Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dalam sebulan terakhir terpantau mulai nyaman di zona hijau. Analis memproyeksikan harga emas akan berada pada tren bullish sepanjang Desember tahun ini, terimbas Santa Claus Rally.
Mengutip data Bloomberg per Rabu (7/12/2022), harga emas Comex terpantau naik 1,60 poin atau 0,09 persen ke US$1.784 per ons.
Adapun, harga emas Spot naik 1,31 poin atau 0,07 persen ke US$1.772 per ons. Analis Monex Investindo Futures (MIFX) Anthony Kevin menyebutkan positifnya kinerja pasar saham AS memiliki dampak terhadap kinerja emas selaku instrumen safe haven.
Pada umumnya, pasar saham AS dan emas akan memiliki korelasi negatif. Ketika pasar saham AS sedang bullish, maka harga emas akan turun karena pelaku pasar akan melikuidasi posisinya di instrumen safe haven seperti emas dan mengalihkannya ke instrumen yang lebih berisiko seperti saham.
Sebaliknya, ketika pasar saham AS sedang bearish, maka harga emas akan naik karena pelaku pasar akan melikuidasi posisinya di instrumen yang lebih berisiko seperti saham dan mengalihkannya ke instrumen safe haven seperti emas.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir dari 2017-2021, justru muncul fenomena yang baru. Terlepas dari kinerja pasar saham AS yang masih baik pada bulan Desember, harga emas justru bisa mencatatkan kinerja yang tidak kalah cemerlang.
“Menurut kami, penyebabnya adalah dalam beberapa tahun terakhir perekonomian dunia dihadapkan pada risiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya,” paparnya dalam riset, dikutip Rabu (7/12/2022).
Alhasil, wajar jika dalam beberapa tahun terakhir pelaku pasar tidak mau terlalu banyak masuk ke pasar saham pada Desember, walaupun secara historis, Desember merupakan bulan yang seksi untuk bertindak lebih agresif yang menyebabkan Santa Claus Rally, atau reli pada Desember karena optimisme pelaku pasar yang meningkat menjelang tahun yang baru.
“Pasalnya, saat ini banyak sentimen negatif yang menghantui benak mereka, sehingga bisa dimengerti kalau mereka sedikit bermain aman dengan tetap mengincar instrumen safe haven seperti emas,” jelasnya.
Pada akhir tahun ini, ada sentimen yang berpotensi agak menahan kinerja indeks saham AS, yakni pertemuan para pejabat The Federal Reserve selaku bank sentral AS pada 13-14 Desember 2022 waktu setempat.
Sebagai catatan, Pada awal November 2022 The Fed mengesahkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) yang menandai kenaikan sebesar 75 bps selama empat bulan beruntun. Kini, Federal Funds Rate berada di rentang 3,75-4,00 persen yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2008.
Hal ini dilakukan The Fed di tengah banyaknya tekanan dari pelaku pasar yang mendesak Jerome Powell untuk berhenti menaikkan tingkat suku bunga acuan yang berpotensi menghadirkan gelombang resesi.
Di sepanjang tahun 2022, terlihat pertumbuhan ekonomi AS sudah sangat melambat jika dibandingkan dengan tahun 2021 sehingga wajar jika banyak yang memproyeksikan AS akan segera kembali ke jurang resesi, tepatnya pada 2023.
“Kalau ternyata The Fed masih kekeh tancap gas dalam hal normalisasi tingkat suku bunga acuan, harga emas berpotensi ikut terkerek naik pada Desember tahun ini, mengulangi torehan positif dari bulan Desember tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya.