Pekan Penuh “Jebakan Maut”, Emas Pesta Pora atau Sengsara?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas diperkirakan bergerak labil pada pekan ini. Banyaknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utamanya.

Harga emas di pasar spot pada perdagangan awal pekan, Senin (8//5/2023) pukul 05:55 WIB terpantau melemah tipis 0,08% ke posisi US$ 2.014,79 per troy ons.

Pergerakan pagi hari ini memperpanjang tren negatif emas yang juga ambruk 1,7% pada Jumat pekan lalu. Emas ambruk karena data tenaga kerja non-farm payrolls ternyata lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar.

Jumlah tambahan tenaga kerja pada non-farm payrolss mencapai 253.000 pada April 2023 sementara ekspektasi pasar hanya 180.000.

Ambruknya harga emas berbanding terbalik dengan Rabu dan Kamis pekan lalu di mana emas terbang dan menembus level tertingginya sepanjang masa pada Rabu di posisi US$ 2.072 per troy ons.

Harga emas diperkirakan akan labil pada pekan ini karena banyaknya rilis data dari AS. Banyaknya data yang akan keluar bisa membuat investor memilih wait and see.

Data terpenting dari luar negeri pekan depan adalah inflasi AS untuk April. AS akan mengumumkan pergerakan inflasi April pada Rabu pukul 19:30 WIB waktu Indonesia (10/5/2023).

Data ini akan menjadi pegangan bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan Juni mendatang.

Inflasi AS sudah melandai ke 5% (yoy) pada Maret 2023, dari 6% pada Februari 2023.

Jika inflasi melandai maka harapan pasar untuk melihat kebijakan The Fed yang dovish bisa terwujud.

Pasar mengetahui data-data ekonomi AS mungkin tidak akan membuat The Fed menaikkan suku bunga. Namun, data-data yang di atas ekspektasi akan menjauhkan harapan mereka untuk segera melihat pemangkasan suku bunga,” tutur analis Tai Wong, dikutip dari Reuters.

AS juga akan mengumumkan dua data penting pada Kamis malam pukul 19:30 pekan depan yakni indeks harga produsen (PPI) AS untuk April serta klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 6 Mei.

PPI paa Maret terkoresi 0,5% (month to month/mtm) sementara secara tahunan (yoy) malah naik menjadi 2,7% dari 2,5% pada Maret.

PPI dan klaim pengangguran mencerminkan sejauh mana produsen AS serta warga mereka terdampak kenaikan suku bunga AS.
Kedua faktor juga diharapkan bisa memberi gambaran lebih jelas mengenai pergerakan ekonomi AS terkini setelah dihantam krisis perbankan.

Kedua data akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan Juni mendatang.

Pada akhir pekan depan, Jumat (12/5/2023), AS akan mengumumkan data indeks kepercayaan konsumen Michigan Consumer Sentiment.

Setelah krisis yang menimpa perbankan AS dan kisruh plafon utang maka menarik dicermati seperti apa indeks kepercayaan warga AS terhadap perkembangan ekonomi ke depan.

Kisruh plafon utang sejatinya bisa menguntungkan emas karena menimbulkan ketidakpastian. Namun, kepanikan investor bisa berimbas sebaliknya.

“Jika kita lihat kepanikan seputar plafon utang ynag terus meningkat, lebih baik Anda menahan diri dulu. Aksi yang ditimbulkan kepanikan bisa membawa market ke dalam kondisi bullish dan bearish dalam bersamaan. Pasar bisa jatuh bahkan emas sekalipun,” tutur Matt Simpson, analis City Index, dikutip dari Reuters.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *