Di Luar Dugaan, Harga Emas Malah Terjun Setelah Dibantu AS

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas malah melemah setelah inflasi Amerika Serikat (AS) melandai. Emas juga melemah meskipun bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) diproyeksi segera mengakhiri kenaikan suku bunga.

Pada perdagangan Selasa (13/6/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.943,33 per troy ons. Harganya melandai 0,69%. Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif emas yang juga melemah sejak Jumat pekan lalu. Harga emas sudah ambruk 1,24% dalam tiga hari terakhir.

Harga emas masih melemah pada hari ini. Pada perdagangan Rabu (14/6/2023) pukul 07: 00 WIB, harga emas berada di US$ 1.943,03. Harganya melemah 0,02%.

Harga emas tetap melandai meskipun inflasi AS turun tajam. Hal ini berbanding terbalik dengan proyeksi banyak orang sebelumnya yang memperkirakan emas akan melaju kencang saat inflasi AS melandai.

Inflasi menjadi salah satu pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga. Dengan inflasi yang melandai maka The Fed diharapkan segera mengakhiri kenaikan suku bunga. 

Inflasi AS tercatat 4,0 % (year on year/yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.
Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).

Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.
Sementara itu, inflasi inti-di luar kelompok volatile- tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.

Inflasi yang turun tajam ini tak pelak langsung meningkatkan ekspektasi pasar mengenai segera melunaknya The Fed. 
The Fed tengah menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini dan akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada hari ini atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 500 bps dalam 10 pertemuan beruntun sejak Maret tahun lalu menjadi 5-5,25%.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 91,9% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% – 5,25%.
Artinya, market sudah hampir yakin sepenuhnya mengenai melunaknya The Fed. Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 76%.

Ekspektasi melunaknya The Fed biasanya berdampak positif ke emas. Sebaliknya, hal itu akan berdampak negatif ke dolar AS dan yield atau imbal hasil surat utang pemerintah AS. Namun, hal ini tidak terjadi kemarin.

Indeks dolar hanya melemah tipis kemarin menjadi 103,3 kemarin dari hari sebelumnya 103,7. Sebaliknya, imbal hasil surat utang pemerintah AS malah menguat menjadi 3,84% dari 3,77% pada hari sebelumnya.
Meningkatnya imbal hasil ini tidak berdampak ke emas karena emas tidak menawarkan imbal hasil seperti surat utang.

Analis independen, Tai Wong, menjelaskan emas tetap melemah karena masih ada peluang The Fed menaikkan suku bunga karena inflasi inti masih kencang.

Inflasi inti- di luar kelompok volatile- AS masih tercatat 5,3% (yoy) pada Mei 2023, turun sedikit dibandingkan pada April yang tercatat 5,5%.
“Emas tidak bisa menikmati dampak positif dari melandainya inflasi karena meningkatnya kekhawatiran The Fed akan tetap menaikkan suku bunga,” tutur Tai Wong, dikutip dari Reuters.

Analis dari TD Securities, Daniel Ghali, mengatakan pelemahan emas menunjukkan jika pelaku pasar sudah priced in dengan melandainya inflasi. Sebagian pelaku pasar menginginkan The Fed segera memangkas suku bunga bukan mempertahankan.

“Pelaku pasar jelas sepakat jika The Fed akan segera mengakhiri kenaikan tetapi pasar akan bereaksi berbeda dengan dipertahankannya suku bunga,” tutur Ghali.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *