Liputan6.com, Jakarta Harga emas menguat pada hari Rabu (Kamis waktu Jakarta). Kenaikan harga emas dunia didukung oleh berlanjutnya konflik di Timur Tengah antara Israel dan Hamas Palestina. Sementara investor menantikan data ekonomi utama AS untuk isyarat lebih lanjut mengenai jalur kebijakan Federal Reserve.
Dikutip dari CNBC, Kamis (26/10/2023), harga emas naik 0,5% ke level USD 1.979,79 per ounce, setelah menurun dalam dua sesi sebelumnya dan diperdagangkan di bawah level tertinggi lima bulan yang dicapai minggu lalu. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,3% menjadi USD 1.991,90.
Kekhawatiran geopolitik tidak akan hilang dalam jangka pendek, yang akan terus mendukung emas, kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Militer Israel mengintensifkan pemboman di Gaza selatan semalam, di tengah seruan internasional untuk menghentikan pertempuran.
Semantara itu, faktor yang membatasi kenaikan emas batangan, indeks dolar dan benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik tipis.
Perhatian investor beralih ke angka PDB kuartal ketiga AS yang dirilis pada hari Kamis dan indeks harga PCE AS pada hari Jumat yang dapat berdampak pada prospek suku bunga Federal Reserve.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Pasar secara luas mengharapkan The Fed untuk mempertahankan suku bunganya pada pertemuan kebijakan bulan depan, menurut alat CME FedWatch.
Jika data menunjukkan perlambatan, hal ini akan memberikan lebih banyak alasan bagi The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga, yang seharusnya sangat mendukung harga emas dan melihat harga kembali di atas USD 2.000, tambah Haberkorn.