentang perdagangan potensial di sesi Asia US$1.780 – US$1.794.

Dolar AS sedikit menguat pada perdagangan Senin (19/12/2022) karena pelaku pasar menilai kemungkinan resesi global di tengah pengetatan kebijakan bank sentral. Mengutip Antara, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,03 persen menjadi 104,7320.

Pasar mencerna sinyal bank-bank sentral yang hawkish dan meningkatnya risiko resesi, terutama karena bank sentral utama termasuk Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa mengisyaratkan bahwa suku bunga akan naik lebih jauh tahun depan.

Sementara prospek kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Fed menguntungkan harga emas dalam beberapa pekan terakhir, masih diperdagangkan turun sekitar satu persen untuk tahun ini.

Harga emas juga jauh di bawah puncak yang dicapai selama awal invasi Rusia ke Ukraina, setelah melepaskan sebagian besar status safe haven-nya terhadap dolar AS.

Dari dalam negeri, harga emas yang dijual di Pegadaian hari ini, Selasa (20/12/2022), terpantau turun dibandingkan dengan harga kemarin untuk cetakan Antam. Namun cetakan UBS terpantau naik.

Berdasarkan informasi dari laman resmi Pegadaian, harga emas 24 karat Antam ukuran terkecil yakni 0,5 gram dijual seharga Rp573.000, harga ini turun Rp1.000 dibandingkan dengan harga Senin (19/12/2022).

Sementara itu, emas 24 karat UBS dengan ukuran yang sama hari ini masih dibanderol di harga Rp534.000, naik Rp1.000 daripada harga kemarin. Emas Antam 24 karat ukuran 1 gram hari ini dibanderol di Rp1.042.000, sementara emas 24 karat UBS dijual Pegadaian seharga Rp1.001.000.

Harga Emas Hari Ini, Selasa 20 Desember 2022, Tertekan Hawkish Bank Sentral Read More »

news feed

Emas Bersinar Terang di Bawah Cahaya Natal

Di luar status emas sebagai aset safe-haven yang kembali dicari pada pekan lalu, sejarah menunjukkan harga emas memang selalu naik menjelang Natal. Bahkan, di saat dunia masih ditimpa kekhawatiran akibat Covid-19 pada 2021.

Merujuk data Refinitiv, emas biasanya mulai naik pada pekan ketiga Desember. Sepanjang 2012-2021, rata-rata harga emas menguat 0,63% pada perdagangan pekan menjelang Hari Raya Natal.

Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut,hanya tiga kali emas melandai pada periode menjelang Natal yakni 2013, 2016, dan pada tahun pertama Pandemi Covid-19 pada 2020.

Pada tujuh tahun lainnya, harga emas bersinar terang. Emas bahkan mampu bersinar tajam pada 2012, 2018, dan 2019.

Pada pekan menjelang Natal 2012, harga emas menguat 0,21% sementara pada 2013 ambruk 1,09%. Sebagai catatan, pada 2013, The Fed mengumumkan akan mengakhiri kebijakan quantitative easingnya dan memulai kebijakan moneter ketat.

Emas kembali menguat pada perdagangan pekan menjelang Natal  2014 yakni sebesar 0,54% dan melesat 2,35 pada periode menjelang Natal 2015.

Sempat melemah pada pekan perdagangan menjelang Natal 2016 yakni 0,44%. Emas terus menguat pada periode 2017-2019 sebelum turun pada 2020. Namun, penurunan emas pada akhir Desember hanya sementara karena emas justru melonjak menjelang awal Januari. Harga emas pada pekan terakhir Desember melonjak 1,1%.

CEO Physical Gold Daniel Fisher menjelaskan kenaikan harga emas menjelang Hari Raya Natal terkait erat dengan tradisi pemberian kado Natal.
Permintaan paling besar biasanya berupa koin emas. Permintaan akan koin emas terbesar datang dari Inggris.

“Beberapa orang ingin mewariskan uang kepada anak-anak atau cucunya tetapi tidak ingin uangnya kehilangan nilai. Mereka kemudian memilih emas sebagai hadiah,” tutur Fisher, dilansir dari qz.com.

