Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melemah di tengah sikap was-was pasar menunggu dua agenda penting dari Amerika Serikat (AS). AS akan merilis data inflasi pada Mei pada hari ini sementara hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mulai digelar pada hari ini dan besok (13-14 Juni).
Pada perdagangan Senin (12/6/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.956,92 per troy ons. Harganya melandai tipis 0,19%.
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif emas yang juga melemah 0,36% pada Jumat pekan lalu. Dalam dua hari terakhir, harga emas melemah 0,55%.
Harga emas sedikit membaik pada hari ini. Pada perdagangan Selasa (13/6/2023) pukul 06:42 WIB, harga emas berada di US$ 1.959,87. Harganya menguat 0,15%.
Bob Haberkorn, analis dari RJO Futures, mengingatkan pergerakan emas akan sangat rentan pekan ini karena banyaknya data dan agenda penting yang digelar pekan ini. Di antaranya adalah data inflasi AS yang akan keluar hari ini serta keputusan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) besok.
“Pergerakan emas pekan ini akan seperti melempar koin. Emas akan menguat tajam jika The Fed menahan suku bunga tetapi hal sebaliknya juga bisa terjadi,” tutur Haberkorn, dikutip dari Reuters.
Pelaku pasar berekspektasi jika inflasi AS akan melandai ke 4,1% (yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% pada April. Secara bulanan, inflasi diharapkan melandai 0,2% (mtm) dibandingkan 0,4% pada April.
Sementara itu, inflasi inti diharapkan akan melemah menjadi 5,3% (yoy) pada Mei, dibandingkan 5,5% pada April.
Ekspektasi melandainya inflasi juga berimbas pada harapan pasar jika The Fed akan segera melunak pada bulan ini.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 78,1% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% – 5,25%. Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 71%.
“Emas saat ini bergerak jika The Fed akan menahan suku bunga. Jika The Fed tetap hawkish maka harga emas bisa hancur lebur dan jatuh ke bawah US$ 1.900 per troy ons,” tutur analis Kinesis Money, Rupert Rowling, dikutip Reuters.
Sementara itu, analis dari City Index, said Matt Simpson, mengatakan emas bisa saja melemah jika The Fed tidak memberikan sinyal dovish.
Emas bahkan bisa terpuruk jika The Fed malah tetap bertahan dengan suku bunga tingginya.
“Pasar jelas sekali sudah berekspektasi The Fed akan menahan suku bunga tetapi The Fed sepertinya belum akan menyampaikan tone dovish. Ini bisa membuat emas jatuh,” ujarnya.
Simpson memperkirakan emas akan bergerak di kisaran US$ 1.935-1.985 per troy ons.
“Jika The Fed lebih lunak daripada ekspektasi pasar, emas saja bergerak di kisaran US$1.985-$2.000 ke depan,” imbuhnya.