Jakarta, CNBC Indonesia – Emas sempat melambung karena perang Rusia-Ukraina. Namun, emas kemudian takluk oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Emas bergerak di kisaran US$ 1.920 per ton sebelum perang Rusia-Ukraina meletus setahun yang lalu, 24 Februari 2022.
Perang meletus dan harga emas mengangkasa dari US$ 1.957,48 pada 24 Februari menjadi US$ 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret 2022. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Agustus 2020.
Emas merupakan aset aman yang dicari sebagai hedging di tengah ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik.
Emas kemudian melandai hingga ke level US$ 1.920 pada awal April sebelum melonjak kembali pada pertengahan April dan menyentuh US$ 1.978,5 per troy ons pada 18 April. Lonjakan harga emas disebabkan buntunya perundingan Rusia dan Ukraina.
Namun, masa keemasan emas cukup sampai di sana. Sang logam mulia terus melemah bahkan menyentuh US$ 1.811 per troy ons pada 13 Mei 2022 karena kenaikan suku bunga The Fed. Sang logam mulia juga selalu melemah begitu data-data ekonomi AS bergerak jauh di atas ekspektasi pasar.
Kebijakan moneter The Fed yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas.
Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS.
Sempat menguat karena buntunya perundingan Rusia-Ukraina, emas langsung layu begitu The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada pertengahan Juni. Emas menyentuh US$ 1.806 per troy ons pada 30 Juni 2022.
Kilau emas semakin luntur dan turun ke kisaran US$ 1.700 pada 5 Juli 2022 karena tingginya ekspektasi pasar mengenai kebijakan hawkish The Fed.
Kebijakan hawkish The Fed pada Agustus dan September 2022 membuat emas hingga masuk ke level US$ 1.500 per troy ons. Harga emas mulai membaik pada Januari 2023 setelah The Fed memberi sinyal ada disinflasi di AS.
Setahun setelah perang meletus, dampak positif perang ke pergerakan emas tidak berbekas.
Kembali memanasnya perang Rusia setelah Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina pada Senin (20/2/2023) tidak membuat emas bergeming.
Harga Emas tetap melemah karena pasar semakin khawatir dengan kelanjutan kebijakan hawkish The Fed setelah data-data menunjukkan ekonomi AS masih berlari kencang.
Pada penutupan perdagangan Kamis (23/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.822,64 per troy ons. Harga sang logam mulia melemah 0,13%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 29 Desember 2022.
Dengan demikian, emas sudah melandai dalam empat penutupan perdagangan beruntun dengan pelemahan mencapai 1,03%.
Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (24/2/2023) pukul 07: 10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.822,96 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,02%