Emas Bersinar Terang di Bawah Cahaya Natal Read More »

news feed

Sejarah Membuktikan Harga Emas Naik Jelang Natal, Beli Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas sempat anjlok pada pekan lalu tetapi mulai bangkit kembali. Kenaikan harga emas menjelang Hari raya Natal dan Tahun Baru didukung data historisnya. Dalam 10 tahun terakhir, harga emas hampir selalu menguat menjelang libur  Hari Raya Natal.

Pada perdagangan Senin (19/12/2022) pukul 06: 12 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.793,08 per troy ons. Harga emas menguat 0,04%.

Penguatan hari ini memperpanjang catatan positif emas yang juga menguat pada Jumat pekan lalu. Penguatan tersebut juga memupus kinerja buruk emas yang sempat ambruk 1,9% pada dua hari perdagangan yakni Rabu dan Kamis (14-15/12/2022).

Emas ambruk setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menegaskan jika mereka akan melanjutkan kebijakan hawkishnya pada tahun depan.

Harga emas masih menguat 0,67% secara point to point dalam sepekan. Harga emas juga naik 2,5% dalam sebulan sementara dalam setahun menguat tipis 0,21%.

Analis dari Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan emas mulai menguat lagi karena sang logam mulia kini menjadi aset aman yang minim risiko dibandingkan aset lain seperti saham.

“Permintaan emas kini sedikit naik karena emas menjadi aset safe-haven di tengah banyaknya aksi jual besar-besaran di pasar saham. Pelaku pasar menjual saham setelah bank sentral AS melanjutkan kebijakan hawkishnya,” tutur Wyckoff, dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, indeks S&P 500 merosot 2% dalam sepekan pada pekan lalu. Sepanjang Desember, S&P 500 jeblok 5,6%. Indeks Dow Jones dan Nasdaq juga turun 1,7% dan 2,7% dalam sepekan pada pekan lalu.

Sejarah Membuktikan Harga Emas Naik Jelang Natal, Beli Nih? Read More »

news feed

Harga Emas Hari Ini ketika Indeks Dolar AS sedang dalam Tekanan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas hari ini terangkat pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB, didorong oleh dolar AS yang lebih lemah setelah munculnya kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan Federal Reserve dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Mengutip dari Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange menguat 0,88 persen menjadi US$1.798,00 per ounce.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, melemah 0,45 persen menjadi 105,1000 pada Rabu (7/12), setelah beberapa eksekutif bank terbesar AS mengatakan bahwa mereka bersiap untuk ekonomi AS yang memburuk tahun depan.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Rabu bahwa produktivitas tenaga kerja sektor bisnis non-pertanian AS meningkat 0,8 persen pada kuartal ketiga 2022, daripada perkiraan awal 0,3 persen. Data yang lebih baik dari perkiraan membatasi kenaikan emas.

Investor juga menunggu pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve minggu depan. Beberapa investor telah mengantisipasi Fed akan segera memperlambat laju pengetatan suku bunga, tetapi data ketenagakerjaan, industri jasa dan pabrik AS yang lebih kuat baru-baru ini telah menambah ketidakpastian investor atas prospek kebijakan Fed.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi ketika bertemu minggu depan.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 58,7 sen atau 2,63 persen, menjadi ditutup pada 22,922 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari terangkat 16,10 dolar AS atau 1,62 persen, menjadi ditutup pada 1.011,50 dolar AS per ounce.

Harga Emas Hari Ini ketika Indeks Dolar AS sedang dalam Tekanan Read More »

news feed

Ada Santa Claus Rally Harga Emas Bisa Bullish?

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dalam sebulan terakhir terpantau mulai nyaman di zona hijau. Analis memproyeksikan harga emas akan berada pada tren bullish sepanjang Desember tahun ini, terimbas Santa Claus Rally.

Mengutip data Bloomberg per Rabu (7/12/2022), harga emas Comex terpantau naik 1,60 poin atau 0,09 persen ke US$1.784 per ons.

Adapun, harga emas Spot naik 1,31 poin atau 0,07 persen ke US$1.772 per ons. Analis Monex Investindo Futures (MIFX) Anthony Kevin menyebutkan positifnya kinerja pasar saham AS memiliki dampak terhadap kinerja emas selaku instrumen safe haven.

Pada umumnya, pasar saham AS dan emas akan memiliki korelasi negatif. Ketika pasar saham AS sedang bullish, maka harga emas akan turun karena pelaku pasar akan melikuidasi posisinya di instrumen safe haven seperti emas dan mengalihkannya ke instrumen yang lebih berisiko seperti saham.

Sebaliknya, ketika pasar saham AS sedang bearish, maka harga emas akan naik karena pelaku pasar akan melikuidasi posisinya di instrumen yang lebih berisiko seperti saham dan mengalihkannya ke instrumen safe haven seperti emas.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir dari 2017-2021, justru muncul fenomena yang baru. Terlepas dari kinerja pasar saham AS yang masih baik pada bulan Desember, harga emas justru bisa mencatatkan kinerja yang tidak kalah cemerlang.

“Menurut kami, penyebabnya adalah dalam beberapa tahun terakhir perekonomian dunia dihadapkan pada risiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya,” paparnya dalam riset, dikutip Rabu (7/12/2022).

Alhasil, wajar jika dalam beberapa tahun terakhir pelaku pasar tidak mau terlalu banyak masuk ke pasar saham pada Desember, walaupun secara historis, Desember merupakan bulan yang seksi untuk bertindak lebih agresif yang menyebabkan Santa Claus Rally, atau reli pada Desember karena optimisme pelaku pasar yang meningkat menjelang tahun yang baru.

“Pasalnya, saat ini banyak sentimen negatif yang menghantui benak mereka, sehingga bisa dimengerti kalau mereka sedikit bermain aman dengan tetap mengincar instrumen safe haven seperti emas,” jelasnya.

Pada akhir tahun ini, ada sentimen yang berpotensi agak menahan kinerja indeks saham AS, yakni pertemuan para pejabat The Federal Reserve selaku bank sentral AS pada 13-14 Desember 2022 waktu setempat.

Sebagai catatan, Pada awal November 2022 The Fed mengesahkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) yang menandai kenaikan sebesar 75 bps selama empat bulan beruntun. Kini, Federal Funds Rate berada di rentang 3,75-4,00 persen yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2008.

Hal ini dilakukan The Fed di tengah banyaknya tekanan dari pelaku pasar yang mendesak Jerome Powell untuk berhenti menaikkan tingkat suku bunga acuan yang berpotensi menghadirkan gelombang resesi.

Di sepanjang tahun 2022, terlihat pertumbuhan ekonomi AS sudah sangat melambat jika dibandingkan dengan tahun 2021 sehingga wajar jika banyak yang memproyeksikan AS akan segera kembali ke jurang resesi, tepatnya pada 2023.

“Kalau ternyata The Fed masih kekeh tancap gas dalam hal normalisasi tingkat suku bunga acuan, harga emas berpotensi ikut terkerek naik pada Desember tahun ini, mengulangi torehan positif dari bulan Desember tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya.

Ada Santa Claus Rally Harga Emas Bisa Bullish? Read More »

news feed

Dolar AS Kompak Bikin Rontok Mata Uang Asia, Rupiah Ditekuk ke Rp 15.650

Jakarta – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini masih menguat terhadap rupiah. Mata uang Paman Sam naik 2 poin (0,01%) ke level Rp 15.650.
Dikutip dari data RTI, Senin (21/11/2022), pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada di level tertingginya pada Rp 15.667 dan terendahnya Rp 15.631.

Dolar AS juga menguat terhadap mata uang Asia lain, seperti yuan China, yen Jepang, dan dolar Singapura. Penguatan tertinggi dolar AS terjadi pada yuan China sebesar 0,035 poin (0,48%) ke level 7,1/

Sedangkan pergerakan mata uang Paman Sam terhadap yen Jepang bertambah 0,07 poin (0,05%) ke level 140. Selanjutnya, pergerakan dolar AS terhadap dolar Singapura naik 0,0046 poin (0,33%) ke level 1,3.

BI Naikkan Bunga Acuan
Sebagai informasi, BI menaikkan bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25%. Lalu suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 4,5% dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi.

“Kemudian untuk memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat,” ujar Perry dalam konferensi pers, Kamis (17/11/2022).

Dolar AS Kompak Bikin Rontok Mata Uang Asia, Rupiah Ditekuk ke Rp 15.650 Read More »

news feed
Scroll to Top